> >

Presiden Iran Sebut Kehadiran Asing di Kawasan Asia Barat Picu Ketidakamanan

Kompas dunia | 28 Januari 2022, 13:21 WIB
Presiden Iran Ebrahim Raisi saat melakukan wawancara dengan stasiun televisi milik pemerintah di Teheran, Iran pada 25 Januari 2022. Raisi mengatakan persetujuan dengan Amerika Serikat terkait kesepakatan nuklir Iran mungkin tercapai jika sanksi-sanksi terhadap Iran dicabut. (Sumber: Kantor Kepresidenan Iran via AP)

TEHERAN, KOMPAS.TV - Presiden Iran Ebrahim Raisi menyebut kehadiran pihak-pihak asing di kawasan Asia Barat memicu ketidakamanan karena mereka menganggap diri sebagai penguasa dunia.

Pernyataan itu disampaikan Raisi dalam pertemuan dengan Menteri Luar Negeri (Menlu) Qatar Mohammed bin Abdulrahman Al Thani di Teheran, Kamis (27/1/2022).

"Kehadiran asing di kawasan Asia Barat hanya memicu ketidakamanan yang meningkat dan menimbulkan kekhawatiran," ujar Raisi seperti dikutip dari Press TV.

"Asing tidak memiliki penghormatan kepada identitas dan karakter negara-negara dan pemerintah-pemerintah di kawasan dan meyakini diri mereka sebagai penguasa dunia," imbuhnya.

"Mereka mesti menanggalkan kesombongan dan jiwa berpuas diri mereka dan mengakui identitas dan budaya negara-negara (di kawasan)."

Raisi menilai, hubungan baik dan sinergi antara negara-negara bertetanggalah yang dapat mewujudkan keamanan di kawasan tersebut.

Baca Juga: Iran Ingatkan Azerbaijan terkait Israel, Sebut Zionis Tak Bisa Jadi Teman Negara Islam

Iran, kata Raisi, selalu berpegang teguh pada prinsip-prinsipnya dalam berbagai isu dan tidak memedulikan apa yang diinginkan negara-negara yang memusuhinya.

"Inilah kenapa orang-orang Amerika secara resmi menyatakan bahwa kebijakan tekanan maksimum mereka tidak membuahkan hasil," ungkapnya.

Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump meluncurkan apa yang disebutnya sebagai kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran pada 2018 setelah menarik negaranya dari perjanjian nuklir multilateral dengan Teheran.

Perjanjian tersebut secara resmi disebut Rencana Aksi Komprehensif Bersama (Joint Comprehensive Plan of Action/JCPOA).

Trump menyatakan dia dapat "memperoleh kesepakatan lebih baik" dibandingkan yang dicapai di bawah pendahulunya, Barack Obama.

Baca Juga: Iran Resmi Kembali Punya Hak Suara di Majelis Umum PBB Usai Tunggakan Dibayarkan Korea Selatan

Adapun pada Selasa (25/1) lalu, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS Ned Price menyebut kebijakan tekanan maksimum Trump adalah sebuah kegagalan.

"Kampanye tekanan maksimum merupakan suatu kegagalan yang hina. Semua yang dijanjikan, yang terjadi adalah kebalikannya," ujar Price seperti dikutip Mehr News Agency.

Sementara itu, Menlu Qatar di Teheran, menyampaikan undangan Emir Qatar Tamim bin Hamad Al Thani kepada Presiden Raisi untuk hadir dalam konferensi tingkat tinggi Forum Negara-Negara Pengekspor Gas yang akan datang.

"Qatar bertekad meningkatkan hubungan dengan Republik Islam Iran dalam bidang politik dan ekonomi dan Emir Qatar secara pribadi menindaklanjuti isu ini," ujar Menlu Qatar.

"Kami yakin negara-negara di kawasan ini mesti bergerak ke arah perdamaian dan kemajuan melalui kerja sama regional."

Baca Juga: Erdogan Dikabarkan Telepon Presiden Iran, Ada Apa Ya?

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Gading-Persada

Sumber : Press TV/Mehr News Agency


TERBARU