Kompas TV nasional rumah pemilu

PDIP Tanggapi Survei Terbaru Litbang Kompas: Partai Tidak Tergantung Personal

Kompas.tv - 22 Juni 2022, 08:09 WIB
pdip-tanggapi-survei-terbaru-litbang-kompas-partai-tidak-tergantung-personal
Pergerakan elektablitas capres berdasarkan survei litbang Kompas. Begini tanggapan PDIP (Sumber: Kompas id)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Purwanto

JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Sekretaris Jenderal PDI-P Arif Wibowo memberi komentar tentang Hasil Survei Litbang Kompas terbaru yang dikeluarkan Juni 2022 tentang kuatnya figur Capres lebih disukai dibanding partai Politik.

Sebagian besar responden sebagaimana dilansir Survei Litbang Kompas  (67,7 persen) menyatakan tetap teguh akan memilih capres yang mereka sukai sekalipun diusung parpol yang tidak disukai.

Arif pun menyebut, preferensi publik yang terekam dalam berbagai hasil survei menjadi bagian dari kajian dan pendalaman yang dilakukan PDIP dalam menentukan capres.

Akan tetapi, lanjutnya, masih ada sejumlah pertimbangan lain yang bermuara pada keputusan Ketua Umum PDI-P Megawati Soekarnoputri.

Berkaca dari Pemilu 2014 dan 2019, perolehan suara PDI-P maupun parpol lain diakui oleh Arif memang dipengaruhi kuat oleh capres yang diusung.

Jelang Pemilu 2024, menurutnya, PDI-P pun ingin melepaskan ketergantungan itu.

“Kami memperkuat kerja-kerja partai, sehingga nanti pada saatnya, partai tidak tergantung kepada personal,” kata Arif dikutip Harian Kompas, Rabu (22/6/2022).

Menurut dia, adanya partai yang kuat tidak hanya akan memudahkan implementasi strategi pemenangan.

Ketika memenangi Pilpres, lanjutnya, hal itu juga berguna untuk memastikan pemerintahan berjalan optimal dan efektif.

Sebab, partai bisa menggaransi berbagai kebijakan dan program yang dijanjikan akan dilaksanakan.

Berdasarkan pengalaman pemilihan kepala daerah (Pilkada) di sejumlah daerah, kata Arif, basis partai yang kuat juga terbukti dapat memenangkan calon kepala daerah meski dalam survei, tingkat elektabilitas mereka rendah.

Hal itu diharapkan juga bisa dilakukan di tingkat nasional.

“Sebab, kalau urusannya hanya terkait popularitas dan elektabilitas belaka, tetapi partainya lemah, ya bubarkan saja partai, partai menjadi tidak ada gunanya,” ujarnya.



Sumber : Harian Kompas/Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x