Kompas TV internasional kompas dunia

Hari Kanada Berubah Menjadi Hari Refleksi di Berbagai Kota, Menyusul Temuan Terbaru Makam Anak-Anak

Kompas.tv - 1 Juli 2021, 20:43 WIB
hari-kanada-berubah-menjadi-hari-refleksi-di-berbagai-kota-menyusul-temuan-terbaru-makam-anak-anak
Penanda bendera terlihat di lokasi kuburan tak bertanda di dekat bekas sebuah sekolah asrama penduduk pribumi di Saskatchewan, Kanada, pada 27 Juni 2021. (Sumber: Xinhua/Amru Salahuddien)
Penulis : Edwin Shri Bimo | Editor : Hariyanto Kurniawan

Temuan tersebut terjadi setelah penemuan sekitar 215 jasad manusia di situs Sekolah Asrama Indian Kamloops di British Columbia dan sekitar 751 kuburan tak bertanda di dekat situs Sekolah Asrama Indian Marieval di Saskatchewan.

Baca Juga: Kanada Beri Penghormatan Bagi Keluarga Muslim Korban Serangan Kebencian yang Tewas Dilindas Truk

Setelah 215 jasad anak-anak suku asli ditemukan di bekas sekolah asrama yang didirikan lebih dari satu abad lalu di Sekolah Kamloops akhir bulan lalu, ratusan kuburan masal juga ditemukan di dekat sekolah asrama Marieval di Saskatchewan, Kanada. (Sumber: Andrew Snucins/The Canadian Press via AP)

Reputasi Kanada untuk toleransi dibangun di atas upaya mereka mulai tahun 1970-an untuk menciptakan masyarakat multikultural, namun, ketidaksetaraan sangat marak, baik untuk masyarakat adat dan suku asli maupun di antara minoritas

Penduduk asli yang jumlahnya kurang dari 5 persen dari populasi, menghadapi tingkat kemiskinan dan kekerasan yang lebih tinggi dan harapan hidup yang lebih pendek.

Tingkat pengangguran untuk kaum minoritas yang membentuk lebih dari 20 persen dari total populasi adalah 11,4 persen pada bulan Mei dibandingkan dengan 7 persen untuk kaum kulit putih, menurut Statistik Kanada.

Pada tahun 2020, tingkat pengangguran untuk masyarakat adat di Ontario adalah 12,5 persen dibandingkan dengan 9,5 persen untuk masyarakat non-pribumi.

Sekitar 30 persen minoritas dan masyarakat adat serta suku asli merasa diperlakukan seperti orang luar di negara mereka sendiri, menurut jajak pendapat Angus Reid Institute tentang keragaman dan rasisme yang diterbitkan pada 21 Juni lalu.

Penemuan sekitar seribu makam berisi jasad anak-anak suku asli dan serangan mematikan terhadap sebuah keluarga Muslim pada bulan Juni yang menewaskan tiga generasi anggota keluarga, langsung menyulut instrospeksi dan pencarian jati diri Kanada tentang reputasi negara mereka yang selama ini mendapat pujian untuk toleransi.

Kejahatan kebencian terhadap Muslim naik 9 persen menjadi 181 pada 2019, menurut data terbaru StatCan.

Sekitar 36 persen penduduk asli dan 42 persen minoritas mengatakan Kanada adalah negara rasis, menurut survei Angus Reid.

Baca Juga: Kuburan Massal Anak-anak Pribumi Kanada yang Ditemukan, Diperkirakan Berjumlah Lebih dari 600 Jasad

Sejumlah wanita Muslim yang mengenakan jilbab juga mendapat serangan di Alberta dalam beberapa pekan terakhir, sementara di Quebec, undang-undang yang melarang pegawai negeri mengenakan jilbab menghadapi tantangan hukum, dan para kritikus menyebut tindakan itu sebagai bentuk rasisme yang dilembagakan.

Anggota parlemen Demokrat baru Mumilaaq Qaqqaq mengatakan dia merasa tidak aman di House of Commons sebagai wanita pribumi, dan bulan lalu mengumumkan dia tidak akan mencalonkan diri untuk pemilihan kembali.

"Saya tidak berpikir ada alasan untuk perayaan (pada Hari Kanada)," kata Ms Qaqqaq.




Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x