Kompas TV nasional peristiwa

Sejarah Hari Ini, 15 Agustus 1945 Proklamasi Kemerdekaan Pertama Indonesia di Cirebon

Kompas.tv - 15 Agustus 2021, 03:05 WIB
sejarah-hari-ini-15-agustus-1945-proklamasi-kemerdekaan-pertama-indonesia-di-cirebon
Alun-alun Kejaksan, Cirebon, Jawa Barat yang menjadi saksi proklamasi kemerdekaan Indonesia. (Sumber: KOMPAS.id/WINDORO ADI)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Tak banyak orang tahu bahwa Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia sebenarnya telah dibacakan pada 15 Agustus 1945 di Cirebon, Jawa Barat, atau dua hari sebelum proklamasi oleh Soekarno-Hatta.

Pembacaan Proklamasi Indonesia itu tepatnya berlansung di Alun-Alun Kejaksan, Jalan Kartini, Kota Cirebon. Sutan Sjahrir dan dr Soedarsono adalah sosok sentral proklamasi “pertama” Indonesia itu.

Sutan Sjahrir adalah kawan dekat Mohammad Hatta dan tokoh gerakan bawah tanah di masa kolonialisme Jepang. 

Sementara, dr Soedarsono tak lain merupakan dokter di Rumah Sakit Oranje yang kini menjadi RSD Gunung Jati, Kota Cirebon. Ia juga kader Pendidikan Nasional Indonesia atau PNI Pendidikan di bawah Hatta dan Sjahrir.

Baca Juga: Seputar Proklamasi Kemerdekaan: Rapat Persiapan Hingga Tiba Makan Sahur

Orang yang membacakan proklamasi pertama itu adalah Soedarsono. Budayawan Cirebon Nurdin M Noor mengatakan, ia membacakan proklamasi kemerdekaan RI atas permintaan Sutan Sjahrir.

"Cirebon dipilih karena saat itu dianggap masih aman dari penjajah Jepang," ujar Nurdin M Noer pada Kamis (15/8/2019), dilansir dari Tribunnews.

Keputusan Sjahrir saat itu muncul berkat mendengar isi siaran radio BBC pada 14 Agustus 1945. Siaran itu melaporkan kekalahan Jepang pada Sekutu.

Sjahrir ingin Indonesia mengumumkan kemerdekaan secepat-cepatnya. Ia sebenarnya menunggu Bung Karno dan Bung Hatta menandatangani teks proklamasi sebelum 15 Agustus 1945.

Sebabnya, Sjahrir menganggap proklamasi sebagai bentuk perlawanan terhadap Jepang. Proklamasi setelah tanggal 15 Agustus menandakan Indonesia berkompromi dengan Jepang

Namun, Soekarno menolak usul Sjahrir. Penolakan itu membuat Sjahrir muntab hingga memaki-maki Soekarno dengan sebutan “pengecut”.

Ia pun menggerakkan masyarakat Jakarta untuk menyambut proklamasi. Stasiun Gambir menjadi arena demonstrasi menyambut proklamasi. 

Sekelompok mahasiswa pengikut Sjahrir bahkan berusaha membajak stasiun radio Hoosoo Kyoku di Gambir untuk melakukan proklamasi.

Namun, upaya itu digagalkan Kempeitai, polisi militer Jepang yang menjaga stasiun radio itu.

Baca Juga: Sejarah Tugu Proklamasi: Digagas 5 Tokoh Perempuan dan Dihancurkan Soekarno

Sjahrir pun berinisiatif mengirim telegram pada Soedarsono berisi permintaan memproklamasikan kemerdekaan di Cirebon. 

"Inti dari Telegram itu memerintahkan agar dokter Soedarsono membacakan teks proklamasi yang sudah disiapkan," kata Nurdin M Noer.

Para pejuang di Cirebon pun mulai berkumpul dan menggelar rapat kecil usai menerima telegram dari Sjahrir. Soerdarsono disepakati sebagai pembaca proklamasi.

Sjahrir sendiri meminta Soedarsono membacakan teks proklamasi Cirebon karena dianggap mampu dan berpendidikan.

