Kompas TV internasional kompas dunia

Sputnik V, Vaksin Covid-19 Rusia Tampil Makin Mencuat Ditengah Kemelut Pasokan Vaksin Dunia

Kompas.tv - 7 Februari 2021, 06:45 WIB
sputnik-v-vaksin-covid-19-rusia-tampil-makin-mencuat-ditengah-kemelut-pasokan-vaksin-dunia
Dalam foto yang dirilis oleh Imam Khomeini Airport City ini, vaksin Sputnik V COVID-19 buatan Rusia turun dari pesawat di Bandara Internasional Imam Khomeini Teheran, Kamis, 4 Februari 2021. Ditengah kemelut produksi dan distribusi vaksin negara-negara Barat, vaksin buatan Rusia, Sputnik V tampil spektakuler menyusul kesimpulan ilmiah dari kajian independen vaksin tersebut yang diterbitkan dalam jurnal kesehatan The Lancet, 01 Februari 2021.  (Sumber: Saeed Kaari/IKAC via AP)
Penulis : Edwin Shri Bimo

MOSKOW, KOMPAS.TV - Ditengah kemelut produksi dan distribusi vaksin negara-negara Barat, vaksin buatan Rusia, Sputnik V tampil spektakuler menyusul kesimpulan ilmiah dari kajian independen vaksin tersebut yang diterbitkan dalam jurnal kesehatan The Lancet, 01 Februari 2021

Bloomberg seperti dikutip Straits News melaporkan hari Jum’at, (06/02/2021), Rusia kini menuai keuntungan diplomatik karena berhasil mencapai terobosan ilmiah terbesarnya sejak era Uni Soviet.

Terobosan itu adalah Vaksin Covid-19, Sputnik V.

Di luar Rusia, Sputnik V telah menerima ijin penggunaan darurat di lebih dari selusin negara, menurut Russian Direct Investment Fund RDIF - termasuk bekas republik Soviet di Belarus, Armenia dan Turkmenistan; Negara-negara Amerika Latin termasuk Argentina, Bolivia dan Venezuela; beberapa negara Afrika, Serbia, Iran, Palestina dan UEA.

Baca Juga: Vaksin Sputnik V Rusia Catat Tingkat Efikasi 92%

Di Uni Eropa, Sputnik V telah menerima ijin penggunaan darurat tahap awal di Hongaria dan masih menunggu persetujuan akhir dari Pusat Kesehatan Umum Nasional negara itu.

Sputnik V juga telah dipasok ke enam negara, dan juga ke negara Palestina.

Setidaknya sudah ada 19 negara yang sudah memberi persetujuan darurat penggunaan vaksin Sputnik V, termasuk Hungaria yang sekarang anggota Uni Eropa, sementara Brazil dan India saat ini dalam proses perizinan.

Asia dan Afrika hampir di tangan, sekarang Rusia mengarahkan pandangannya pada pasar Uni Eropa yang berharga karena Uni Eropa kewalahan dengan program vaksinasi mereka akibat tersendatnya pasokan vaksin.

Secara keseluruhan, lebih dari 50 negara telah mengajukan permohonan untuk membeli 2,4 miliar dosis, tutur juru bicara RDIF kepada The Associated Press hari Selasa, (02/02/2021).

Baca Juga: Tolak Impor Vaksin AS dan Inggris, Iran Terima Pengiriman Pertama Vaksin Sputnik V dari Rusia

Seorang perawat menunjukkan vaksin Sputnik V COVID-19 Rusia, Rabu, 3 Februari 2021 di Algiers. Aljazair telah memulai kampanye vaksinasi melawan pandemi virus Corona Sabtu lalu, menggunakan vaksin Sputnik V. Rusia. (Sumber: AP Photo/Fateh Guidoum)

Banyak negara sedang mengantre untuk mendapatkan pasokan vaksin Sputnik V, setelah hasil tinjauan ilmiah sejawat (peer review) yang diterbitkan dalam jurnal medis The Lancet terbitan Inggris minggu ini menunjukkan vaksin Rusia efektif melindungi dari virus Covid-19.

Hasil penelitian yang terbit di The Lancet menunjukkan, tingkat kemanjuran vaksin Sputnik V sama baiknya dengan suntikan vaksin Amerika Serikat dan Eropa, dan jauh lebih efektif daripada vaksin buatan China.

"Ada empat vaksin di dunia, yang melalui uji coba fase ketiga. Vaksin kami termasuk di antara tiga vaksin paling efektif di dunia, dengan efektivitas yang ditunjukkan dalam jurnal Lancet, 91,6%." tutur Kirill Dmitriev, kepala eksekutif Dana Investasi Langsung Rusia yang dikelola negara, yang mendukung pengembangan Sputnik V dan bertanggung jawab atas peluncuran internasionalnya, kepada Associated Press.

