Kompas TV nasional budaya

Belajar Merawat Kearifan Lokal di Palmerah, Yuk!

Kompas.tv - 29 November 2022, 03:05 WIB
belajar-merawat-kearifan-lokal-di-palmerah-yuk
Talkshow yang mengangkat tema “Merawat Kearifan Lokal di Tengah Urban” dihadiri oleh narasumber yang kredibel di bidangnya, yaitu Dosen Filsafat Universitas Indonesia Donny Gahral Adian, Freelance Writer Jimmy S Harianto, Penulis Buku Budaya Riyo S Danumurti, dan dipandu oleh Editor Harian Kompas Sarie Febriane. (Sumber: Kompas Gramedia)
Penulis : Redaksi Kompas TV | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kompas Gramedia kembali menggelar acara Palmerah, Yuk! pada Jumat, 25 November 2022 dengan berkolaborasi bersama Bentara Budaya Jakarta. 

Pekan ini sekaligus menutup acara Palmerah, Yuk! yang diadakan kembali sebagai bentuk dukungan terhadap unit bisnis di Kompas Gramedia. 

Pekan terakhir digelarnya Palmerah, Yuk! dimeriahkan dengan talkshow yang memberikan banyak wawasan serta manfaat kepada para pengunjung yang hadir. 

Talkshow yang mengangkat tema “Merawat Kearifan Lokal di Tengah Urban” dihadiri oleh narasumber yang kredibel di bidangnya, yaitu Dosen Filsafat Universitas Indonesia Donny Gahral Adian, Freelance Writer Jimmy S Harianto, Penulis Buku Budaya Riyo S Danumurti, dan dipandu oleh Editor Harian Kompas Sarie Febriane. Talkshow digelar pada sore hari mulai pukul 15.00-16.30 WIB. 

Baca Juga: Alasan Pencinta Keris se-Nusantara Inisiasi Perda Keris di Sumenep

Selama talkshow berlangsung, para narasumber yang mengisi acara membagikan pandangan mengenai bagaimana merawat nilai kelestarian kearifan lokal Nusantara di tengah tantangan kehidupan perkotaan, terutama di era maju seperti sekarang ini.

Menurut Dosen Filsafat Universitas Indonesia Donny Gahral Adian, era sekarang telah membawa pengaruh yang cukup besar pada pola pikir dan kecintaan tanah air bagi masyarakat Indonesia. “Perkembangan budaya populer dapat mengikis rasa cinta pada budaya sendiri,” jelasnya.

Melanjutkan, Donny kembali mengungkapkan kekhawatirannya terhadap perkembangan budaya populer, terutama budaya keris yang eksistensinya kini mulai memudar. “Jika generasi tidak tertarik dengan budaya yang dimiliki dan lebih tertarik dengan budaya populer saat ini, bagaimana budaya (keris) kita dapat terus bertahan?” jelasnya.

Freelance Writer Jimmy S Harianto sepakat dengan pendapat Donny, di mana ia  juga mengungkapkan kekhawatirannya terhadap salah satu kearifan lokal keris, terkhusus di daerah DKI Jakarta. “Satu-satunya tempat pembuatan keris hanya berada di Taman Mini Indonesia Indah (TMII),” jelas Jimmy.

Ikut menanggapi, Penulis Buku Budaya Riyo S Danumurti menjelaskan stigma mengenai keris yang telah beredar di masyarakat Indonesia. “Banyak orang yang takut dengan keris berkat dibangunnya stigma masyarakat yang beranggapan benda ini klenik,” terangnya.

Kendati demikian, menurutnya, fungsional serta dampak yang ditimbulkan dari suatu benda pada dasarnya berkaitan erat dengan bagaimana cara kita merawat benda tersebut.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x