> >

Hadapi Wisman yang Ngeyel Berlalu Lintas, Warga Gili Trawangan: Left Side, Please, This Is Indonesia

Wisata | 3 Mei 2022, 23:15 WIB
Suasana lalu lintas pejalan kaki dan pesepeda di ruas jalan Gili Trawangan, Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat, Selasa (3/5/2022) sore. (Sumber: Kompas.tv/Vyara)

GILI TRAWANGAN, KOMPAS.TV – Padatnya kunjungan wisatawan, terutama wisatawan mancanegara (wisman) pada masa libur Lebaran di Gili Trawangan, ternyata mendatangkan dinamikanya sendiri.

Kepadatan dan kemacetan saat berlalu lintas pun, tak terhindarkan. Seperti yang tampak pada hari pertama dan kedua Lebaran pada Senin (2/5/2022) dan Selasa (3/5).

Meski tak ada kendaraan bermotor kecuali mobil pengangkut sampah di pulau kecil di barat-daya Lombok ini, kemacetan sangat mungkin terjadi, meski hanya dalam hitungan menit.

Jangan bandingkan dengan kemacetan di Jakarta yang bisa terjadi selama berjam-jam, ya!

Di sejumlah titik, terutama di ruas jalan yang dekat dengan area kedatangan wisatawan di pelabuhan, kepadatan biasanya tampak terlihat pada jam-jam kedatangan fastboat atau kapal cepat dari Bali.

Baca Juga: Dipadati Ribuan Wisman saat Libur Lebaran 2022, Gili Trawangan Menggeliat Jadi Kampung Bule Lagi

Kendati begitu, ternyata ada penyebab lain yang membuat kemacetan dan penumpukan kendaraan mungkin terjadi. Yakni, kebiasaan para wisatawan dalam berlalu lintas.

Lantaran turis di Gili Trawangan didominasi wisman yang berasal dari berbagai negara, tak jarang, mereka pun mempraktikkan jalur arah lalu lintas sesuai asal negara masing-masing. 

Gili Trawangan yang menjadi bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sendiri menerapkan arah lalu lintas di jalur kiri. 

Jika kebiasaan berlalu lintas di jalur berbeda di negara asal dipraktikkan di Gili Trawangan, tentu saja hasilnya adalah kemacetan.

Seperti yang dialami Egi Wahyuni, seorang guru asal Bogor, Jawa Barat yang sudah tinggal di Gili Trawangan sejak 5,5 tahun belakangan.

Baca Juga: Wisatawan Padat saat Libur Lebaran 2022, Pengurus Cidomo Gili Trawangan: Kami Belajar dari MotoGP

Pada Selasa (3/5), perjalanannya dengan sepeda sempat tersendat karena ia berhadap-hadapan dengan turis asing yang pula bersepeda, namun di arah jalur yang sama.

Egi dan turis itu pun sama-sama berhenti dan saling bertatapan. 

“Lewat tatapan mata, sepertinya kami sama-sama mau bilang, “Are you stupid?!” ("Apakah kamu bodoh?!"),” ujar Egi tertawa menceritakan pengalamannya bersepeda di Gili Trawangan yang kembali padat setelah sepi dihantam pandemi Covid-19 selama dua tahun belakangan.

Lantaran sang turis yang juga merasa benar tak mau mengalah dan bergeser, Egi pun melontarkan sebaris kalimat yang kerap ia utarakan bilamana mengalami kejadian serupa.

Left side, please, this is Indonesia (sisi kiri, tolong ya, ini Indonesia),” ujar Egi pada sang turis seperti dituturkannya pada KOMPAS.TV, Selasa (3/5).

Sang turis yang kemudian menyadari kesalahannya, lalu buru-buru bergeser dan memberi jalan pada Egi.

Baca Juga: Pelabuhan Rakyat Padangbai Padat Wisatawan, 400 Orang Antre ke Gili Trawangan

Turis yang kagok berlalu lintas lalu menyadari kesalahannya, biasanya akan memberi jalan sembari say sorry

Namun, tak sedikit pula turis asing yang memang ngeyel atau sulit diberi pengertian. Kerap, turis semacam ini bahkan mengatasnamakan lalu lintas internasional untuk membenarkan kesalahannya.

Biasanya, adu argumen antara penganut lalu lintas jalur kanan dan jalur kiri lalu terjadi. 

Tetapi, biasanya kalimat ‘left side, please, this is Indonesia’ sudah cukup sakti mendeskripsikan kedaulatan NKRI untuk mengakhiri segala perdebatan.

Karena, seperti peribahasa bilang, di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung, bukan?!
 

Penulis : Vyara Lestari Editor : Gading-Persada

Sumber : Kompas TV


TERBARU