Baca Juga: Kremlin: Presiden Rusia Vladimir Putin Putuskan Akan Disuntik Vaksin Covid-19 Sputnik V

Perawat garis depan mendapatkan suntikan vaksin Sputnik V Rusia untuk COVID-19 di Rumah Sakit Kota Cotahuma di La Paz, Bolivia, Rabu, 3 Februari 2021. (Sumber: AP Photo/Juan Karita)

Hasil dari uji coba tahap akhir terhadap 20.000 peserta yang ditinjau di jurnal kesehatan The Lancet menunjukkan bahwa vaksin tersebut memiliki tingkat efikasi atau kemanjuran 91,6 persen.

"Ini adalah momen yang menentukan bagi kami," kata Kirill Dmitriev, Kepala Eksekutif RDIF.

Dalam foto yang dirilis oleh kantor pers kepresidenan Argentina ini, Presiden Argentina Alberto Fernandez mendapatkan suntikan vaksin Sputnik V Rusia melawan COVID-19, yang diberikan oleh Perawat Marcela Yanni di Rumah Sakit Posadas di Buenos Aires, Argentina, Kamis, 21 Januari 2021. (Sumber: Esteban Collazo/Argentine Presidential Press Office via AP)

Baca Juga: Dikirimi Vaksin Covid-19 Sputnik V, Presiden Argentina Berterima Kasih pada Putin

Pertarungan Geopolitik Vaksin Covid-19

Dalam pertempuran global untuk mengalahkan pandemi yang telah merenggut 2,3 juta jiwa dalam waktu kurang dari satu tahun, perlombaan untuk mendapatkan vaksin sudah menjadi pertarungan geopolitik.

Pasalnya, seluruh negara di dunia saat ini berjuang sekuat tenaga untuk keluar dari kerusakan ekonomi dan sosial yang dahsyat akibat dampak dari upaya pencegahan dan penanganan, untuk menghadang penularan virus Covid-19.

Vaksin Sputnik V, seperti dilansir Bloomberg, menempatkan Rusia sebagai satu dari sangat sedikit negara yang ilmuwannya berhasil menciptakan pertahanan efektif terhadap virus Covid-19.

Keputusan Rusia untuk menamakan vaksin mereka Sputnik V menggarisbawahi betapa penting vaksin ini bagi Rusia.

Sputnik V adalah satelit pertama di dunia yang diluncurkan tahun 1957, membuat Uni Soviet saat itu unggul dalam kompetisi luar angkasa dengan Amerika Serikat.

Palestina menerima sumbangan pribadi 5.000 dosisi vaksin Sputnik V dari Presiden Rusia Vladimir Putin, sementara beberapa ratus ribu dosis vaksin Sputnik V berikutnya akan dikirim bulan depan (Sumber: AP Photo)

Baca Juga: Besok Palestina Terima 5,000 Vaksin Covid-19, Bantuan Pribadi Presiden Rusia Vladimir Putin

Rusia menggratiskan vaksin Covid-19 bagi 146 juta penduduknya dan mulai berproduksi tahun lalu serta saat ini sedang diproduksi di negara-negara termasuk India, Korea Selatan dan Brasil.

Minggu ini, sekutu dekat Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menandatangani perjanjian untuk memproduksi Sputnik V di Turki, bahkan ketika negara tersebut memiliki kesepakatan untuk membeli 50 juta dosis vaksin CoronaVac buatan Sinovac China dan 4.5 juta dosis suntikan Pfizer BioNTech.

Meskipun Rusia sukses, minat publik Rusia masih adem ayem hangat-hangat kuku, didorong oleh kecurigaan publik terhadap pihak berwenang.

Putin menyulut skeptisisme Desember lalu ketika dia mengatakan akan menunggu untuk mendapatkan vaksinasi hingga ada otorisasi bagi orang-orang seusianya.

Dia masih belum mengatakan apakah dia telah divaksinasi, tetapi negara lain tidak berselera menunggu untuk mengetahuinya.

Baca Juga: Meski Belum Lulus Uji Lanjutan, Moskow Mulai Suntik Warganya dengan Vaksin Sputnik V

Sehari setelah mengumumkan telah terjangkit Covid-19, Presiden Meksiko Andres Manuel Lopez Obrador pada 25 Januari mengatakan dia berterima kasih kepada Putin yang menurutnya "benar-benar penuh kasih sayang" karena menjanjikan 24 juta dosis Sputnik V bagi Meksiko dalam dua bulan mendatang.

Tiga hari kemudian, Presiden Bolivia Luis Arce secara pribadi menerima pengiriman vaksin Sputnik V di bandara La Paz.

Amerika Latin membuktikan diri sebagai rahim yang subur untuk menebar pengaruh politik global.

Argentina, yang berjuang mendapatkan pasokan vaksin, memulai program vaksinasi massal setelah menerima lebih dari setengah juta dosis Sputnik V pada Januari lalu.

Baca Juga: Aljazair Mulai Program Vaksinasi dengan Vaksin Sputnik V Buatan Rusia

Nikaragua, Paraguay dan Venezuela menyusul Argentina dengan melaksanakan vaksinasi massal menggunakan Sputnik V.

Di Brasil, pasar terbesar di kawasan itu, keputusan yang diumumkan pada 3 Februari untuk membatalkan persyaratan uji coba fase tiga dapat mempercepat persetujuan darurat penggunaan vaksin Sputnik V.

