Kompas TV internasional kompas dunia

Kisah Putri Latifa, Putri Penguasa Dubai yang Menghilang Selama Tiga Tahun

Kompas.tv - 17 Februari 2021, 12:54 WIB
kisah-putri-latifa-putri-penguasa-dubai-yang-menghilang-selama-tiga-tahun
Putri Latifa binti Mohammed Al Maktoum, putri dari Dubai yang terpenjara dalam sangkar emas. (Sumber: wikipedia)
Penulis : Tussie Ayu

DUBAI, KOMPAS.TV – Bagai kisah dongeng, Putri Latifa Al Maktoum yang merupakan putri dari penguasa Dubai, Syeikh Mohammed bin Rashid al Maktoum, telah menghilang selama tiga tahun. Beberapa bulan lalu, sahabat Putri Latifa, Tiina Jauhiainen, mendapat kontak dari Putri Latifa setelah tiga tahun menghilang.

Namun kontak itu berhenti, dan sang putri pun kembali menghilang tak tahu dimana rimbanya.

Putri Latifa merupakan salah satu dari 25 anak Sheikh Mohammed bin Rashid al Maktoum, sang penguasa Dubai.

Syeikh telah menyulap Dubai menjadi kota yang berkilauan, pusat bisnis dan tujuan pariwisata yang indah. Tentu saja keluarganya pun hidup bergelimang harta.

Namun Putri Latifa bagaikan hidup di sangkar emas. Meskipun bergelimang harta, ia terikat dengan budaya, hukum dan adat istiadat Emirat yang sangat membatasi kehidupan perempuan.

"Saya tidak diizinkan mengemudi, saya tidak diizinkan berpergian atau meninggalkan Dubai sama sekali," kata Latifa dalam video yang direkam sebelum dia mengilang, seperti dikutip dari BBC.

Menurutnya, dia bahkan tidak diperbolehkan meninggalkan Dubai. Putri Latifa mengaku terakhir kali pergi ke luar negeri adalah pada tahun 2000. Setelah itu, dia tidak diizinkan untuk berpergian lagi.

Kemudian pada tahun 2018, sang putri merencanakan untuk melarikan diri dari Dubai bersama sahabatnya, Tiina.

Mereka menyelinap keluar dari Dubai dan berkendara ke pantai Oman. Butuh waktu berjam-jam bagi mereka untuk mencapai perairan internasional, dengan menaiki perahu kecil dan jet ski.

Pada malam hari, mereka berhasil mencapai kapal pesiar yang akan membawa mereka pada kebebasan.

Dalam pesan whatsapp kepada seorang teman, Latifa saat itu menuliskan, "Saya bebas!".

Mereka berencana untuk berlayar melintasi Samudra Hindia, kemudian terbang ke Amerika Serikat. Setibanya di Amerika Serikat, Latifa berencana untuk mengajukan suaka politik.

Rencana itu awalnya berjalan mulus, hingga delapan hari kemudian, bencana pun terjadi. Saat itu, kapal pesiar mereka mendekati perairan India. Tiba-tiba sekelompok orang bersenjata menaiki perahu mereka.

Putri Latifa dan teman-temannya bersembunyi di kamar mandi. Kemudian kelompok orang itu melemparkan granat asap, yang memaksa mereka naik ke dek.

Tiina menceritakan, saat itu Latifa melawan orang-orang yang berusaha menangkapnya. "Latifa berteriak dan menendang. Dia terus berkata 'jangan bawa saya kembali ke Uni Emirat Arab. Tembak saja saya di sini'," kata Tiina.

Hari itu adalah terakhir kali Tiina berjumpa dengan sahabatnya.

Dalam percakapan video beberapa bulan lalu bersama Tiina, Latifa menceritakan tentang hari penangkapannya di kapal pesiar.

"Saya berkelahi, dan orang ini datang dengan kantong kecil. Dia mengeluarkan jarum suntik dan menyuntik saya di lengan," ujar Latifa.

Latifa mengatakan, dia kemudian dipindahkan ke kapal militer India.

