Kompas TV religi agama

Tadarus Ramadan 2023 Maarif Institute: 2 Dekade Konsisten Rawat Pemikiran Buya Syafii

Kompas.tv - 10 April 2023, 05:05 WIB
tadarus-ramadan-2023-maarif-institute-2-dekade-konsisten-rawat-pemikiran-buya-syafii
Mensyukuri dua dekade, MAARIF Institute menggelar rangkaian acara tadarus ramadhan. Acara ini bertujuan untuk mensosialisasikan dan menebar pemikiran keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan Buya Syafii Maarif, khususnya di kalangan generasi milennial di seluruh penjuru tanah air. (Sumber: Dok Maarif Institute)
Penulis : Deni Muliya | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV – Mensyukuri dua dekade, MAARIF Institute menggelar rangkaian acara tadarus ramadan.

Tahun ini, acara tadarus ramadan menggandeng para alumni Sekolah Kebudayaan dan Kemanusiaan (SKK), alumni Jambore yang tersebar di sejumlah daerah yang meliputi Sumatra (Padang, Bengkulu) Sulawesi (Makasar dan Manado) dan pulau Jawa (Bogor, Kuningan dan Malang). 

Baca Juga: Maarif Institute Gelar Jambore Pelajar, Warisi Cita-Cita Buya Syafii ke Generasi Muda

"Acara ini bertujuan untuk mensosialisasikan dan menebar pemikiran keislaman, kebangsaan dan kemanusiaan Buya Syafii Maarif, khususnya di kalangan generasi milennial di seluruh penjuru tanah air," kata Direktur Program MAARIF Institute, Moh. Shofan, Minggu (9/4/2023).

Shofan menjelaskan, kegiatan yang dilakukan melalui layar aplikasi zoom ini menjadi ruang sekaligus arena perjumpaan generasi muda dan milenial.

Tujuannya untuk dapat berbagi pengetahuan dan pengalaman antarsesama yang memiliki latar belakang identitas berbeda.

Perbedaannya mulai dari agama, etnis, suku, bahasa maupun budaya. 

“Kerja sama dengan berbagai pihak mesti kita lakukan agar masyarakat, terutama generasi milennial, memiliki kesadaran dan tanggung jawab bersama untuk mewarisi serta melanjutkan pemikiran Buya Syafii," jelas Shofan.

Acara yang dihadiri ratusan peserta itu dapat mendorong anak-anak muda untuk berpikir konstruktif, progresif, yakni dengan terobosan dan inovasi. 

Baik dalam bidang politik, sosial, agama, kemasyarakatan untuk melawan segala bentuk distorsi yang dapat menyebabkan perpecahan bangsa.

Kali ini, gelaran tadarus ramadan diselenggarakan secara bekerja sama dengan Universitas Muhammadiyah Sumatera Barat (UMSB), Universitas Islam Indonesia (UIN) Imam Bonjol Padang dan UIN Mahmud Yunus Batusangkar, Padang.

Acara yang bertemakan, “Konsistensi MAARIF Institute dalam Merawat Pemikiran Buya Syafii” ini menghadirkan sejumlah narasumber, di antaranya Abd. Rohim Ghazali (Direktur Eksekutif MAARIF Institute), Didi Rahmadi (UMSB), Nuraini (UIN Imam Bonjol, Padang) dengan dimoderatori Deri Rizal (UIN Mahmud Yunus, Batusangkar, Padang).

Direktur Eksekutif MAARIF Institute, Abd. Rohim Ghazali dalam pemaparannya mengatakan, pemikiran Buya Syafii masih sangat relevan dalam memotret kondisi bangsa saat ini.

Utamanya pemikiran kritis terkait dengan isu keislaman, kebangsaan, kemanusiaan, kebinekaan, dan keadilan sosial. 

“Semasa hidupnya, Buya Syafii selalu mengingatkan masyarakat untuk menyadari bahwa kondisi Indonesia yang beragam bisa rawan diprovokasi oleh kelompok yang memiliki kepentingan. Kondisi ini berpotensi memunculkan konflik di tengah isu politik identitas yang mulai bermunculan, apalagi jelang Pemilu 2024”, kata Rohim.

Menurut Rohim, kecintaan Buya pada Indonesia bukan hanya harga mati, melainkan suatu keharusan. 
“Beliau (Buya Syafii) ingin bangsa Indonesia tetap utuh sampai satu hari menjelang kiamat,” tuturnya.

Nuraini, alumni SKK MAARIF Institute yang menjadi pemateri memaparkan, bahwa Buya Syafii merupakan tokoh Intelektual Muslim yang pemikiran-pemikirannya senantiasa berlandaskan kepada semangat moral agama. 

Pemikirannya tentang keagamaan mampu menjadi petunjuk moral bagi setiap masyarakat Indonesia dalam membangun kesatuan dan persatuan bangsa ini, jika diterapkan dengan benar dan adil atas nama kemanusiaan. 

“Semangat Buya dan perjalanan intelektual yang awalnya begitu menggebu-gebu ingin mendirikan negara Islam hingga menjadi sosok tokoh pembela demokrasi dan pancasila sebagai sebuah bentuk ajaran moral bagi masyarakat Indonesia, ini harus menjadi cermin moral buat generasi selanjutnya," jelas Nuraini.

Hal yang sama dikatakan Didi Rahmadi, bahwa ketokohan Buya Syafii sebagai kompas moral bangsa hingga hari ini belum tergantikan. 

Baca Juga: Seorang Dokter hingga Lembaga di Kaltim dan NTT Dianugerahi MAARIF Award 2022

Pesan moral Buya bahwa nilai-nilai keislaman harus mampu bergandengan erat dengan nilai-nilai keindonesiaan dan kemanusiaan yang adil dan beradab. 

Sehingga tercipta hubungan yang harmonis di tengah keragaman perlu dilanjutkan oleh generasi muda.


 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x