Guinea di Afrika menjadi negara Afrika pertama yang mulai menggunakan Sputnik V pada bulan Desember tahu lalu.

Guinea berharap mendapatkan 1,6 juta dosis tahun ini dan juga dalam pembicaraan tentang memperoleh vaksin China, bersama dengan suntikan AstraZeneca.

Baca Juga: Macron Curiga dengan Vaksin Covid-19 dari China, Ingatkan Risikonya

Zimbabwe, Republik Afrika Tengah, dan Pantai Gading adalah pelanggan potensial lainnya untuk Rusia.

"Kami tidak dalam posisi di mana kami mampu mengatakan tidak untuk vaksin manapun. Kami telah memilih vaksin Pfizer, tetapi kami juga mencari vaksin lain," kata Profesor Joseph Benie, pejabat Pantai Gading. "Ada urgensi saat ini untuk mulai menyuntik vaksin." seperti dikutip dari Bloomberg.

Tidak seperti vaksin Pfizer/BioNTech yang harus disimpan di lemari es super dingin, Sputnik V dapat disimpan di lemari es biasa, sehingga lebih mudah untuk diangkut dan didistribusikan di negara-negara yang lebih miskin dan lebih panas maupun lembap.

Harga Sputnik V adalah 20 dollar AS untuk dua dosis vaksin, jauh lebih murah dibanding vaksin-vaksin keluaran negara Barat. Walaupun sedikit lebih mahal dari vaksin AstraZeneca, Sputnik V punya kemanjuran yang lebih tinggi dibanding vaksin buatan Inggris itu.

Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Turut Berdukacita atas Jatuhnya Sriwijaya Air

Untuk negara seperti Iran, yang menerima batch pertama dari 2 juta dosis yang dijanjikan minggu ini, Rusia menawarkan alternatif politik yang lebih enak daripada pemasok Barat.

Tetapi Rusia juga membuat terobosan ke negara-negara seperti Uni Emirat Arab, yang secara tradisional dekat dengan AS dan telah menyetujui penggunaan Sputnik V.

China, yang vaksinnya berkisar 50 persen efikatif untuk vaksin buatan Sinovac Biotech, sejauh ini tetap memimpin di Asia.

Baru sedikit negara Asia memilih Sputnik V, diantaranya adalah Filipina yang sedang dalam pembicaraan untuk membeli 25 juta dosis.

Baca Juga: Presiden Rusia Vladimir Putin Pesan Vaksin Covid-19 Dalam Skala Besar

Namun apakah harta karun terbesar yang didapat Rusia dari kesuksesan tingkat efikasi Sputnik V? nah ini dia.

Regulator obat-obatan Eropa sudah memulai pengkajian atas permintaan otorisasi dan izin penggunaan darurat vaksin Sputnik V setelah Jerman berjanji untuk membantu mempercepat proses tersebut.

Pada situasi dimana para pembuat keputusan Uni Eropa mumet atas lambannya produksi dan pasokan vaksin mereka, Kanselir Jerman Angela Merkel hari Selasa lalu mengatakan vaksin Rusia dapat digunakan untuk melindungi ratusan juta rakyat di Eropa selama disetujui oleh Regulator Obat-obatan Eropa, European Medicines Agency.

Terlepas dari itu, Hongaria telah memberikan persetujuan darurat dan sudah menandatangani kesepakatan untuk 2 juta dosis Sputnik V dengan 40.000 dosis pertama dikirimkan pada hari Selasa depan.

Baca Juga: Vladimir Putin Peringati Ritual Kristen Ortodoks dengan Berendam di Kolam Es

Persetujuan penggunaan darurat dari Uni Eropa mungkin akan memakan waktu beberapa bulan karena ada kebutuhan untuk mengirimkan data terperinci, tutur kepala editor The Lancet Richard Horton kepada QuickTake Bloomberg. "Saya pikir vaksin Rusia ini akan segera tersedia," tapi "tidak cepat," katanya.

Rusia sudah menyatakan mereka berambisi memproduksi vaksin untuk 700 juta orang tahun ini, yang mungkin artinya adalah 1,4 miliar dosis vaksin Sputnik V.

Di tengah ambisi tersebut Rusia pun menghadapi kendala produksi, kata Kirill Dmitriev.

Baca Juga: Peneliti: Terinfeksi Covid-19 Bikin Alat Vital Pria Tak Semantap Dahulu, Vaksin Makin Dicari?

"Kami harus realistis. Mengingat komitmen kami kepada negara lain, kami tidak akan bisa memasok ke Eropa sebelum bulan Mei, selain Hongaria, "kata Dmitriev dari RDIF.

Tetap saja, vaksin itu memberikan keuntungan bagi Putin dan Rusia.

Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Josep Borrell saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengucapkan selamat kepada Rusia atas keberhasilan tingkat efikasi vaksin Sputnik V.

Padahal, Borrell datang ke Rusia untuk memprotes penahanan tokoh oposisi Alexei Navalny oleh aparat keamanan Rusia.

"Ini kabar baik bagi seluruh umat manusia," kata Josep Borrell. "Artinya, kita semua akan memiliki lebih banyak alat untuk menghadapi pandemi."



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x