Kompas TV internasional kompas dunia

Kisah Putri Latifa, Putri Penguasa Dubai yang Menghilang Selama Tiga Tahun

Kompas.tv - 17 Februari 2021, 12:54 WIB
kisah-putri-latifa-putri-penguasa-dubai-yang-menghilang-selama-tiga-tahun
Putri Latifa binti Mohammed Al Maktoum, putri dari Dubai yang terpenjara dalam sangkar emas. (Sumber: wikipedia)
Penulis : Tussie Ayu

"Kita tidak boleh berpura-pura bahwa hanya karena ini sebuah vila, maka itu tidak apa-apa", kata Direktur Eksekutif Human Rights Watch, Ken Roth, Seperti dikutip dari BBC.

"Wanita ini dipenjara. Pada dasarnya ini adalah kurungan isolasi, kecuali untuk para sipirnya. Sel isolasi semacam itu secara luas dianggap sebagai bentuk penyiksaan, karena sudah terjadi berkepanjangan," ujarnya.

Ketakutan terlihat jelas dalam raut wajah Latifa dalam video. Suaranya menggambarkan keputusasaan.

"Setiap hari saya khawatir tentang keselamatan dan hidup saya. Saya tidak benar-benar tahu apakah saya akan selamat dari situasi ini. Polisi mengancam saya bahwa saya akan berada di penjara seumur hidup dan saya tidak akan pernah melihat matahari lagi. Jadi aku tidak aman di sini," kata Latifa.

Namun dia terlihat tenang dan dapat mendokumentasikan kisah luar biasa ini.

"Bagi saya itu sederhana, seperti, apakah saya bebas atau saya tidak bebas? Jadi baiklah, dunia akan tahu bahwa saya tidak bebas. Siapa pun yang peduli akan tahu bahwa saya tidak bebas, dan saya tidak akan sejalan dengan propaganda mereka. Begitulah saya," kata Latifa.

Di sisi lain, Syeikh mengatakan bahwa kembalinya Latifa ke Dubai sebagai misi penyelamatan.

Pada Desember 2018, setelah Latifa hilang selama sembilan bulan, UEA menghadapi tekanan internasional. Perserikatan Bangsa-Bangsa telah meminta bukti kehidupan Latifa, atau mereka akan mengumumkan kekhawatiran bahwa sang putri mungkin telah meninggal.

Latifa sempat menerima kunjungan dari ibu tirinya Putri Haya. Haya saat itu mengajaknya makan siang.

"Dia bilang kepada saya ini seperti ujian, untuk melihat bagaimana saya akan bereaksi setelah sekian lama di penjara," kata Latifa dalam salah satu video. "Dan jika saya bertindak baik, saya bereaksi dengan baik, saya akan keluar dalam beberapa hari."

Namun di belakang Latifa, Putri Haya ternyata menyebarkan kebohongan. Dia mengatakan bahwa Latifa menderita gangguan bipolar dan rentan terhadap eksploitasi.

Baca Juga: Merah Putih 'Selimuti' Burj Khalifa Dubai Peringati HUT RI ke-75

Untuk membantu membuktikan kepada PBB bahwa Latifa baik-baik saja, Haya turut mengajak seorang temannya, yang merupakan mantan Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia di PBB, Mary Robinson, untuk ikut dalam makan siang bersama Latifa.

Pada 15 Desember 2018, Mary Robinson terbang ke Dubai. Saat itu dia mengatakan bahwa Haya dan akan memberi tahu dia tentang "kondisi medis" Latifa. Robinson pun setuju untuk membantu Haya menghubungi PBB.

Latifa ikut dalam pertemuan itu, mereka membahas tentang lingkungan, terjun payung, dan buku Mary Robinson yang akan terbit.

"Mereka tidak membahas kasus saya (dalam pertemuan itu). Mereka tidak pernah membahas kasus saya," kata Latifa.

Mary Robinson mengaku bahwa dalam pertemuan itu, dia tidak menanyai Latifa tentang video yang dia buat atau pelariannya, atau meminta Latifa untuk bertemu dengannya secara pribadi.

"Saya tidak tahu bagaimana berbicara dengan seseorang yang menderita bipolar. Saya benar-benar tidak ingin berbicara dengannya dan meningkatkan traumanya saat makan siang yang enak," ujar Robinson.

Namun Robinson mengizinkan difoto bersama Latifa untuk dikirim ke PBB. Robinson mengatakan dia yakin ini adalah foto pribadi. Kemudian dia tercengang ketika UEA merilis foto itu kepada dunia sembilan hari kemudian.

