> >

Menakar Peluang Gen Z dan Gen Y Ikut Nyoblos di Pemilu 2024

Rumah pemilu | 16 Juni 2022, 05:17 WIB
Ketua Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI Hasyim Asyari (Sumber: Tangkapan layar Youtube Kompas TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Partisiasi generasi anak muda dalam Pemilu 2024 sangat ditentukan oleh sosialisasi partai politik (Parpol) di masyarakat. 

Diketahui dalam survei Litbang Kompas, diperkirakan jumlah pemilih 190,5 juta dengan rincian pemilih Gen Z (17-23 tahun) 15,82 persen, Gen Y (24-39 tahun) 35,59 persen.

Pemilih Gen X (40-55 tahun) 30,10 persen, Baby Boomer (56-74 tahun) 15,91 persen, preboomer (75 tahun ke atas) 2,57 persen.

Baca Juga: Ketua KPU, Artis, hingga Duta Wisata Indonesia Bahas Pemilihan Umum dan Generasi Muda

Survei litbang Kompas yang dilakukan Januari-Februari 2022 mengungkap keinginan generasi muda Gen Y dan Z untuk memilih di pemilu 2024 masih tinggi. 

Hasilnya dari 3.224 responden usia 17-40 tahun, sebanyak 86,7 persen responden memilih untuk berpartisipasi. Sisanya 2,6 persen tidak ingin berpartisipasi dan 10,7 persen masih menimbang. 

Ketua Ketua KPU RI Hasyim Asy'ari menyatakan sejumlah metode akan dipersiapkan KPU dalam menarik generasi muda ikut memilih.

Mulai dari membaca survei yang dilakukan lembaga lain, hingga mencari tahu media apa saja yang paling banyak dikunjungi oleh anak-anak muda. 

Baca Juga: Peluncuran Rumah Pemilu 2024, Benarkah Generasi Muda Tertarik pada Politik dan Pemilihan Umum?

Namun upaya tersebut akan tidak maksimal jika tokoh atau calon yang dihadirkan oleh parpol peserta Pemilu 2024 tidak bisa menarik perhatian generasi muda.

Selain tokoh atau calon isu kampanye yang diperjuangkan oleh parpol juga menjadi hal penting yang diperhatikan oleh generasi muda.

Menurut Hasyim keduanya perlu dikombinasi. Tokoh atau calon yang diusung cukup meyakinkan dan dipercaya memperjuangkan isu yang dikampanyekan. Kemudian isu yang diperjuangkan dapat bersentuhan langsung oleh para pemilih. 

Baca Juga: Harapan Generasi Muda di Pemilu 2024: Setop Politik Transaksional dan Polarisasi

"Soalnya orang yang hadir memilih di antaranya karena dua hal. Pertama adalah tokoh atau calon yang ditampilkan. Kedua, isu-isu kampanye yang mau diperjuangkan," ujar Hasyim di acara Satu Meja The Forum Special KOMPAS TV sekaligus peluncuran Rumah Pemilu 2024, Rabu (15/6/2022).

Di kesempatan yang sama,  Ketua Bawaslu RI Rahmat Bagja menilai partisipasi generasi muda di Pemilu nantinya menjadi sebuah gambaran dari kinerja partai politik dalam mensosialisasikan program dan kadernya.

Menurut Bagja jika antar kader parpol bisa bersaing dengan sehat, tanpa ada berita bohong dan sebagainya, tentunya masyarakat dan anak muda akan tertarik ikut dalam pemilu.

Sebaliknya, jika persaingan sehat tidak dilakukan, maka masyarakat menilai negatif dan berujung enggan memilih perwakilannya di legislatif maupun di eksekutif dalam hal ini Pilpres.

Baca Juga: Keberhasilan Pemilu Bukan Hanya Dilihat dari Tingkat Partisipasi, Juga dari Keberdayaan Pemilih

"Menjauhkan Parpol dari masyarakat bukan hal harus kita dorong, tetapi bagaimana parpol mengajarkan kadernya untuk bersaing sehat, tanpa berita bohong. Dengan persaingan sehat ini akan masuk ke masyarkat dan generasi muda," ujarnya. 

 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU