Kompas TV internasional kompas dunia

Taliban Ingin Barter Minyak Rusia dengan Kismis, Ramuan Obat dan Produk Dalam Negeri

Kompas.tv - 20 Agustus 2022, 06:10 WIB
taliban-ingin-barter-minyak-rusia-dengan-kismis-ramuan-obat-dan-produk-dalam-negeri
Menteri Perindustrian dan Perdagangan Afghanistan Nooruddin Azizi. (Sumber: Twitter Nooruddin Azizi)
Penulis : Rofi Ali Majid | Editor : Edy A. Putra

MOSKOW, KOMPAS.TV - Pemerintah Afghanistan di bawah Taliban, ingin mengimpor minyak mentah Rusia dengan imbalan produk dalam negerinya.

Hal itu diungkapkan Menteri Perindustrian dan Perdagangan Afghanistan Nooruddin Azizi pada Jumat (19/8/2022) via kantor berita RIA.

"Kami dapat menyediakan beberapa mineral kami dengan imbalan impor dari Rusia. Selain itu, kami memiliki buah-buahan kering, kismis dan ramuan obat," kata Nooruddin.

Ia lantas menunjukkan, secara historis Afghanistan telah memasok kismis dalam jumlah besar ke Rusia.

"Kami dapat memasok ratusan ton produk tersebut. Harga ramuan obat sekarang sangat tinggi, dan Rusia membutuhkan bahan baku seperti itu untuk obat-obatan" terang Nooruddin.

"Kami dapat memasok bahan baku ke pabrik-pabrik Rusia, seperti yang sudah kami lakukan dengan China," imbuhnya, coba meyakinkan lagi.

Terlepas dari itu, data The Observatory of Economic Complexity menunjukkan, ekspor Rusia ke Afghanistan mencapai USD151 juta pada 2020 dengan angka impor kurang dari 3 juta USD di tahun yang sama.


Baca Juga: Qatar Kecewa dengan Cara Taliban Perlakukan Perempuan, Minta Sekolah Dibuka, Patuhi Perjanjian Doha

Awal pekan ini, Kabul disebut ingin membeli satu juta barel atau bahkan lebih, minyak mentah Rusia dengan mempertimbangkan "opsi perdagangan barter."

Tawaran barter datang karena Afghanistan diprediksi kekurangan dana. 

Sejak Taliban mengkudeta pemerintahan yang sah dan didukung Barat pada Agustus 2021, AS langsung memblokir cadangan devisa Bank Sentral Afghanistan di Federal Reserve Bank of New York senilai USD7 miliar.

Dalam situasi serupa, Inggris, Jerman dan Uni Emirat Arab serta beberapa negara lain juga membekukan aset negara itu senilai USD2 miliar.

Baca Juga: Pejabat AS Datang ke Jakarta, Minta Indonesia Lawan Harga Minyak Rusia



Sumber : Kompas TV/RIA


BERITA LAINNYA



Close Ads x