Kompas TV internasional kompas dunia

Hari Kanada Berubah Menjadi Hari Refleksi di Berbagai Kota, Menyusul Temuan Terbaru Makam Anak-Anak

Kompas.tv - 1 Juli 2021, 20:43 WIB
hari-kanada-berubah-menjadi-hari-refleksi-di-berbagai-kota-menyusul-temuan-terbaru-makam-anak-anak
Penanda bendera terlihat di lokasi kuburan tak bertanda di dekat bekas sebuah sekolah asrama penduduk pribumi di Saskatchewan, Kanada, pada 27 Juni 2021. (Sumber: Xinhua/Amru Salahuddien)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

OTTAWA, KOMPAS.TV - Perayaan Hari Kanada tahun 2021 yang jatuh pada tanggal 1 Juli dibatalkan di berbagai kota besar negara itu, menyusul penemuan ratusan jenazah anak-anak di bekas sekolah asrama tempat anak-anak masyarakat adat menjalani asimilasi paksa ke kehidupan ala barat berpuluh tahun lalu, seperti dilansir Straits Times, Kamis (1/7/2021).

Desakan mengurangi atau membatalkan Hari Kanada meningkat, dipicu penemuan hampir 1.000 makam tak bertanda di bekas sekolah asrama di British Columbia dan Saskatchewan, yang sebagian besar dijalankan oleh Gereja Katolik dan didanai oleh pemerintah.

Secara tradisional, liburan Hari Kanada dirayakan dengan barbekyu di halaman belakang rumah dan kembang api seperti 4 Juli di Amerika Serikat. Namun, tahun ini, Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan Hari Kanada akan menjadi "saat untuk refleksi".

Pawai #CancelCanadaDay diadakan di Ottawa, ibu kota, dan Toronto mengadakan rapat umum untuk menghormati para korban dan penyintas sistem sekolah perumahan Kanada.

Sekolah-sekolah tersebut secara paksa memisahkan anak-anak adat dan suku asli Kanada dari keluarga mereka, dalam apa yang disebut Komisi Kebenaran dan Rekonsiliasi pada tahun 2015 sebagai "genosida budaya".

"Kanada perlu bikin perhitungan dengan sejarahnya," kata Profesor Sosiologi Akwasi Owusu-Bempah dari Universitas Toronto, yang mempelajari ras, kejahatan, dan peradilan pidana.

"Saya berpikir kita tidak bisa merayakan negara ini apa adanya tanpa mengakui negara ini apa adanya: sebuah utopia dan benteng kesetaraan dan kebebasan dan kesempatan yang sama bagi semua anggota masyarakat," kata Profesor Akwasi.

Baca Juga: Kuburan Massal Anak-anak Pribumi Kanada yang Ditemukan, Diperkirakan Berjumlah Lebih dari 600 Jasad

Penanda bendera terlihat di lokasi kuburan tak bertanda di dekat bekas sebuah sekolah asrama penduduk pribumi di Saskatchewan, Kanada, pada 27 Juni 2021. (Sumber: Xinhua/Amru Salahuddien)

Salah satu komunitas adat Kanada lainnya pada Rabu (30/06/2021) mengumumkan penemuan jasad 182 manusia di kuburan tak bertanda di sekitar bekas sebuah sekolah asrama penduduk pribumi di dekat Cranbrook, Provinsi British Columbia, Kanada, seperti dilansir Xinhua, Kamis, (01/07/2021)

Komunitas Aq'am, anggota dari Ktunaxa Nation yang terletak di dekat Kota Cranbrook, menggunakan radar penembus tanah untuk menemukan jasad di dekat bekas Sekolah Misi St. Eugene, kata Lower Kootenay Band dalam sebuah pernyataan pada Rabu kemarin.

Sekolah penduduk pribumi tersebut dioperasikan oleh Gereja Katolik dari tahun 1912 hingga awal 1970-an. Setelah itu, bangunan tersebut diubah menjadi resor dan kasino, dengan lapangan golf di dekatnya.

