> >

Mungupas Sisi Lain Presiden Soekarno sebagai Kader Muhammadiyah

Sosok | 11 November 2021, 09:48 WIB
Ilustrasi Bung Karno dalam sebuah kunjungan di Jepang. Presiden soekarno juga merupakan kader Muhammadiyah, berikut sisi lain kehidupa pendiri republik ini (Sumber: Istimewa)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Menyebut nama Indonesia tidak akan lepas dari sosok Presiden Soekarno. Namun, jarang yang mengerti, beliau juga adalah kader dari ormas Islam Muhammadiyah dan tertarik dengan pemikiran dari pendiri KH Ahmad Dahlan.

KH Ahmad Dahlan bagi Bung Karno adalah sosok revolusioner yang membawa nilai Islam selangkah lebih maju terkait pendidikan. Ia tertarik pemikiran soal pendidikan yang dibawa KH Ahmad Dahlan yang mengedepan visi pemberdayaan umat tanpa menihilkan ke-modernan-an sebagai arah gerak zaman.

Hal ini yang membuat Soekarno muda terpantik untuk mempelajari Islam dan Muhammadiyah, konsep yang membuat ia dekat dengan Muhammadiyah secara organisasi.

Kelak, Soekarno menyunting kader Aisyiah, gerakan perempuan di Muhammadiyah, bernama Fatmawati di Bengkulu. Sejarah mencatat, sosok perempuan ini di kemudian hari menjadi sosok Ibu Negara dan Pahlawan Nasional. Beliau juga yang menjahit bendera merah-putih yang tetap berdiri sampai sekarang.

Kedekatan dengan Muhammadiyah inilah yang membuat Soekarno berwasiat. Ketika ia wafat, pendiri republik ini ingin dimakamkan secara Muhammadiyah.

Dalam laporan interaktif Kompas.id bertajuk Mereka Lahir dari Muhammadiyah, menukil makalah Ketua Muhammadiyah sekaligus mantan KPK Busyro Muqoddas 2015 lalu di Universitas Ahmad Dahlan, Yogyakarta, Bung Karno ingin bendera Muhammadiyah melekat dalam dirinya.

Pada tahun 1962 ketika Muktamar Muhammadiyah dan organisasi itu sudah menginjak 50 tahun, Bung Karno ingin dikafani secara Muhammadiyah ketika nanti wafat.

“Bungkuslah saya dengan bendera Muhammadiyah,” kata Bung Karno.

Baca Juga: Penampakan Teks Asli Proklamasi Tulisan Tangan Bung Karno

Lantas, kapan Soekarno menjadi kader Muhammadiyah?

Bung Karno, sapaan akrab Presiden Soekarno, tertarik dengan Muhammadiyah sedari kecil. Ia jadi kader sejak tahun 1930 dan pernah jadi pengurus di Majelis Pendidikan dan Menengah di Bengkulu.

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU