Kompas TV bisnis ekonomi dan bisnis

Cerita Petani Tapin Kembangkan Kebun Kopi Arabika dan Robusta Gara-gara Menjamurnya Kafe

Kompas.tv - 27 Oktober 2021, 06:30 WIB
cerita-petani-tapin-kembangkan-kebun-kopi-arabika-dan-robusta-gara-gara-menjamurnya-kafe
Ketua Kelompok Tani Baru Muncul Hartanto di Desa Asam Randah menunjukkan buah kopi (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Gading Persada

RANTAU, KOMPAS.TV - Petani Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan mengembangkan kebun kopi jenis arabika dan robusta sebagai upaya untuk meningkatkan pendapatan.

Langkah ini diambil seiring menjamurnya kafe-kafe dengan menu utama kopi. Yang awalnya usaha pertanian kopi ini hanyalah menjadi usaha samping, tetapi karena kini kopi berkembang cukup pesat, permintaan pasar pun menjadi meningkat drastis. 

"Saat ini terdapat sekitar 20 hektare kebun kopi masyarakat yang biasa dipanen setiap Agustus- September dan telah menghasilkan buah dan menjadi tumpuan ekonomi warga," kata Ketua Kelompok Tani Baru Muncul di Desa Asam Rendah Hartanto di Rantau Selasa, (26/10/2021).

Adapun, Desa Asam Randah salah satu wilayah dataran tinggi di Kecamatan Hatungun itu merupakan wilayah fungsional pertanian di Tapin. Diwacanakan daerah tersebut sebagai wilayah sentral rempah.

Selain kopi, di wilayah Hatungun itu juga ada jenis rempah seperti jahe merah dan kencur.

Baca Juga: Menikmati Kopi Masjid Sekaligus Turut Memakmurkan Masjid

Lebih lanjut, saat ini kisaran harga kopi robusta sebesar Rp80 ribu per 20 liter, sedangkan arabika Rp125 ribu per 20 liter.

Sebagian tanaman kopi tersebut, kata Hartanto, sudah ada sejak tahun 1990.

"Karena kini cukup banyak peminat kopi, akhirnya petani mengembangkan tanaman tersebut, dengan tanaman baru, yang kini juga telah menghasilkan," terangnya.

Konsumen pun biasanya akan datang langsung untuk membeli kopi setelah panen dan dikeringkan, sehingga petani tidak perlu repot untuk ke pasar.

Oleh karena itu, kini petani mulai serius menekuni budi daya tanaman kopi tersebut dengan harapan menjadi sektor unggulan daerah.

Baca Juga: Kopi Arabika Asal Jambi dan Aceh Juarai Kontes Kopi Spesialti Indonesia

Hartato yang juga ketua Bumdes tersebut menuturkan, untuk meningkatkan kualitas kopi, pihaknya perlu perlu pendampingan, misalnya ada program penanaman, perawatan, dan pascapanen.

Selama ini, petani kalau panen asal petik habis itu dikeringkan lalu dijual.



Sumber : Antara


BERITA LAINNYA



Close Ads x