Setelah makan siang, alih-alih mendapat kebebasan, Latifa dibawa kembali ke vila penjaranya. "Semuanya diatur. Sepertinya mereka menipu saya. Tidak ada yang berubah untuk putri yang hilang itu,” kata Latifa.

Namun bagi ibu tirinya, Putri Haya, makan siang itu membuat mengubah banyak hal.

"Relatif tidak lama setelah itu," kenang Robinson, "saya mendapat telepon dari Haya dan mengatakan 'Mary, saya di London. Saya baru saja datang ke London dengan dua anak saya. Saya datang hanya dengan pakaian yang kami pakai, karena saya begitu takut. Kami salah. Saya telah menemukan banyak hal. '"

Belakangan Haya berkata bahwa Syeikh tidak menyambut niatnya untuk ‘membereskan’ kasus Latifa dan kini Haya semakin dimusuhi oleh Syeikh. Pada April 2019, Haya mengatakan bahwa dia yakin posisinya di Dubai tidak aman. Pada 15 April, dia melarikan diri ke Inggris.

Kini selain kasus Latifa, Syeikh menghadapi kasus baru dalam keluarganya, yaitu pelarian Putri Haya dan dua anaknya ke Inggris. Syeikh memulai pertempuran di Pengadilan Tinggi agar anak-anak itu kembali ke Dubai. Tapi di pengadilan, dia mendapatkan sesuatu yang sungguh di luar dugaan.

Pada Maret 2020, keputusan Pengadilan Tinggi Inggris mengungkapkan perincian lebih lanjut tentang perlakuan Syeikh terhadap putri-putrinya yang sudah dewasa. Delapan belas tahun sebelumnya, ternyata pernah terjadi kasus yang hampir sama pada putri Syeikh yang lain.

Baca Juga: Aneka Kurma di Sharja Center Mall, Dubai

Pengadialan mengungkapkan, putri kedua Syeikh yang bernama Shamsa, telah diculik ketika sedang berada di Inggris, untuk dikembalikan ke Dubai. Sejak saat itu, Shamsa ditahan di Dubai.

Keputusan Pengadilan Tinggi di Inggris menjelaskan secara lengkap untuk pertama kalinya, tentang bagaimana agen Syeikh melacak Shamsa yang berada di Cambridge, untuk menerbangkannya kembali ke Dubai.

Dalam keputusan ini, Hakim juga menemukan fakta bahwa Haya telah diintimidasi dan Latifa telah diculik serta dipenjara. Seperti dikutip BBC, juga disebutkan bahwa Syekh telah berlaku tidak jujur dan tidak terbuka kepada pengadilan.

Bagi Tiina, keputusan pengadian ini merupakan terobosan baru. "Saya pikir itu akan menjadi sesuatu yang bisa mempercepat pembebasannya," kata Tiina.

Namun demikian, tampaknya harapan Tiina belum terlaksana. Kehidupan Latifa di Dubai tidak mengalami banyak perubahan. Dia tetap terpenjara dalam villa mewah di Dubai.

Sendirian di vilanya di Dubai, Latifa mengikuti kasus tersebut dan menjalin kontak dengan teman, dan sepupu ibunya yang berbasis di Inggris, Marcus. Selain itu, dia juga menjalin kontak dengan salah satu pendiri kampanye ‘Free Latifa’, David Haigh.

"Setiap hari adalah perjuangan baginya, dan Anda bisa mendengarnya dalam suaranya. Saya tahu dia lelah, saya tahu kesehatannya tidak baik," kata Marcus.

Namun pada suatu hari, kontak dengan Latifa kembali terputus. Kini, berbulan-bulan setelah kontak terakhir dengan Latifa, Tiina, David dan Marcus telah mengambil keputusan untuk merilis beberapa video Latifa, dengan harapan dapat membantu menekan Syekh untuk membebaskan Latifa.

"Kami tidak mengambil keputusan ini dengan enteng, ada beberapa malam tanpa tidur karena memikirkan hal ini", kata Tiina.

Tiina diliputi rasa takut akan keamanan Latifa.

“Awalnya, saya pikir mungkin dia bermasalah dengan ponselnya. Saya berharap dia akan muncul kembali. Saya tidak mau percaya,” kata Tiina.

Tapi kemudian dia sadar bahwa Latifa tidak akan kembali.

Di sisi lain, pemerintah Dubai dan UEA mengatakan bahwa saat ini Latifa berada di tempat yang aman, dalam perawatan penuh kasih dari keluarganya. Namun bagaimana keadaan Putri malang ini sebenarnya, tidak ada yang tahu.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x