"Diyakini bahwa jasad dari 182 anak-anak ini berasal dari anggota Bands of the Ktunaxa Nation, komunitas-komunitas First Nation terdekat dan komunitas Aq'am," kata Lower Kootenay Band dalam pernyataannya.

Komunitas itu mengatakan hingga 100 anggotanya dipaksa untuk menghadiri sekolah tersebut.

Temuan tersebut terjadi setelah penemuan sekitar 215 jasad manusia di situs Sekolah Asrama Indian Kamloops di British Columbia dan sekitar 751 kuburan tak bertanda di dekat situs Sekolah Asrama Indian Marieval di Saskatchewan.

Baca Juga: Kanada Beri Penghormatan Bagi Keluarga Muslim Korban Serangan Kebencian yang Tewas Dilindas Truk

Setelah 215 jasad anak-anak suku asli ditemukan di bekas sekolah asrama yang didirikan lebih dari satu abad lalu di Sekolah Kamloops akhir bulan lalu, ratusan kuburan masal juga ditemukan di dekat sekolah asrama Marieval di Saskatchewan, Kanada. (Sumber: Andrew Snucins/The Canadian Press via AP)

Reputasi Kanada untuk toleransi dibangun di atas upaya mereka mulai tahun 1970-an untuk menciptakan masyarakat multikultural, namun, ketidaksetaraan sangat marak, baik untuk masyarakat adat dan suku asli maupun di antara minoritas

Penduduk asli yang jumlahnya kurang dari 5 persen dari populasi, menghadapi tingkat kemiskinan dan kekerasan yang lebih tinggi dan harapan hidup yang lebih pendek.

Tingkat pengangguran untuk kaum minoritas yang membentuk lebih dari 20 persen dari total populasi adalah 11,4 persen pada bulan Mei dibandingkan dengan 7 persen untuk kaum kulit putih, menurut Statistik Kanada.

Pada tahun 2020, tingkat pengangguran untuk masyarakat adat di Ontario adalah 12,5 persen dibandingkan dengan 9,5 persen untuk masyarakat non-pribumi.

Sekitar 30 persen minoritas dan masyarakat adat serta suku asli merasa diperlakukan seperti orang luar di negara mereka sendiri, menurut jajak pendapat Angus Reid Institute tentang keragaman dan rasisme yang diterbitkan pada 21 Juni lalu.

Penemuan sekitar seribu makam berisi jasad anak-anak suku asli dan serangan mematikan terhadap sebuah keluarga Muslim pada bulan Juni yang menewaskan tiga generasi anggota keluarga, langsung menyulut instrospeksi dan pencarian jati diri Kanada tentang reputasi negara mereka yang selama ini mendapat pujian untuk toleransi.

Kejahatan kebencian terhadap Muslim naik 9 persen menjadi 181 pada 2019, menurut data terbaru StatCan.

Sekitar 36 persen penduduk asli dan 42 persen minoritas mengatakan Kanada adalah negara rasis, menurut survei Angus Reid.

Baca Juga: Kuburan Massal Anak-anak Pribumi Kanada yang Ditemukan, Diperkirakan Berjumlah Lebih dari 600 Jasad

Sejumlah wanita Muslim yang mengenakan jilbab juga mendapat serangan di Alberta dalam beberapa pekan terakhir, sementara di Quebec, undang-undang yang melarang pegawai negeri mengenakan jilbab menghadapi tantangan hukum, dan para kritikus menyebut tindakan itu sebagai bentuk rasisme yang dilembagakan.

Anggota parlemen Demokrat baru Mumilaaq Qaqqaq mengatakan dia merasa tidak aman di House of Commons sebagai wanita pribumi, dan bulan lalu mengumumkan dia tidak akan mencalonkan diri untuk pemilihan kembali.

"Saya tidak berpikir ada alasan untuk perayaan (pada Hari Kanada)," kata Ms Qaqqaq.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x