Kompas TV internasional krisis rusia ukraina

Saat Tentara Rusia Pilih Tembak Kaki Sendiri demi Hindari Perang dan Dapat Uang Kompensasi

Kompas.tv - 20 Agustus 2022, 13:26 WIB
saat-tentara-rusia-pilih-tembak-kaki-sendiri-demi-hindari-perang-dan-dapat-uang-kompensasi
Tentara Rusia, Pavel Filatyev, menulis memoar tentang apa yang terjadi di Ukraina, dan mengutuk keras serangan negaranya ke Ukraina. (Sumber: The Guardian)
Penulis : Rofi Ali Majid | Editor : Edy A. Putra

MOSKOW, KOMPAS.TV - Pasukan Rusia yang berperang di Ukraina banyak yang menembak kaki sendiri demi keluar dari perang, menurut memoar seorang tentara pembelot.

The Guardian mewartakannya pada Rabu (17/8/2022), setelah mengobrol bersama Pavel Filatyev, 33 tahun, penulis memoar 141 halaman berjudul "ZOV".

Dalam memoarnya, Filatyef menyebut ada ketidakadilan sepanjang perang, membuat banyak pasukan Rusia melarikan diri dengan cara apa pun, bahkan jika harus menembak diri sendiri.

"Seseorang mulai menembak dirinya sendiri di anggota badan, untuk mendapat kompensasi 3 juta Rubel dan keluar dari 'neraka' ini," tulis Filatyev.

Baca Juga: Taliban Ingin Barter Minyak Rusia dengan Kismis, Ramuan Obat dan Produk Dalam Negeri

Sebagai anggota resimen serangan udara "Pengawal ke-56" yang berbasis di Krimea, Filatyev adalah bagian dari kelompok elite pasukan terjun payung Rusia. 

Ia dikerahkan ke Ukraina sejak 24 Februari 2022, hari pertama ketika invasi dimulai. Sekira lima bulan kemudian, Filatyev terluka lalu dievakuasi.

Kepada The Guardian, ia menyebut "tidak ada perang di wilayah Rusia sama sekali, dan bahwa kami baru saja menyerang Ukraina."

Ia juga bertutur, pasukan Rusia berperilaku seperti "orang biadab" di Ukraina, mencuri barang-barang berharga dari rumah ke rumah, karena perabotan itu dinilai "lebih berharga dari gaji mereka."


Baca Juga: Diplomat Rusia Ajak Negara Lain Tinggalkan Dolar dalam Transaksi Finansial Global, Promosikan Rubel

Akibat menulis memoar itu, nyawa Filatyev di Rusia terancam.

Ia melarikan diri, dibantu Vladimir Osechkin, kepala jaringan hak asasi manusia Gulagu.net, yang bersimpati atas tindakannya.

"Sangat penting bahwa ada orang pertama yang berbicara (tentang situasi di sana, -red)," kata Osechkin.

Rencana awal Filatyev adalah menerbitkan memoarnya dan segera menyerahkan diri ke polisi.

Namun, Osechkin, sang aktivis, menyuruhnya mempertimbangkan tindakan itu, sembari mendesak Filatyef melarikan diri dari tanah airnya.

Baca Juga: Sungai Terpanjang di Asia dan Danau Terbesar di China Kering akibat Gelombang Panas

 



Sumber : The Guardian


BERITA LAINNYA



Close Ads x