Baca Juga: Dubai Pecahkan Rekor Air Mancur Terbesar Dunia

"Komando membawaku melewati koridor ini, dan ke sebuah ruangan besar, dan di depanku mungkin ada empat atau lima jenderal. Saya berkata kepada mereka 'nama saya Latifa al Maktoum'. Saya tidak ingin ke Dubai, saya ingin mendapatkan suaka. Saya berada di perairan internasional, Anda harus membiarkan saya pergi," kata Latifa kepada militer India.

Namun permintaan Latifa untuk dibebaskan, tidak didengar. Dia mengaku mendapat tindakan kekerasan pada saat itu.

"Dia menangkapku. Mengangkatku. Menendang dan berkelahi denganku. Tapi dia jauh lebih besar dariku. Jadi, ketika kulihat lengan bajunya digulung dan lengannya terbuka. Aku punya satu kesempatan untuk melawan. Aku menggigitnya sekeras yang aku bisa, dan kemudian menggelengkan kepalaku. Dia berteriak."

Namun kemudian, ketika Putri Latifa dianggap telah tenang, dia akhirnya diterbangkan kembali ke Dubai.

"Saya merasa sangat sedih pada saat itu. Saya merasa semua yang saya kerjakan selama bertahun-tahun untuk mendapatkan kebebasan, hilang begitu saja. Dan saya telah berada di sini (Dubai) sejak saat itu. Saya sendirian, di sel isolasi. Tidak ada akses ke bantuan medis, tanpa pengadilan, tidak ada apa-apa," kata Putri Latifa kepada Tiina.

Sedangkan Tiina, setelah kejadian penyerbuan di perairan India, dia kembali ke Uni Emirat Arab dengan kapal pesiar. Sesampainya ke UEA, dia ditahan selama dua minggu.

Setelah dibebaskan, Tiina menceritakan kisah Putri Latifa kepada media internasional. Dia membentuk kelompok kampanye bernama ‘Free Latifa’ dan membawa kasus sang putri ke Perserikatan Bangsa-Bangsa.

Namun berbulan-bulan berlalu sejak kejadian itu, dia tidak mendengar kabar apa pun dari Latifa.

Hingga akhirnya, pada suatu hari di awal tahun 2019, Tiina mengunjungi keluarganya di Finlandia. Tiba-tiba dia mendapat pesan dari orang asing. Pertama-tama, dia harus menjawab semacam pertanyaan sandi keamanan.

Bertahun-tahun sebelumnya, Tiina pernah mengajari Latifa seni bela diri Brasil, capoeira. Orang asing itu menanyakan nama panggilan capoeira untuk Latifa.

Setelah Tiina dapat menjawab pertanyaan itu dengan benar, barulah ia dapat berbicara dengan Latifa secara langsung.

"Ketika saya pertama kali mendengar suaranya, saya menangis. Saya tidak bisa menahannya. Itu sangat, sangat emosional," kata Tiina.

Saat itu Latifa merekam pesan video. Dia berada di sudut kamar mandi dan berbicara dengan bisikan yang rapuh.

"Saya membuat video ini dari kamar mandi, karena ini satu-satunya kamar dengan pintu yang bisa saya kunci. Saya seorang sandera. Saya tidak bebas. Saya diperbudak di penjara ini. Hidup saya tidak ada di tangan saya," kata Latifa ketika itu.

Latifa terlihat pucat dan bengkak, karena dia hanya mendapatkan akses sedikit sekali pada cahaya matahari.

Baca Juga: Setelah Dua Tahun Perluasan, Taman Safari Dubai Dibuka Kembali

"Saya berada di sebuah vila, dan vila ini telah diubah menjadi penjara. Semua jendela ditutup. Ada lima polisi di luar dan dua polisi wanita di dalam rumah. Dan saya bahkan tidak bisa keluar untuk mendapatkan udara segar," kata Latifa.

Vila ini merupakan tempat yang mewah dan hanya berjarak beberapa meter dari pantai. Namun demikian, villa mewah ini merupakan penjara bagi Latifa.

"Kita tidak boleh berpura-pura bahwa hanya karena ini sebuah vila, maka itu tidak apa-apa", kata Direktur Eksekutif Human Rights Watch, Ken Roth, Seperti dikutip dari BBC.

