Kompas TV regional jawa tengah dan diy

Dunia Kereta Api Rayaka

Kompas.tv - 11 Oktober 2023, 12:25 WIB
dunia-kereta-api-rayaka
Sri Utami dan Rayaka Agashtya Wibowo bersama pengunjung saat pameran tunggal Dunia Kereta Api Rayaka” di pintu utama hall timur, Stasiun Tugu Yogyakarta, baru-baru ini. (Sumber: IG Kretanesia)
Penulis : Redaksi Kompas TV | Editor : Gading Persada

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV- Anak kecil itu berkata kepada guru dan teman sekolahnya, sebentar lagi akan ada kereta yang lewat. Teman dan gurunya kurang begitu memperhatikan.

Benar saja, tak lama berselang sebuah kereta lewat, bahkan anak itu benar menebak kereta apa yang lewat hanya dari mendengar.  Intuisi dan pendengarannya kuat dan jernih, ketika orang lain tak merasakannya.

Dia adalah Rayaka Agashtya Wibowo, seorang anak special, yang memiliki kebutuhan khusus. Memorinya terus merekam kereta yang melintas dekat sekolah tempatnya belajar. Pelan-pelan semua itu dituangkan dalam kertas, menggunakan spidol.

Kebiasaaan Rayaka ini menyita perhatian sang ibu, Sri Utami, biasa dipanggil Uut. Sebagai orang yang paling dekat dengan Rayaka, ia jeli melihat bakat sang anak. Tak aneh, karena Uut juga dekat dengan dunia seni sejak dirinya kuliah.

Baca Juga: Keren! Lukisan Wajah 7 Presiden dengan Sususan Nama Desa di Indonesia

Ibu Rayaka, Sri Utami biasa dipanggil Uut jeli melihat kelebihan anak ini. Ia melihat Rayaka mencorat coret gambar kereta yang kerap lewat. Sebagai sosok yang paling dekat dengan si kecil, Uut yang memang lekat dengan dunia seni pun tergugah terhadap kemampuan puteranya.

Ibunya mulai paham Rayaka memiliki ingatan yang sangat kuat terhadap kereta. Boleh dikata malah hafal jenis kereta, hingga warnanya. Demi sang anak, dirinya memutuskan resign dari media nasional televisi tempatnya bekerja. Ia sempat berkarir di TV7 hingga Trans7.

Dari Serpong, mereka memutuskan pulang ke Magelang, dan tinggal selama 2 tahun. Namun karena kota kecil itu jarang ada support sistem untuk anak kebutuhan khusus, mereka pun pindah ke Jogja untuk belajar di sekolah khusus. Rumah mereka pun dekat Stasiun Tugu (Yogyakarta) yang setiap hari ramai kereta lalu lalang.

“Kita jadi sering nongkrong dan melihat kereta api, “kata Uut.

Rayaka semakin tenggelam dengan kereta api yang dilihatnya. Tangannya terus bergerak mencorat coret kereta api yang dilihat. Ini terpampang dalam 20 lukisan menggunakan spidol yang terpampang di Lobi masuk Stasiun Tugu.


Hebatnya, Rayaka bisa melakukan pameran tunggal “Dunia Kereta Api Rayaka” di pintu utama hall timur, Stasiun Tugu Yogyakarta, 24 September – 15 Oktober 2023.

Tentu bukan proses yang sebentar dan mudah bisa berpameran tunggal. Mulai pertama kali berani ikut beberapa pameran bersama sejumlah pelukis, hingga bisa pameran sendiri. Pameran tunggal, yang membuat seorang Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa, tertarik membeli lukisan Rayaka.

“Pak Menteri membeli empat lukisan sekaligus,”kata Uut senang.

Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa menyaksikan lukisan karya Rayaka Agashtya Wibowo pada pameran tunggal Dunia Kereta Api Rayaka” di pintu utama hall timur, Stasiun Tugu Yogyakarta, baru-baru ini. Pameran masih berlangsung hingga 15 Oktober 2023. (Sumber: IG Kretanesia)

Lukisan spidolnya termasuk variatif dengan sejumlah angel. Baik itu menyajikan lukisan low angel maupun high angle, mulai kereta uap jadul, Commuterline, hingga kereta cepat yg tengah ramai dibicarakan.

Ia berani bermain warna diantara garis tegas, yang memperlihatkan dimensi kereta api. Pemahamannya tentang dimensi, warna, dan komposisi sangat baik, sehingga ruang proporsional tergarap dengan apik. 

Mereka berdua juga berbagi pengalaman dengan keluarga yang memiliki anak spesial. Butuh kesabaran, keuletan, cinta, serta keputusan besar untuk buah hatinya. Dirinya berterima kasih juga terhadap PT KAI yang sudah mensupport pameran tunggal ini.

Uut dan Rayaka tentu tidak sendirian, sejumlah pameran lukisan juga pernah digelar anak anak spesial ini. Belasan anak pernah melukis dan berpameran bersama di Surabaya, yang didukung oleh Pemkot Surabaya.

Baca Juga: Lukisan di Atas Batu Karya Seniman Madiun, Cocok Untuk Hiasan Rumah

Sebanyak 40 karya lukisan yang naturalis, dekoratif dan juga eksresif terpampang di Gedung Perpustakaan Bank Indonesia. 

Rayaka sangat beruntung punya ibu yang berjuang membangun support sistem untuknya. Sehingga dirinya akan terus melukis bercerita kepada dunia. Seperti siang itu, ketika ia pulang sekolah dan langsung berkata,”Äku ingin melukis kereta.”

Penulis: Andi Dewanto




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x