Kompas TV nasional peristiwa

12 April Jadi Hari Internasional Mengenang Yuri Gagarin, Manusia Pertama yang Mengorbit Bumi

Kompas.tv - 12 April 2022, 19:42 WIB
12-april-jadi-hari-internasional-mengenang-yuri-gagarin-manusia-pertama-yang-mengorbit-bumi

Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) Venzha Christ memegang mock up atau tiruan Vostok 1, misi berawak pertama manusia ke luar angkasa di v.u.f.o.c lab, Yogyakarta, Selasa (12/4/2022). (Sumber: Switzy Sabandar/KOMPAS.TV)

Penulis : Switzy Sabandar | Editor : Vyara Lestari

YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Belum banyak orang yang tahu bahwa tanggal 12 April diperingati sebagai International Day of Human Space Flight, atau Hari Penerbangan Luar Angkasa Internasional.

Pada 12 April 1961, ada sebuah peristiwa bersejarah dalam perkembangan teknologi peradaban manusia di bumi. Pada saat itu, pertama kali sebuah wahana antariksa untuk pertama kalinya membawa manusia mengorbit Planet Bumi.

Yuri Gagarin, Manusia Pertama yang Mengorbit Bumi

Yuri Gagarin adalah sang pahlawan yang berhasil terbang mengorbit Planet Bumi pertama kali dan kembali dengan selamat. Ini adalah capaian yang sangat penting untuk perkembangan teknologi luar angkasa secara global sampai saat ini.

“Pada hari ini, 61 tahun yang lalu adalah juga sebuah titik awal manusia di bumi untuk menghilangkan imajinasi ketakutan terhadap luasnya alam semesta di luar bumi,” ucap Direktur Indonesia Space Science Society (ISSS) Venzha Christ di Yogyakarta, Selasa (12/4/2022).

Yuri Gagarin yang meluncur dari Baikonur Cosmodrome di Kazakhstan pada hari itu membuktikan, manusia mempunyai tugas yang berat untuk mencari berbagai potensi dalam sains antariksa bagi keberlangsungan kehidupan manusia di Planet Bumi.

Pada 7 April 2011, Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) mendeklarasikan 12 April sebagai Hari Penerbangan Luar Angkasa Internasional. Melalui badan PBB yang mengurusi luar angkasa UNOOSA, PBB mempunyai misi dan tugas untuk mempromosikan penggunaan dan eksplorasi ruang angkasa secara damai, kolaboratif, dan berkesinambungan. Ini demi kepentingan peradaban umat manusia di bumi, yang ditindaklanjuti dengan pembentukan komite penggunaan luar angkasa secara damai, COPUOS.

Menurut Venzha Christ, sebenarnya PBB adalah organisasi dunia yang terakhir menetapkan 12 April sebagai International Day of Human Space Flight, atau Hari Penerbangan Luar Angkasa Internasional.

Baca Juga: Bakal Jadi Simbol Indonesia dalam Eksplorasi Planet Mars, VMARS Dibangun di Yogyakarta Akhir 2022

Prorotipe VMARS, wahana misi pelatihan hidup di Planet Mars, atau yang disebut sebagai Analog Mars. (Sumber: doc. DOES University/istimewa)

“Sebelumnya, sejumlah negara sudah menetapkan 12 April sebagai hari bersejarah yang berkaitan dengan misi berawak pertama ke luar angkasa bernama Vostok 1,” ujar Venzha Christ.

Sejarah tentang tanggal 12 April ini sebenarnya juga sudah diperingati sebagai hari "Cosmonautics Day" di Rusia sejak 1963, sebagai hari untuk peringatan terhadap penerbangan Vostok 1. Di Polandia pada tanggal yang sama juga dipakai sebagai peringatan hari dengan sebutan "International Day of Aviation and Cosmonautics".

Sejak 2001, pada peringatan 40 tahun peluncuran Vostok 1, Amerika Serikat menetapkan hari itu sebagai "Yuri's Night" atau bisa juga disebut "World Space Party". 

Sampai saat ini tercatat sudah ada sekitar 567 acara dari 75 di semua benua di muka bumi ini yang merayakan acara ini, khususnya pada peringatan 50 tahun penerbangan Yuri Gagarin pada 2011.

Bagaimana dengan Indonesia?

“Lantas bagaimana dengan Indonesia? Yang mengejutkan, ternyata Indonesia pada sekitar tahun-tahun yang sama setelah sejarah Vostok 1 tersebut juga sudah memulai dan menginisiasi tentang pengembangan teknologi roket,” kata Venzha Christ.

Tidak hanya itu, Indonesia bahkan sempat tercatat sebagai negara kedua di Asia yang mampu mengembangkan teknologi roket setelah Jepang.

Dimulai pada 24 Agustus 1963, Roket GAMA-1 buatan mahasiswa teknik Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta dengan PMRI (Persatuan Roket Mahasiswa Indonesia) diluncurkan dari pantai selatan Yogyakarta.

Keberhasilan tersebut membuat Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 6 Januari 1964, meluncurkan Ganesha X-1A dan Ganesha X-1B diluncurkan dari Pameungpeuk, Garut. Kemudian disusul peluncuran GAMA-2 dan GAMA-3 pada tahun 1964.

Venzha Christ tidak menampik, roket-roket yang diluncurkan Indonesia saat itu berukuran kecil dan masih bersifat eksperimen. Namun, setidaknya Indonesia sudah memulai pengembangan teknologi roket sejak lama.

Tercatat juga Marsekal Muda TNI (Purn.) Jacob Salatun, dikenal sebagai Bapak UFO Indonesia, menjabat sebagai Project Officer Proyek Roket Ionosfer/Angkasa Luar periode 1963-1967.

Tetapi mengapa sampai saat ini Indonesia masih terlihat jauh tertinggal dalam pengembangan dan eksplorasi ruang angkasa secara global?

Venzha Christ menilai ada banyak faktor penyebab, seperti, perjalanan sejarah yang mempengaruhi situasi sosial politik saat itu, prioritas pembangunan Indonesia, dan kurangnya percepatan pendidikan teknologi.

Logo VMARS (v.u.f.o.c Mars Analogue Research Station), doc. ISSS - Indonesia Space Science Society (Sumber: istimewa)

Saat ini, Venzha Christ melalui ISSS akan membuat satu wahana misi pelatihan hidup di Planet Mars, yang biasa disebut Analog Mars, bernama VMARS (v.u.f.o.c Mars Analog Research Station).

“VMARS akan menjadi yang pertama di Asia Tenggara dan akan menjadi satu-satunya Analog Mars yang inisiasi dan pembangunannya dilakukan oleh kolaborasi antar komunitas dan masyarakat,” tuturnya.

Baca Juga: VMARS, Bukti Indonesia Ikut dalam Eksplorasi Mars

Tempat yang dipilih adalah di Daerah Istimewa Yogyakarta. Persiapan peluncuran VMARS juga dilakukan melalui perhelatan internasional sejak 2020 di Jepang, 2021 di Thailand, dan pada tahun ini sedang dilaksanakan di Korea, dan kemudian akan dibawa ke Taiwan serta Prancis.

“Dan tanggal 12 April juga akan digunakan oleh VMARS sebagai tanggal peluncuran programnya yang bernama V-TF, V-SFM, dan V-SF tahun depan,” kata Venzha Christ.

 




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x