"Wanita ini dipenjara. Pada dasarnya ini adalah kurungan isolasi, kecuali untuk para sipirnya. Sel isolasi semacam itu secara luas dianggap sebagai bentuk penyiksaan, karena sudah terjadi berkepanjangan," ujarnya.

Ketakutan terlihat jelas dalam raut wajah Latifa dalam video. Suaranya menggambarkan keputusasaan.

"Setiap hari saya khawatir tentang keselamatan dan hidup saya. Saya tidak benar-benar tahu apakah saya akan selamat dari situasi ini. Polisi mengancam saya bahwa saya akan berada di penjara seumur hidup dan saya tidak akan pernah melihat matahari lagi. Jadi aku tidak aman di sini," kata Latifa.

Namun dia terlihat tenang dan dapat mendokumentasikan kisah luar biasa ini.

"Bagi saya itu sederhana, seperti, apakah saya bebas atau saya tidak bebas? Jadi baiklah, dunia akan tahu bahwa saya tidak bebas. Siapa pun yang peduli akan tahu bahwa saya tidak bebas, dan saya tidak akan sejalan dengan propaganda mereka. Begitulah saya," kata Latifa.

Di sisi lain, Syeikh mengatakan bahwa kembalinya Latifa ke Dubai sebagai misi penyelamatan.

Pada Desember 2018, setelah Latifa hilang selama sembilan bulan, UEA menghadapi tekanan internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meminta bukti kehidupan Latifa, atau mereka akan mengumumkan kekhawatiran bahwa sang putri mungkin telah meninggal.

Latifa sempat menerima kunjungan dari ibu tirinya Putri Haya. Haya saat itu mengajaknya makan siang.

"Dia bilang kepada saya ini seperti ujian, untuk melihat bagaimana saya akan bereaksi setelah sekian lama di penjara," kata Latifa dalam salah satu video. "Dan jika saya bertindak baik, saya bereaksi dengan baik, saya akan keluar dalam beberapa hari."

Namun di belakang Latifa, Putri Haya ternyata menyebarkan kebohongan. Dia mengatakan bahwa Latifa menderita gangguan bipolar dan rentan terhadap eksploitasi.

Baca Juga: Merah Putih 'Selimuti' Burj Khalifa Dubai Peringati HUT RI ke-75

Untuk membantu membuktikan kepada PBB bahwa Latifa baik-baik saja, Haya turut mengajak seorang temannya, yang merupakan mantan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia di PBB, Mary Robinson, untuk ikut dalam makan siang bersama Latifa.

Pada 15 Desember 2018, Mary Robinson terbang ke Dubai. Saat itu dia mengatakan bahwa Haya dan akan memberi tahu dia tentang "kondisi medis" Latifa. Robinson pun setuju untuk membantu Haya menghubungi PBB.

Latifa ikut dalam pertemuan itu, mereka membahas tentang lingkungan, terjun payung, dan buku Mary Robinson yang akan terbit.

"Mereka tidak membahas kasus saya (dalam pertemuan itu). Mereka tidak pernah membahas kasus saya," kata Latifa.

Mary Robinson mengaku bahwa dalam pertemuan itu, dia tidak menanyai Latifa tentang video yang dia buat atau pelariannya, atau meminta Latifa untuk bertemu dengannya secara pribadi.

"Saya tidak tahu bagaimana berbicara dengan seseorang yang menderita bipolar. Saya benar-benar tidak ingin berbicara dengannya dan meningkatkan traumanya saat makan siang yang enak," ujar Robinson.

Namun Robinson mengizinkan difoto bersama Latifa untuk dikirim ke PBB. Robinson mengatakan dia yakin ini adalah foto pribadi. Kemudian dia tercengang ketika UEA merilis foto itu kepada dunia sembilan hari kemudian.

Setelah makan siang, alih-alih mendapat kebebasan, Latifa dibawa kembali ke vila penjaranya. "Semuanya diatur. Sepertinya mereka menipu saya. Tidak ada yang berubah untuk putri yang hilang itu,” kata Latifa.

Namun bagi ibu tirinya, Putri Haya, makan siang itu membuat mengubah banyak hal.

