Kompas TV bisnis kebijakan

Pemerintah akan Beli Laptop Merah Putih Rp17 Triliun, Indef: Banyak Warga yang Belum Dapat Bansos

Kompas.tv - 27 Juli 2021, 19:14 WIB
pemerintah-akan-beli-laptop-merah-putih-rp17-triliun-indef-banyak-warga-yang-belum-dapat-bansos
Ilustrasi orang menggunakan laptop. (Sumber: Unsplash/Glenn Carstens-Peters)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Fadhilah

JAKARTA, KOMPAS.TV - Pengamat ekonomi dari INDEF, Abra P.G. Talattov mengkritik rencana Kemendikbudristek untuk membeli peralatan TIK, termasuk laptop merah putih dengan anggaran Rp17,42 triliun saat PPKM Level 4.

Abra mengatakan, pembelian laptop itu juga tidak tepat saat kondisi genting akibat lonjakan kasus Covid-19 akibat varian Delta.

“Kita dengar ada wacana pengadaan laptop sampai Rp17 triliun ini kan cukup mengejutkan. Artinya, apakah pengadaan laptop itu cukup urgent dilakukan di saat pandemi ini?” ujar Abra dalam diskusi virtual pada Senin (26/7/2021).

Ia menyebut, pemerintah mestinya menggunakan anggaran Kemendikbudristek yang berjumlah 20 persen total APBN untuk perlindungan sosial.

Baca Juga: Ekonom Indef: Negara yang Rendah Anggaran Bansosnya, Kasus Covid-19 akan Tinggi

“Saya pikir persoalannya bukan bagaimana kementerian lembaga menghabiskan atau merealisasikan program kegiatan, tetapi memilah-milah lagi kegiatan mana yang dinilai bisa ditunda setahun dua tahun ini dan bisa dialihkan,” imbuhnya.

Menurutnya, pemerintah pusat dalam hal ini kementerian lembaga juga harus berkorban untuk menangani Covid-19 dan mengurangi beban masyarakat terdampak PPKM.

“Bukan hanya masyarakat yang harus berkorban, tetapi kementerian lembaga juga harus berkorban. PPKM Darurat ini bukan hanya berlaku untuk masyarakat. Artinya, harus ada sense of crisis yang lebih tinggi lagi,” kata Abra.

Selain Kemendikbudristek, Abra juga menyoroti rendahnya serapan anggaran kementerian pertanian, yaitu hanya mencapai 25 persen alokasi di APBN.

“Kementan ini semestinya di tengah pandemi adalah kementerian strategis juga menolong masyarakat di pedesaan, terutama di sektor pertanian,” kata Abra.

Abra mengatakan, jajaran menteri dan kepala lembaga itu terlihat tak maksimal membantu Presiden Joko Widodo (Jokowi).

“Ternyata perintah Presiden agar pembantu-pembantunya bersikap luar biasa tidak terefleksikan dengan realisasi belanja kementerian lembaga,” ujarnya

Lebih jauh, masalah serupa juga terjadi pada pemerintah daerah. Hal ini terlihat dari Dana Desa yang baru terserap 31,4 persen alokasi dan Dana Alokasi Khusus Fisik baru terserap 7,39 persen.

Baca Juga: Bantuan Subsidi Upah Dinilai Minim, Indef Soroti Nasib Pekerja Tak Terdaftar BPJS Ketenagakerjaan

“Realisasi anggaran pemerintah daerah yang lain juga relatif semuanya di bawah 50 persen. Artinya, kecepatan untuk mengeksekusi belanja tidak hanya dialami pemerintah pusat, tapi juga dialami pemerintah daerah,” jelas Abra.

Ia pun menyayangkan sikap para pejabat pemerintah yang kerap menyatakan tak mampu memberikan bantuan sosial (bansos) pada masyarakat.

”Masyarakat masih banyak belum dapat bansos, tapi di sisi lain pemerintah membuka sinyal pesimisme bahwa negara tidak hadir, negara tidak cukup mampu memberikan perlindungan bagi masyarakat,” katanya.

Abra mengatakan, pemerintah tak bisa sekadar meminta masyarakat patuh protokol kesehatan, saat tak bisa memberi bansos.

“Harus ada eksekusi yang jelas dari pemerintah pusat. Jangan hanya menceritakan keluhan-keluhan karena masyarakat sudah lelah juga mendengar keluhan pemerintah,” tegasnya.

Sebelumnya, Mendikbudristek Nadiem Makarim mengumumkan rencana pembelian peralatan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) untuk Digitalisasi Sekolah. 

Nadiem menyebut, pihaknya mendapat total anggaran Rp17,42 triliun hingga 2024. Ia mengklaim, program Digitalisasi Sekolah pada 2021 telah berhasil mengirimkan 190 ribu laptop ke 12 ribu sekolah dari berbagai jenjang.

Sementara, Rektor ITB Reini Wirahadikusumah mengatakan, pembelian laptop merah putih adalah untuk memenuhi kebutuhan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) selama pandemi Covid-19.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan Rp 17 Triliun untuk Laptop Sekolah

“Jadi, pengguna terbesar adalah pemerintah untuk kebutuhan pembelajaran digital dalam proses pendidikan," kata Reini dalam keterangan tertulis pada Selasa (27/7/2021).

Reini menyebut, program pemerintah ini melibatkan peneliti dan teknisi dari Institut Teknologi Bandung (ITB), Universitas Indonesia (UI), Universitas Gadjah Mada (UGM), dan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS).

"Aktivitas ini juga diharapkan akan membuka lapangan kerja dalam bidang rekayasa (engineering) di produk digital, dan lulusan perguruan tinggi, politeknik, dan SMK di bidang teknologi elektronika dan informatika akan terserap oleh lapangan kerja ini,” imbuhnya.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x