PYONGYANG, KOMPAS.TV - Tak biasa, pemimpin Korea Utara atau Korut, Kim Jong-un kedapatan menangis saat Pertemuan Ibu Nasional di Pyongyang.
Kim Jong-un terlihat menyeka matanya dengan sapu tangan pada sebuah pandangan emosional yang langka.
Kim Jong-un dilaporkan berusaha menahan air matanya ketika tengah berpidato.
Ketika itu, ia tengah berpidato yang menyerukan para perempuan untuk memperkuat kekuatan negara.
Baca Juga: Palestina Serang Inggris: Mereka Biang Keladi Kekejaman Israel
Ia pun menyerukan agar perempuan Korea Utara untuk memiliki lebih banyak bayi.
“Hentikan penurunan angka kelahiran dan menyediakan pengasuhan serta pendidikan anak yang baik adalah urusan keluarga harus kita selesaikan bersama ibu kota,” kata Kim Jong-un dikutip dari Sky News, Rabu (6/12/2023).
Para ahli meyakini keluarga baru di Korea Utara tak memiliki lebih dari satu anak.
Hal itu diyakini karena mereka membutuhkan uang banyak untuk membesarkan anak di negara yang tertutup tersebut.
Akurasi angka kelahiran memang sulit ditemukan, karena terbatasnya statistik yang tertutup di Korea Utara, yang merupakan salah satu negara termiskin di dunia.
Berdasarkan penilaian Pemerintahan Korea Selatan menunjukkan angka kelahiran di Korea Utara terus mendurun pada 10 tahun terakhir.
Rata-rata jumlah bayi yang diperkirakan akan dilahirkan oleh seorang sepanjang hidupnya mencapai 1,79 di Korea Utara pada 2022.
Jumlah tersebut turun dari 2014, yaitu dengan rata-rata kelahiran 1,88 bayi.
Namun penurunan tersebut masih lebih lambat dibandingkan Korea Selatan, di mana angka kelahiran pada tahun lalu adalah 0,78, turun dari 1,20 pada 2014.
Baca Juga: Qatar Pesimistis: Peluang Gencatan Senjata di Gaza Menipis karena Bombardir Israel
Permohonan Kim Jong-un yang penuh dengan air mat aitu kontras dengan pengendalian kelahiran yang diperkenalkan Korea Utara pada 1970-an dan 1980-an.
Hal itu dilakukan untuk memperlambat pertumbuhan populasi pascaperang.
Berdasarkan laporan yang diterbitkan Hyundai Research Institut yang berbasis di Seoul, mengungkapkan wabah kelaparan pada pertengahan 1990-an di Korea Utara, diperkirakan menewaskan ratusan ribu orang.
Itu yang kemudian menyebabkan Tingkat kesuburan di Korea Utara menurun tajam.
Sumber : Sky News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.