Kompas TV internasional kompas dunia

Kemungkinan Pecah Kongsi AS dengan Israel dan Meningkatnya Simpati Yahudi-Amerika pada Palestina

Kompas.tv - 21 Mei 2021, 12:57 WIB
kemungkinan-pecah-kongsi-as-dengan-israel-dan-meningkatnya-simpati-yahudi-amerika-pada-palestina
Aksi Bella Hadid saat berdemo membela Palestina di jalanan kota New York (Sumber: Instagram)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Iman Firdaus

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika adalah sekutu dekat Israel. Negara ini terus menjual senjata ke Israel di tengah serangan atas Jalur Gaza, Palestina. Namun, ada kemungkinan aliansi Amerika-Israel pecah.

Presiden Amerika Joe Biden baru-baru ini memblokir pembuatan resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) soal gencatan senjata Israel-Palestina.

Pemerintahannya juga tetap melanjutkan transaksi penjualan senjata senilai 735 miliar dollar AS ke Israel. Kedekatan ini, tak lepas dari dukungan masyarakat Amerika pada Israel dan keberadaan lobi-lobi Israel.

Baca Juga: Daftar 100 Kota di Seluruh Dunia yang Menggelar Protes atas Serangan Israel pada Palestina

Melansir Guardian, pada pemilu 2018 saja lobi-lobi kelompok pro-Israel menyumbang dana lebih dari 22 milliar dollar ke para politikus Amerika.

“Data yang diperiksa oleh Guardian menunjukkan bahwa lobi pro-Israel sangat aktif dan menghabiskan banyak uang untuk mempengaruhi kebijakan AS,” tulis Tom Perkins, jurnalis Guardian.

Sementara, dukungan masyarakat Amerika pada Israel juga sangat tinggi.

Survei Gallup sepanjang 2000-2013 menunjukkan 40-64% masyarakat Amerika bersimpati pada Israel. Di sisi lain, hanya 9-20% masyarakat Amerika bersimpati pada Palestina.

Meski begitu, ada perubahan di kalangan masyarakat Amerika terkait sikap pada Israel dan Palestina.

Survei terbaru Gallup pada rentang 2018-2021 menunjukkan peningkatan simpati pada Palestina terus menerus. 

“Proporsi yang menginginkan lebih banyak tekanan pada Israel (untuk menghentikan konflik) telah meningkat dari 27% menjadi 34%. Ini adalah tingkat tertinggi tuntutan masyarakat AS untuk menekan Israel dalam tren Gallup sejak tahun 2007,” tulis peneliti Gallup Lydia Saad.

Baca Juga: Di Sidang Majelis Umum, Menlu Retno Serukan Tiga Langkah Kongkrit PBB untuk Palestina

Simpati warga Amerika pada Palestina memang masih minoritas. Namun, jumlah warga Amerika yang bersimpati pada Israel mengalami fluktuasi.

Hal ini terkait dengan pandangan masyarakat pemilih partai Demokrat yang makin keras bersuara mendukung Palestina.

“Basis Demokrat (Joe) Biden secara luas mendukung negara Palestina dan sekarang ingin melihat AS memberi lebih banyak tekanan pada Israel untuk membuat kompromi yang diperlukan untuk menyelesaikan konflik,” beber peneliti Gallup Lydia Saad.

Hal serupa juga terjadi di kalangan warga Yahudi-Amerika. Survei Pew Research Center pada 2020 menunjukkan, ada minoritas Yahudi-Amerika yang melihat dukungan Amerika pada Israel terlalu besar.

Sekitar 22% warga Yahudi-Amerika menilai Amerika terlalu mendukung Israel. Sementara, 54% berpendapat dukungan Amerika pada Israel sudah tepat.

Lalu, sejumlah 28% warga Yahudi-Amerika menilai buruk kepemimpinan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu. Sedangkan, 40% menilai kepemimpinan Netanyahu baik atau sangat baik.

Baca Juga: Mengungkap Deretan Fakta dan Penyebab Israel-Palestina Sulit Berdamai

Hal yang mengejutkan, ada minoritas (10%) Yahudi-Amerika yang mendukung gerakan boikot, divestasi, dan sanksi (BDS) pada lembaga dan perusahaan Israel.

Pada dasarnya, mayoritas warga Yahudi-Amerika mendukung dua negara Israel-Palestina sama-sama berdiri.

“Sebagian besar orang Yahudi AS (63%) mengatakan, mereka pikir ada cara yang bisa ditemukan agar Israel dan negara Palestina merdeka dapat hidup berdampingan dengan damai,” tambah tim peneliti.

Ini tak lepas dari pemahaman masyarakat Amerika yang makin meningkat soal Palestina. Masyarakat Amerika juga makin tak puas dengan kebijakan intervensi negaranya ke Timur-Tengah.

Politikus-politikus liberal Amerika, seperti Alexandria Ocasio-Cortez bersuara keras mengkritik Israel. Di sisi lain, politikus berhaluan tengah terpaksa ikut mengkritik Israel.

“Orang-orang menjadi semakin sadar akan situasi hak asasi manusia yang tidak dapat dipertahankan di Gaza. Ini termasuk beragam koalisi dari kaum progresif Yahudi-Amerika, Muslim-Amerika, dan lainnya yang melihat kemanusiaan kita terkait langsung satu sama lain," ujar anggota dewan Ilhan Omar, dikutip dari Vox.

Baca Juga: Pengamat Hubungan Internasional Ungkap Deretan Fakta dan Latar Belakang Konflik Israel-Palestina

Jurnalis Vox Zack Beauchamp bahkan menyebut, ada kemungkinan aliansi Amerika dan Israel akan pecah dalam jangka panjang. 

“Melemahnya aliansi ini tidak bisa dihindari hanya "jika Israel terus berada di jalur politik saat ini',” tulis Beauchamp mengutip pendapat Matt Duss, veteran kebijakan Amerika soal Israel-Palestina.

Jalur politik yang dimaksud adalah kebijakan pemerintahan Israel untuk terus memperluas pemukiman ilegal di Yerusalem Timur dan menyerang balik Hamas secara berlebihan.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x