"Relatif tidak lama setelah itu," kenang Robinson, "saya mendapat telepon dari Haya dan mengatakan 'Mary, saya di London. Saya baru saja datang ke London dengan dua anak saya. Saya datang hanya dengan pakaian yang kami pakai, karena saya begitu takut. Kami salah. Saya telah menemukan banyak hal. '"

Belakangan Haya berkata bahwa Syeikh tidak menyambut niatnya untuk ‘membereskan’ kasus Latifa dan kini Haya semakin dimusuhi oleh Syeikh. Pada April 2019, Haya mengatakan bahwa dia yakin posisinya di Dubai tidak aman. Pada 15 April, dia melarikan diri ke Inggris.

Kini selain kasus Latifa, Syeikh menghadapi kasus baru dalam keluarganya, yaitu pelarian Putri Haya dan dua anaknya ke Inggris. Syeikh memulai pertempuran di Pengadilan Tinggi agar anak-anak itu kembali ke Dubai. Tapi di pengadilan, dia mendapatkan sesuatu yang sungguh di luar dugaan.

Pada Maret 2020, keputusan Pengadilan Tinggi Inggris mengungkapkan perincian lebih lanjut tentang perlakuan Syeikh terhadap putri-putrinya yang sudah dewasa. Delapan belas tahun sebelumnya, ternyata pernah terjadi kasus yang hampir sama pada putri Syeikh yang lain.

Baca Juga: Aneka Kurma di Sharja Center Mall, Dubai

Pengadialan mengungkapkan, putri kedua Syeikh yang bernama Shamsa, telah diculik ketika sedang berada di Inggris, untuk dikembalikan ke Dubai. Sejak saat itu, Shamsa ditahan di Dubai.

Keputusan Pengadilan Tinggi di Inggris menjelaskan secara lengkap untuk pertama kalinya, tentang bagaimana agen Syeikh melacak Shamsa yang berada di Cambridge, untuk menerbangkannya kembali ke Dubai.

Dalam keputusan ini, Hakim juga menemukan fakta bahwa Haya telah diintimidasi dan Latifa telah diculik serta dipenjara. Seperti dikutip BBC, juga disebutkan bahwa Syekh telah berlaku tidak jujur dan tidak terbuka kepada pengadilan.

Bagi Tiina, keputusan pengadian ini merupakan terobosan baru. "Saya pikir itu akan menjadi sesuatu yang bisa mempercepat pembebasannya," kata Tiina.

Namun demikian, tampaknya harapan Tiina belum terlaksana. Kehidupan Latifa di Dubai tidak mengalami banyak perubahan. Dia tetap terpenjara dalam villa mewah di Dubai.

Sendirian di vilanya di Dubai, Latifa mengikuti kasus tersebut dan menjalin kontak dengan teman, dan sepupu ibunya yang berbasis di Inggris, Marcus. Selain itu, dia juga menjalin kontak dengan salah satu pendiri kampanye ‘Free Latifa’, David Haigh.

"Setiap hari adalah perjuangan baginya, dan Anda bisa mendengarnya dalam suaranya. Saya tahu dia lelah, saya tahu kesehatannya tidak baik," kata Marcus.

Namun pada suatu hari, kontak dengan Latifa kembali terputus. Kini, berbulan-bulan setelah kontak terakhir dengan Latifa, Tiina, David dan Marcus telah mengambil keputusan untuk merilis beberapa video Latifa, dengan harapan dapat membantu menekan Syekh untuk membebaskan Latifa.

"Kami tidak mengambil keputusan ini dengan enteng, ada beberapa malam tanpa tidur karena memikirkan hal ini", kata Tiina.

Tiina diliputi rasa takut akan keamanan Latifa.

“Awalnya, saya pikir mungkin dia bermasalah dengan ponselnya. Saya berharap dia akan muncul kembali. Saya tidak mau percaya,” kata Tiina.

Tapi kemudian dia sadar bahwa Latifa tidak akan kembali.

Di sisi lain, pemerintah Dubai dan UEA mengatakan bahwa saat ini Latifa berada di tempat yang aman, dalam perawatan penuh kasih dari keluarganya. Namun bagaimana keadaan Putri malang ini sebenarnya, tidak ada yang tahu.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x