Kompas TV nasional rumah pemilu

Wacana Duet NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024 Dinilai Tidak Strategis, Ini Sebabnya

Kompas.tv - 1 Juli 2022, 10:05 WIB
wacana-duet-nu-muhammadiyah-untuk-pilpres-2024-dinilai-tidak-strategis-ini-sebabnya
Ilustrasi bendera NU dan Muhammadiyah. Muncul gerakan untuk menduetkan dua ormas Islam terbesar di Indonesia ini untuk Pilpres 2024. (Sumber: Muhammadiyah.or.id)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Edy A. Putra

“Termasuk juga calon yang akan duduk di kursi legislatif. Karena itu, peran dan fungsi ini harus dipahami. Masing-masing sama pentingnya,” tutupnya.


Baca Juga: Muncul Gagasan Duet NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024, Ini Sikap PP Muhammadiyah

Sebelumnya diberitakan KOMPAS.TV pada Kamis (30/6/2022), wacana menduetkan NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024 datang dari Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Muda yang mulai bersafari ke beberapa ormas Islam, mulai dari MUI hingga PP Muhammadiyah.  

Ketua Dewan Istiqamah ICMI Muda yang juga penggagas gerakan NU-Muhammadiyah untuk Pilpres 2024, AM Iqbal Parewang, menyebutkan pentingnya perjuangan mewujudkan kepemimpinan umat.

Iqbal mencontohkan bagaimana dampaknya jika kepemimpinan nasional tidak berpihak pada umat dan bangsa.

"Kita tahu 5 persen sekolah menengah di Indonesia milik Muhammadiyah. Bahkan perguruan tinggi Muhammadiyah lebih banyak dari perguruan tinggi negeri. Itu kontribusi luar biasa,” jelasnya saat berkunjung ke PP Muhammadiyah, dikutip dari Tribunnews pada Kamis (30/6/2022).

“Tetapi dari anggaran pendidikan Rp169 triliun pada APBN 2022, misalnya, berapa yang menetes ke sekolah Muhammadiyah? Terlalu kecil, itupun kalau ada,"  imbuhnya.

Parahnya lagi, masalah kepemimpinan bukan cuma terjadi di pendidikan, tapi juga di berbagai bidang lainnya.

"Solusinya, perlu rekonstruksi kesadaran tentang kepemimpinan nasional. Jelasnya, sesuai ijtihad siyasah kami di ICMI Muda, perlu tampil duet NU dan Muhammadiyah memimpin bangsa ini. Dan untuk itulah, ICMI Muda menginisiasi gerakan yang kami sebut Pilpres 2024, Duet NU-Muhammadiyah," urai Iqbal.

Ia juga menyebut soal angka statistik survei publik yang menunjukkan bahwa sekitar 54 persen pemilih di Indonesia berafiliasi dengan NU dan Muhammadiyah.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x