> >

Wow, Makam Pasangan Berpelukan Mesra Berusia 1.600 Tahun Ditemukan di China Utara

Kompas dunia | 16 Agustus 2021, 20:54 WIB
Para arkeolog baru-baru ini menerbitkan studi tentang makam pasangan yang saling berpelukan berusia lebih dari 1.600 tahun dari Dinasti Wei Utara (386-534), menurut Universitas Jilin. (Sumber: Quanchao Zhang and Xiaogang Hou)

CHANGCHUN, KOMPAS.TV - Para arkeolog China baru-baru ini menerbitkan hasil studi tentang makam pasangan yang saling berpelukan mesra yang berusia lebih dari 1.600 tahun di kota Datong, Provinsi Shanxi, China Utara. 

Seperti dilansir Xinhua, Senin, (16/08/2021), makam itu berasal dari masa Dinasti Wei Utara (386-534 Masehi), menurut Universitas Jilin, lembaga yang menaungi penelitian tersebut. 

Makam tersebut pertama kali ditemukan di Kota Datong di Provinsi Shanxi, China utara, tahun 2020.

Pasangan itu terbaring di satu peti mati di makam yang sama. Jasad sang pria melingkarkan lengannya di pinggang pasangan wanitanya, sementara jasad sang wanita bersandar di dada dengan kepala di bahu pria tersebut. Sungguh mesra, bahkan maut tidak memisahkan jasad mereka berdua. 

Para peneliti juga menemukan cincin perak di jari manis tangan kiri sang wanita.

Peneliti melakukan analisis kerangka dan menunjukkan adanya patah tulang yang mengalami infeksi dan belum sembuh saat kematian pada lengan kanan jasad laki-laki di dalam makam itu, sementara tulang jasad wanitanya tampak sehat.

Penemuan ini mengindikasikan keduanya mungkin telah melakukan bunuh diri.

Meskipun beberapa makam pasangan berpelukan dari Dinasti Wei Utara sebelumnya telah ditemukan di China, temuan arkeologis baru dari makam yang terpelihara dengan baik ini cukup langka, menurut tim peneliti.

Baca Juga: Wow, Pabrik Percetakan Koin Tertua di Dunia Ditemukan di Henan, China

Para arkeolog baru-baru ini menerbitkan studi tentang makam pasangan yang saling berpelukan berusia lebih dari 1.600 tahun dari Dinasti Wei Utara (386-534), menurut Universitas Jilin seperti dilansir Xinhua, 16 Agustus 2021 (Sumber: Quanchao Zhang and Xiaogang Hou)

Makam-makam semacam itu membantu menafsirkan dengan lebih baik persepsi sosial tentang kehidupan dan kematian manusia dan cara menyikapi cinta dalam dinasti tersebut ketika koeksistensi berbagai kelompok etnis memicu kebangkitan dan penyebaran etos pluralistik, kata para peneliti.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Xinhua/Global Daily


TERBARU