> >

Zulkifli Hasan: Bangsa Terganggu Saat Capres dan Cawapres yang Kalah Jadi Menteri

Politik | 24 Maret 2021, 23:32 WIB
Wakil Ketua Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) RI sekaligus Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan (Sumber: Dok Humas PAN/MPR RI)

JAKARTA, KOMPAS TV - Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, mengaku sedih melihat kondisi bangsa Indonesia yang terjadi saat ini.

Pasalnya, kata dia, Indonesia dalam menyelenggarakan demokrasi telah meninggalkan semangat musyawarah mufakat.

Baca Juga: Zulkifli Hasan Ingatkan Pendukung Imam Besar FPI Habib Rizieq Shihab: Covid-19 Itu Nyata, Bukan Isu

Politik elektoral berubah menjadi ajang memperebutkan kekuasaan semata untuk berebut lobi dan pengaruh. Tak peduli masyarakat terpolarisasi secara hebat.

Bahkan, menurut pria yang akrab disapa Zulhas itu, muncul benih-benih permusuhan dan kebencian yang ongkos sosial budayanya sangat tinggi.

"Polarisasi politik menimbulkan permusuhan dan kebencian, cebong vs kampret, buzzer vs kadrun, bisa terus tereskalasi menjadi pikiran us vs them," kata Zulhas dikutip dari tayangan di chanel Youtube pribadinya pada Rabu (24/3/2021).

Baca Juga: Zulkifli Hasan: Banyak Orang Tak Tahu, Terawan Menteri Kesayangan Jokowi, Tak Mungkin Di-reshuffle

Menurut Zulhas, istilah kami melawan mereka inilah yang sangat membahayakan keutuhan Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

Lebih lanjut, ia mengatakan, pesta demokrasi yang terjadi selama ini mahal sekali ongkosnya bagi parpol maupun peserta pemilu.

Akibatnya, menghasilkan pola-pola yang sifatnya transaksional sehingga merugikan dan membodohkan masyarakat. Sementara tensi politiknya tidak dikelola dengan baik.

Baca Juga: Indonesia Punya Kapal Selam Baru Buatan Sendiri, Ini Kata Menhan Prabowo

Tak hanya itu, kata Zulhas, penyelenggaraan pemilu yang amburadul juga mengakibatkan jatuhnya ribuan korban anggota KPPS yang meninggal dunia.

"Juga persaudaraan kebangsaan yang terganggu, setelah pemenang pilpres diperoleh, pada akhirnya yang kalah bergabung juga dengan penguasa," ujarnya.

"Capres dan cawapres penantang keduanya kini menjadi menteri juga. Bergabung dengan presiden yang terpilih. Tidak ada berkuasa dan tidak berkuasa, semua menjadi satu."

Baca Juga: Kabar Gembira! Sandiaga Uno akan Izinkan Pertunjukan Musik hingga Teater Digelar Bertahap

Sementara itu, Zulhas menyebut, konsekuensi terbelahnya masyarakat menjadi kubu-kubu terlanjur terjadi.

Zulhas menilai pengkubuan ini tidak bisa dibiarkan. Karena itu, ke depan perlu adanya rekonsiliasi nasional untuk mengembalikan keutuhan Indonesia dalam berbangsa dan bernegara.

"Para elit harus meminta maaf kepada masyarakat dan berjanji tidak menggunakan lagi poltik identitas, politik agama, politik SARA untuk menyelenggarakan suksesi kekuasaan," ujarnya.

Baca Juga: Pengamat Politik Muhammad Qodari Usul Pasangan Jokowi-Prabowo 2024: Untuk Hadapi Polarisasi

"Mulai hari ini masyarakat harus diajak bersatu kembali. Menguatkan kembali sila ketiga Pancasila, Persatuan Indonesia."

Penulis : Tito-Dirhantoro

Sumber : Kompas TV


TERBARU