Kompas TV internasional kompas dunia

Angel, Remaja yang Tinggalkan Pesan Sebelum Ditembak Mati oleh Polisi Myanmar

Kompas.tv - 4 Maret 2021, 12:26 WIB
angel-remaja-yang-tinggalkan-pesan-sebelum-ditembak-mati-oleh-polisi-myanmar
Angel (berkaos hitam Everything Will Be OK) di saat-saat terakhir hidupnya sebelum tertembak di kepala oleh polisi Myanmar, Rabu (3/3/2021). (Sumber: Twitter @TostevinM)
Penulis : Tussie Ayu

YANGON, KOMPAS.TV – Gadis belia itu masih berusia 19 tahun. Di belahan dunia lain, gadis seusianya mungkin tengah berjoget dalam aplikasi tik tok, atau bergosip bersama teman-teman sebaya. Tapi Kyal Sin, yang juga dikenal dengan nama Angel, terbunuh dengan luka tembak di kepala ketika sedang berdemonstrasi menentang kudeta militer di negaranya, Myanmar.

Ia mengenakan kaos hitam bertuliskan ‘Everything will be OK’. Tapi ternyata dia tidak baik-baik saja, kepalanya tertembus timah panas yang diletuskan polisi Myanmar.

Mungkin Angel sudah memprediksi kematiannya. Seorang temannya, Kyaw Zin Hein, membagikan salinan pesan terakhirnya di media sosial. Pesan itu berbunyi, "Ini mungkin terakhir kali saya mengatakan ini. Sangat mencintaimu. Jangan lupa".

Di Facebook, dia telah memposting rincian medisnya dan sebuah permintaan agar organ tubuhnya disumbangkan jika dia terbunuh.

Baca Juga: Negara-negara Asia Tenggara Mendesak Dihentikannya Kekerasan di Myanmar

Pesan duka dan pujian segera membanjiri halaman Facebooknya pada hari Rabu (3/3/2021).

Myat Thu, yang bersamanya saat protes, mengenang Angel sebagai perempuan muda pemberani yang menendang pipa air hingga terbuka. Ketika air itu mengalir, para pengunjuk rasa segera mencuci gas dari mata mereka, dan segera melemparkan tabung gas air mata kepada polisi.

"Ketika polisi melepaskan tembakan, dia mengatakan kepada saya 'Duduk! Duduk! Peluru akan mengenai kamu. Kamu terlihat seperti berada di atas panggung," kenang Myat Thu, yang berusia 23 tahun.

"Dia merawat dan melindungi orang lain sebagai seorang kawan," ujarnya seperti dikutip dari Reuters.

Myat Thu mengatakan, dia dan Angel termasuk di antara ratusan orang yang berkumpul dengan damai di Mandalay untuk mengecam kudeta dan menyerukan pembebasan Aung San Suu Kyi.

Sebelum penyerangan polisi, Angel dapat didengar di video berteriak, "Kami tidak akan lari" dan "darah tidak boleh ditumpahkan".

“Polisi pertama melempar mereka dengan gas air mata,” kata Myat Thu. Kemudian peluru datang.

Gambar yang diambil sebelum dia dibunuh menunjukkan Angel berbaring untuk berlindung di samping spanduk protes, dengan kepala sedikit terangkat.

Baca Juga: Wakil Dubes Myanmar Untuk PBB Mengundurkan Diri Setelah Ditunjuk Junta Menjadi Dubes

Kemudian semua orang berpencar.

Tak lama kemudian, dia mendapat pesan: Seorang gadis telah meninggal.

"Saya tidak tahu bahwa itu dia," kata Myat Thu, tetapi gambar segera muncul di Facebook yang menunjukkan dia berbaring di samping korban lain.

Penari

Myat Thu mengenal Angel di kelas taekwondo. Dia adalah seorang ahli seni bela diri serta penari di DA-Star Dance Club Mandalay.

Dia juga berbagi kebanggaan ketika memberikan suara untuk pertama kalinya pada pemilu 8 November 2020. Angel memposting foto dirinya sedang mencium jarinya yang berwarna ungu, tanda bahwa dia telah menggunakan hak pilih.

"Pilihan pertama saya, dari lubuk hati saya," dia memposting, dengan enam hati merah. "Saya melakukan tugas saya untuk negara."

Namun kemudian tantara melakukan perebutan kekuasaan dan membatalkan hasil pemilu. Mereka menuduh bahwa kemenangan besar partai Suu Kyi adalah sebuah kecurangan. Namun tuduhan ini telah ditolak oleh komisi pemilihan.

Pada hari kudeta pada 1 Februari 2021, Angel bercanda di Facebook bahwa dia tidak tahu apa yang terjadi jika internet terputus.

Namun pada hari-hari berikutnya, dia berdiri tegak di jalan sambil mengibarkan bendera merah Partai Liga Nasional untuk Demokrasi. Dalam satu set gambar, dia berpose saat ayahnya mengikat pita merah di pergelangan tangannya.

Dia terus maju bahkan ketika protes semakin berbahaya dan ketika junta mengerahkan pasukan tempur dengan senapan serbu bersama polisi.

Baca Juga: Korban Tewas di Myanmar Mencapai 38 Orang, PBB: Hari Paling Berdarah Sejak Kudeta

Seperti Angel, lebih dari selusin pengunjuk rasa lainnya telah terbunuh oleh tembakan di kepala. Hal ini meningkatkan kecurigaan di antara kelompok HAM bahwa mereka sengaja menjadi sasaran. Seorang wanita lain yang hanya menonton, juga ditembak di kepalanya, di Mandalay, pada hari Minggu.

Angel tahu dia mempertaruhkan nyawanya.

"Dia gadis yang bahagia, dia mencintai keluarganya dan ayahnya juga sangat mencintainya," kata Myat Thu, yang kini bersembunyi. "Kami tidak dalam perang. Tidak ada alasan untuk menggunakan peluru tajam pada orang. Jika mereka manusia, mereka tidak akan melakukannya."



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x