> >

Kepala BSSN Sebut Serangan Hacker Bjorka Levelnya Rendah: Masyarakat Tak Perlu Resah soal Data Bocor

Peristiwa | 14 September 2022, 08:26 WIB
Kepala Badan Siber dan Sandi Negara RI Hinsa Siburian. (Sumber: BSSN)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN) Hinsa Siburian menyebut serangan siber yang dilancarkan hacker Bjorka masuk dalam kategori dengan intensitas rendah.

Sebab, kata dia, serangan hacker Bjorka tersebut bersifat hanya sebatas pencurian data saja.

Baca Juga: Luhut Bantah Data yang Dibocorkan Hacker Bjorka soal Vaksiniasi Covid-19: Saya Sudah 4 Kali Vaksin

"Kalau dilihat dari kategori atau klasifikasi serangan yang bersifat pencurian data itu masih intensitas rendah sebenarnya," kata Hinsa di Kantor BSSN, Depok, Jawa Barat, Selasa (13/9/2022).

Hinsa menjelaskan, bahwa intensitas serangan siber dapat diklasifikasikan menjadi tiga level. Itu antara lain rendah, sedang, dan tinggi.

Hinsa menuturkan serangan siber dengan intensitas tinggi merupakan serangan yang sampai melumpuhkan infrastruktur informasi vital.

 

"Jadi, infrastruktur informasi vital ini adalah sistem elektronik yang sudah digunakan di objek vital nasional kita," ujarnya.

Baca Juga: Gawat! Data Anggota Polri Beserta Keluarganya Diretas Hacker Brasil, Bareskrim Turun Tangan

Adapun sampai saat ini, Hinsa menegaskan, bahwa secara umum infrastruktur informasi vital nasional masih berjalan dengan baik.

"Sistem elektronik yang untuk pelayanan masyarakat berjalan dengan baik, yang menjadi persoalan isu sekarang ini adalah masalah data oleh Bjorka ini disebarkan sedemikian rupa," ujarnya.

Oleh karena itu, Hinsa mengatakan bahwa masyarakat sebenarnya tidak perlu terlalu resah terhadap kebocoran data nasional yang diretas oleh hacker yang mengaku bernama Bjorka tersebut.

"Secara umum ini adalah masalah data," ucap Hinsa.

Baca Juga: Data Seluruh Anggota Polri Diduga Dibobol dan Dijual Puluhan Juta oleh Hacker di Pasar Gelap

Lebih lanjut, Hinsa menyampaikan, BSSN telah melakukan proses validasi dan forensik digital terhadap data-data yang dibocorkan Bjorka tersebut.

Ia menyebut ada informasi valid dari data-data yang dibocorkan tersebut. Namun, validitas data tersebut memiliki masa berlaku untuk menentukan apakah data tersebut merupakan informasi penting atau data terbaru.

"Setelah ditelisik, ini ada juga datanya berulang. Jadi, saya tidak katakan semuanya tidak valid, tapi ada juga valid, tapi juga ada masanya waktunya," ucap Hinsa.

Menurut dia, isu peretasan data nasional yang mencuat belakangan ini perlu menjadi pengingat akan pentingnya meningkatkan keamanan siber. Apalagi, ancaman serangan siber bisa terus berkembang.

Baca Juga: Viral Anggota TNI Dipukul Polisi di Palembang, Kodam Sriwijaya: Pelaku Sudah Ditahan

"Jadi enggak boleh sombong 'oh kami sudah kuat, sistem kami paling hebat', tidak ada. Karena apa? Teknologi kan berkembang, hacker dan ancaman berkembang," ujarnya.

Seperti diketahui, hacker Bjorka kembali menjadi perbincangan karena mengklaim telah meretas sejumlah data rahasia penting.

Itu mulai daei data penduduk Indonesia, pengguna kartu SIM, data pribadi Menteri Komunikasi dan Informatikan (Menkominfo) Johnny G. Plate, serta data dokumen rahasia milik Presiden Joko Widodo.

Klaim Bjorka itu disebarluaskan oleh sebuah akun Twitter "DarkTracer: DarkWeb Criminal Intelligence", yang kemudian viral dan sempat menjadi salah satu topik pembahasan terpopuler di Twitter.

Baca Juga: Kontras: Dibanding Cari Bjorka, Jokowi Harusnya Buat Tim Pencari Dokumen TPF Munir yang Hilang

Penulis : Tito Dirhantoro Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas TV


TERBARU