Kompas TV olahraga kompas sport

Cerita Raffi Ahmad Gagal Jadi Pesepakbola: Ibu Saya Ngefans Thomas Djorgi

Kompas.tv - 12 Juni 2021, 21:20 WIB
cerita-raffi-ahmad-gagal-jadi-pesepakbola-ibu-saya-ngefans-thomas-djorgi
Artis Raffi Ahmad saat menjadi salah satu pengisi materi dalam sosialisasi Inpres Nomor 3 tahun 20219 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional di Royal Ambarukmo Hotel Yogyakarta, Sabtu (12/6/2021). (Sumber: KompasTV/Gading Persada)
Penulis : Gading Persada | Editor : Hariyanto Kurniawan

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Siapa yang tidak kenal dengan Raffi Ahmad. Salah satu artis di Indonesia ini tengah naik daun dan bahkan makin terkenal lantaran bisa jadi sebagai artis pertama di Tanah Air yang berani berinvestasi di klub sepak bola profesional.

YouTuber itu diketahui mengakuisi salah satu klub Liga 2, Cilegon United. Bersama rekan bisnisnya, Rudy Salim, Rafi mengganti nama klub yang diakuisisinya menjadi Rans Cilegon FC.

Raffi pun mengakui, latar belakangnya mengakuisisi klub sepak bola karena menggemari sepak bola. Bahkan, dahulu sempat bercita-cita menjadi seorang pesepakbola.

“Dulu saya mau jadi pemain sepak bola tapi enggak kesampaian malah jadi model karena ibu saya ngefans Thomas Djorgi," ungkap Raffi dihadapan peserta kegiatan Sosialisasi Inpres Nomor 3 Tahun 2019 tentang Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional yang berlangsung di Royal Ambarukmo Yogyakarta, Sabtu (12/6/2021).

"Sepak bola di Indonesia ini seperti pesta untuk masyarakat dan saya tertarik. Bismillah niat baik maka saya lakukan,” lanjut Rafi memberi alasan akuisisi klub sepak bola.

Baca Juga: Ramai Pesohor Miliki Klub Sepak Bola Profesional, Menpora: Kepercayaan Masyarakat Harus Dijaga

Suami dari artis Nagita Slafina itu siang tadi memang mendapatkan kesempatan menjadi salah satu pembicara dalam sosialisasi inpres tersebut yang ditujukan kepada para stakeholder sepak bola di Jawa Tengah (Jateng) dan Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY).

Di hadapan para peserta, Raffi mengakui bahwa saat ini sepak bola Tanah Air tak bisa dilepaskan dari sisi sportaiment. Padahal kolaborasi keduanya itu sudah berjalan di luar negeri sejak lama.

Menurutnya, Indonesia punya potensi besar apalagi secara digital memiliki pengguna media sosial lima besar dunia.

Ia mengibaratkan, bagaimana Spanyol dengan luas negara hanya seperti Jawa Barat bisa memiliki klub-klub yang sukses secara prestasi maupun bisnis.

“Saya bilang dengan Waketum PSSI (Iwan Budianto), kami coba kolaborasi olahraga dengan entertaint. Indonesia pengguna social media salah satu tertinggi di dunia, lima besar dunia. Kalau kita sinergi, kolaborasi pasti bisa,” sambung dia.

Baca Juga: Setelah Jatim, Sosialisasi Inpres Percepatan Pembangunan Persepakbolaan Nasional Menyasar Jateng-DIY

Raffi mengaku beberapa bulan meng-handle Rans Cilegon FC, ia berhasil meraih pemasukan cukup banyak dari laga uji coba yang disiarkan langsung melalui tayangan streaming. Ia menggabungkan sport dengan entertainment yakni konten horor bekerja sama dengan Jurnal Risa.

“Kami kemarin kolaborasi dunia digital Arema vs Rans. Kami jual tiket Rp20.000 dan saya buat. Uji coba digabung dengan uji nyali, pemain Arema dan Rans melakukan penelusuran horor. Habit horor terbentuk dan membuat penonton bola mau beli tiket. Kami bundling Rp30.000 dan yang beli ternyata ada 40 ribu. Kami dapat revenue Rp800 juta lebih plus ada sponsor juga,” tandas ayah dari Raffatar ini.

Ia menilai, apa yang dilakukannya bisa diadopsi oleh asosiasi setara kabupaten/kota dan provinsi. Segmentasi anak muda dengan generasi melek digital membuat gerakan digitalisasi sepak bola nusantara bisa leluasa dilaksanakan untuk menunjang prestasi.

Baca Juga: Raffi Ahmad Minta Anaknya Jadi Bos RANS Cilegon FC, Rafathar: Mau Beli Ronaldo dan Messi

"Liga 3 atau Liga Pelajar ini sangat mungkin, mereka suruh menggaungkan. Apalagi dari Asprov misalnya ada artis atau influencer dari Yogyakarta minta untuk support dan saya mau akan membantu. Kemarin Atta Halilintar dan Mas Gilang (presiden Arema) saya ajak juga. Intinya kami kolaborasikan sport entertaint dan digitalnya,” tambahnya lagi.

Adapun, Waketum PSSI, Iwan Budianto meminta stakeholder sepak bola di daerah membuka lebar hati dan pikiran untuk melihat digitalisasi sebagai hal positif.

Menurutnya, saat ini sudah seharusnya anak-anak muda yang berinisiatif dan membuat program untuk membantu memajukan sepakbola Indonesia, seturut perkembangan jaman.

“Kami tidak bisa memaksakan menjalankan organisasi sepak bola dengan pengalaman puluhan tahun ke belakang. Eranya berbeda dengan digitalisasi yang harus diikuti. Harapannya bisa tercipta kolaborasi digital hingga level Askot/Askab sehingga sepak bola kita bisa maju utamanya secara prestasi dan industri,” tandas Iwan.

Baca Juga: Menpora Ajak Raffi Ahmad Kampanye Industri Sepak Bola




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x