> >

2023 Palmerah, Yuk! Kembali Digelar dengan Tema Besar Kegelisahan

Budaya | 24 Januari 2023, 03:05 WIB
Sebagai perusahaan yang selalu menunjang terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dan suportif, Kompas Gramedia kembali menyelenggarakan Palmerah, Yuk! di awal tahun 2023. (Sumber: Dok Corporate Communication Kompas Gramedia)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Masa peralihan dari pandemi menuju endemi menjadikan kita semakin memiliki ruang untuk bisa kembali berkolaborasi secara langsung. Konektivitas yang semakin baik dan tanpa sekat menjadikan kita leluasa untuk saling bertemu dan menjalin kembali sinergi yang sempat terhambat.

Sebagai perusahaan yang selalu menunjang terciptanya lingkungan kerja yang nyaman dan suportif, Kompas Gramedia kembali menyelenggarakan Palmerah, Yuk! di awal tahun 2023. Melihat antusias yang baik dari pengunjung di tahun sebelumnya, acara ini akan rutin digelar di sepanjang tahun 2023.

Tidak hanya sebatas kalangan internal saja, Palmerah, Yuk! saat ini hadir dengan mencakup segmentasi yang lebih luas. Untuk semakin menambah kemeriahan Palmerah, Yuk!, terdapat beberapa rangkaian hiburan, di antaranya adalah talkshow, tenant dengan berbagai pilihan kudapan, live music dari D’Prokes GoRP dan Romatic Duo KG Media, dan akan terus bertambah di setiap minggunya.

Hal yang menarik dari rangkaian acara tersebut adalah talkshow dengan pembahasan yang berbobot, tetapi ringan. Dengan adanya talkshow tersebut, Palmerah, Yuk! seolah hadir sebagai acara dengan kombinasi yang lengkap karena pengunjung dapat mengobati kerinduan bersenda-gurau secara tatap muka sambil menyantap makanan, serta menambah ilmu pengetahuan.

Baca Juga: Belajar Merawat Kearifan Lokal di Palmerah, Yuk!

Palmerah, Yuk! pertama di tahun 2023 ini mengambil tema “OwALAH: Menangkap Kejutan-kejutan Sosial di Masyarakat Urban” bersama Seniman Daniel Kho dan Kurator Seni sekaligus Dosen Fakultas Seni Rupa dan Desain ITB Asmudjo Jono Irianto, serta dimoderatori oleh Wartawan Budaya Harian Kompas Nawa Tunggal.  

Rasa sombong adalah salah satu kejutan sosial di kalangan masyarakat urban. Daniel Kho menyamakan manusia dengan simpanse dari segi pikiran, Ia beranggapan bahwa manusia tidak sepatutnya sombong dengan merasa bahwa hanya manusialah yang hidup, sehingga menyampingkan bahwa ada makhluk lain yang juga punya hak untuk hidup.

“Manusia itu satu rumpun dengan simpanse, hanya 1,8% yang berbeda dari segi pikiran. Masa kita sebagai manusia egois dan sombong bahwa hanya kita yang hidup. Kita harus jadi manusia yang dewasa secara pikiran dan perasaan. Namun di Asia Tenggara kita masih banyak yang menggunakan perasaan saja. Alien adalah simbol bagi kita untuk tidak sombong. Manusia hanya makhluk yang kecil kalau dilihat dari tata surya,” ujar Daniel.

Dari sudut pandang seni, Asmudjo beranggapan bahwa umur bumi dipengaruhi oleh perilaku manusia atau biasa disebut Antroposen. Menurutnya banyak seniman di Indonesia menganut seni individual, namun dalam hal apresiasi tidak ada bentuk pemantik untuk seni individual.

“Karya tidak mungkin muncul kalau tidak ada gagasan dan pengalaman hidup. Pasar seni rupa Indonesia sangat terpengaruh oleh pasar seni rupa global. Medan seni rupa Indonesia dan tumpang tindih dengan masyarakat Indonesia dan masih sedikit,” ujar Asmudjo.

Penulis : Hariyanto Kurniawan Editor : Redaksi-Kompas-TV

Sumber : Kompas TV


TERBARU