Di tengah kekhawatiran serangan dadakan tentara Jepang, Soedarsono dan warga Cirebon melakukan pembacaan proklamasi kemerdekaan Indonesia.

Sekitar 150 orang hadir di Alun-Alun Kejaksan Cirebon pada 15 Agustus 1945. Mereka menjadi saksi pembacaan proklamasi Indonesia.

Ada dua versi teks proklamasi Cirebon ini. Versi pertama menyebut teks proklamasi itu adalah buatan Sjahrir dan aktivis lainnya, seperti Soekarni, Chaerul Saleh, Eri Sudewo, Johan Nur dan Abu Bakar Lubis.

Des Alwi, anak angkat Sjahrir mengaku hanya ingat sebaris teks proklamasi Cirebon itu.

“Kami bangsa Indonesia dengan ini memproklamirkan kemedekaan Indonesia karena kami tak mau dijajah oleh siapa pun juga,” kata Des Alwi menirukan isi teks itu.

Baca Juga: Sejarah Seputar Hari Kemerdekaan: 5 Negara di Asia Ini Merdeka pada Bulan Agustus seperti Indonesia

Sementara, versi kedua menyebut teks proklamasi Cirebon adalah buatan Maroeto Nitimihardjo dan tak ada campur tangan Sjahrir.

Namun, hingga kini tidak ada yang tahu secara pasti isi teks proklamasi yang dibacakan dokter Soedarsono itu. Naskah proklamasi Cirebon itu sudah tak diketahui keberadaannya.

Bagaimanapun, proklamasi di Cirebon itu sudah terjadi. Kabar soal kemerdekaan Indonesia mulai menyebar.

"Setelah membacakan teks proklamasi, para pejuang langsung menyiarkan kabar itu ke beberapa daerah di Cirebon, misalnya di Kecamatan Waled, Palimanan, dan Plumbon," ungkap Nurdin M Noer.

Nurdin M Noer menyebut pembacaan proklamasi di Cirebon merupakan cikal bakal kemerdekaan RI yang dibacakan Soekarno-Hatta di Jakarta pada 17 Agustus 1945.

"Sebab, setelah pembacaan proklamasi di Cirebon, Soekarno dan M Hatta diculik, kemudian dibawa ke Rengasdengklok," bebernya.

Versi lain menyebut, ada andil langsung Sjahrir dalam penculikan Rengasdengklok pada 16 Agustus 1945 dini hari. Ini sesuai ucapan Soekarno sendiri dalam otobiografinya.

“Dialah [Sjahrir] yang memanas-manasi pemuda untuk melawanku dan atas kejadian pada larut malam itu,” tulis Soekarno dalam otobiografinya.

Seperti diketahui, Rengasdengklok adalah peristiwa penculikan Soekarno-Hatta oleh sejumlah pemuda dari perkumpulan Menteng 31 terhadap Soekarno-Hatta.

Baca Juga: Hari Pramuka 14 Agustus 2021, Begini Sejarah Gerakan Pramuka di Indonesia

Peristiwa ini terjadi pada 16 Agustus 1945 pukul 03.00 WIB. Para pemuda membawa Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok, Karawang. 

Mereka mendesak Soekarno-Hatta agar mempercepat proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia. Setelah perdebatan alot, Soekarno-Hatta setuju membacakan naskah proklamasi.

Para pemuda kemudian membawa dwitunggal itu kembali ke Jakarta pada malam 16 Agustus.

Soekarno-Hatta bersama tokoh nasional lainnya, baik tua maupun muda, berkumpul di rumah Laksamana Maeda Tadashi. Sjahrir sendiri tak ikut dalam pertemuan itu.

Pada 17 Agustus 1945 pukul 10.00, Soekarno-Hatta membacakan naskah proklamasi di Jalan Pegangsaan Timur, Jakarta Pusat.

Namun, proklamasi “kedua” itu bukan akhir. Itu adalah awal perjuangan mempertahankan kemerdekaan atau revolusi nasional.

 



Sumber : Tribunnews


BERITA LAINNYA



Close Ads x