Kompas TV regional agama

Jelang Muktamar NU, GP Ansor: Jangan Tarik-tarik Jokowi

Kompas.tv - 13 November 2021, 12:23 WIB
jelang-muktamar-nu-gp-ansor-jangan-tarik-tarik-jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat menghadiri sebuah acara NU pada 2019 lalu. Presiden Jokowi diduga ditarik-tarik sejumlah pihak dalam bursa ketua PBNU di Muktamar yang akan digelar pada akhir tahun ini. (Sumber: Fabian Januarius Kuwado/KOMPAS.com)
Penulis : Dedik Priyanto | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV - Jelang Muktamar NU yang akan digelar di Lampung akhir tahun ini, ada sejumlah pihak yang ditengarai berusaha untuk menarik pemerintah atau Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk turut serta mempengaruhi jalannya pemilihan ketua PBNU.

Ketua Gerakan Pemuda Ansor (GP Ansor) Rahmat Hidayat Pulungan menilai, upaya untuk menarik-narik itu karena Jokowi dinilai memiliki kedekatan dengan para ulama dan NU. Tapi ia menilai, hal ini tidak perlu.

"Pak Jokowi adalah Presiden yang memiliki kedekatan dan kedalaman hubungan dengan ulama, tokoh, kiai dan kaum muda NU. Komitmen dan kontribusi beliau untuk kemajuan SDM NU bisa dilihat sendiri selama beliau menjabat. Beliau memiliki hubungan lahir-batin dengan ulama dan kiai NU,” papar Rahmat sebagaimana dilansir dari Kompas.com Jumat (12/11).

Baca Juga: Temui Presiden Jokowi, Said Aqil Bahas Rencana Muktamar PBNU Secara Tatap Muka

Bagi Rahmat, siapa pun yang berusaha manarik Jokowi dalam urusan Muktamar itu berlebihan. Penarikan Jokowi untuk soal dukung-mendukung di Muktamar justru mengerdilkan peran negara dan NU sendiri.

Sebab, kata dia, siapa pun presidennya pasti memiliki kewajiban moral untuk menjaga dan membesarkan NU.

"Semua orang yang punya cita-cita membangun dan membesarkan Indonesia pasti berkepentingan (agar) NU juga ikut besar, kokoh dan mandiri. Mereka paham NU ada salah satu tiang negara. Kalau tiangnya goyang, sudah pasti ikut mempengaruhi yang lain," kata Rahmat.

Baca Juga: Jelang Muktamar NU, Pengamat beber Kontestasi dan Dinamika Calon Ketum

Muktamar NU di Lampung itu, kata dia, ibarat permainan sepak bola. Tapi yang diuji tanding adalah persahabatan antarkader terbaik NU sendiri.

“Baiknya dibawa santai saja, nggak perlu melulu kampanye hitam," katanya.

Muktamar NU memunculkan banyak nama sebagai calon ketua PBNU. Namun, tampaknya, bakal mengerucut di dua kubu terkuat, yakni petahana Said Aqil Siradj dan Gus Yahya Staquf.

Keduanya bakal bertanding, dalam bahasa Rahmat, dalam pertandingan persahabatan untuk duduk di tampuk pimpinan ketua PBNU mendatang.

Baca Juga: Forum Muda Nahdliyin Yogyakarta: Muktamar NU Bukan Sekadar Pilih Ketua, Tapi Juga Adu Gagasan

 




Sumber : Kompas TV/Kompas.com


BERITA LAINNYA



Close Ads x