Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Jerman Segera Kirim Sistem Rudal Pertahanan Udara Iris-T Menyusul Rentetan Serangan Rudal ke Ukraina

Kompas.tv - 11 Oktober 2022, 04:05 WIB
jerman-segera-kirim-sistem-rudal-pertahanan-udara-iris-t-menyusul-rentetan-serangan-rudal-ke-ukraina
Jerman hari Senin, (10/10/2022) mengatakan segers mengirimkan sistem pertahanan udara Iris-T darat ke udara yang lama dijanjikan kepada Ukraina, (Sumber: Air Force Technologul6)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

BERLIN, KOMPAS.TV - Pemerintah Jerman segera mengirimkan sistem pertahanan udara yang lama dijanjikan kepada Ukraina, seperti laporan Straits Times, Senin (10/10/2022).

Sistem pertahanan udara itu akan mampu melindungi seluruh kota, dan dipercepat pengirimannya setelah Rusia melepaskan rentetan serangan rudal ke Ukraina.

Menyebut serangan terbaru Rusia ke Ukraina sebagai "tercela", Menteri Luar Negeri Jerman Annalena Baerbock menulis di Twitter, "Kami melakukan segalanya untuk memperkuat pertahanan udara Ukraina".

Kanselir Olaf Scholz pada bulan Juni menjanjikan sistem pertahanan udara berbasis peluru kendali Iris-T yang sangat modern, yang katanya mampu melindungi kota besar dari serangan udara.

Jerman sebelumnya mengatakan akan mengirimkan unit pertama dari beberapa sistem perisai rudal pada akhir tahun, tetapi Menteri Pertahanan Christine Lambrecht mengatakan, "Siap untuk memberi perlindungan efektif dalam beberapa hari mendatang."

"Serangan roket terbaru di Kiev dan banyak kota lain dengan jelas menggarisbawahi pentingnya pengiriman cepat sistem pertahanan udara ke Ukraina," tambahnya.

Sistem Iris-T punya jangkauan perisai yang mencakup ketinggian 20km dan lebar 40km.

Baca Juga: Putin: Serangan Rudal di Banyak Kota Ukraina Hari Ini Baru Peringatan

Menlu Jerman Annallena Baerbock hari Senin, (10/10/2022) mengatakan segers mengirimkan sistem pertahanan udara Iris-T darat ke udara yang lama dijanjikan kepada Ukraina, (Sumber: Straits Times)

Tentara Jerman sendiri memiliki rudal T-Iris dalam inventarisnya tetapi bukan sistem darat-ke-udara yang lengkap.

Sistem yang digunakan Jerman adalah udara ke udara, menembakkan rudal dari jet Tornado atau Eurofighter.

Sekjen PBB Antonio Guterres, pada hari Senin, mengutuk Rusia karena meluncurkan rangkaian serangan rudal ke seluruh Ukraina, menggambarkannya sebagai, "Eskalasi perang yang tidak dapat diterima," kata juru bicaranya, Stephane Dujarric.

"Sekretaris Jenderal sangat terkejut dengan serangan rudal skala besar hari ini oleh angkatan bersenjata Federasi Rusia di kota-kota di seluruh Ukraina yang dilaporkan mengakibatkan kerusakan luas di wilayah sipil dan menyebabkan puluhan orang tewas dan terluka," kata Guterres seperti dibacakan juru bicara Stephane Dujarric dalam sebuah pernyataan.

"Ini merupakan eskalasi perang yang tidak dapat diterima dan, seperti biasa, warga sipil membayar harga tertinggi."

Presiden Prancis Emmanuel Macron mengatakan serangan udara Rusia menandakan "perubahan besar" dalam pelaksanaan perang.

Berbicara kepada wartawan selama perjalanan ke wilayah Mayenne di Prancis, dia menambahkan bahwa dia akan mengumpulkan penasihat diplomatik dan militernya ketika dia kembali ke Paris.

Baca Juga: Putin Sebut Ledakan Jembatan Krimea Ulah Terorisme Ukraina, Penasihat Zelenskyy Beri Balasan Menohok

Jerman hari Senin, (10/10/2022) mengatakan segera mengirimkan sistem pertahanan udara Iris-T darat ke udara yang lama dijanjikan kepada Ukraina. (Sumber: Wall Street Journal)

Sebelumnya ledakan terjadi di Kiev, Dnepropetrovsk, Odessa, Ivano-Frankivsk, Kirovograd, Sumy, Kharkiv dan wilayah lainnya akibat serangan rudal presisi Rusia.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan ancaman terhadap fasilitas energi di seluruh negeri.

Di Kiev, fasilitas infrastruktur penting rusak. Akibat ledakan tersebut, ada korban tewas dan luka-luka.

Di beberapa daerah, misalnya di Poltava dan Lvov, terjadi gangguan aliran listrik dan air.

Semua sekolah di negara itu dialihkan menjadi pembelajaran jarak jauh hingga akhir minggu.

 




Sumber : Straits Times/Associated Press


BERITA LAINNYA



Close Ads x