> >

KSP: Pemerintah Gelar Penyelidikan Epidemiologi untuk Antisipasi Kasus Hepatitis Akut

Kesehatan | 6 Mei 2022, 12:29 WIB
Ilustrasi anak-anak yang paling rentan terinfeksi hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya. (Sumber: Tribun Jogja/Memorial Regional Health)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kantor Staf Presiden (KSP) memastikan pemerintah melalui Kementerian Kesehatan (Kemenkes) telah meningkatkan kewaspadaan dan penyelidikan epidemiologi (surveilans) lintas sektoral dalam menghadapi hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya (acute hepatitis of unknown aetiolog).

Tenaga Ahli Utama KSP Brian Sriprahastuti menjelaskan, upaya ini dilakukan agar segera dapat dilakukan tindakan apabila ditemukan kasus dengan gejala dan tanda hepatitis akut. Terutama pada anak di bawah usia 11 tahun.

"Investigasi penyebab hepatitis akut dilakukan pada setiap kasus, mungkin melalui pemeriksaan panel virus secara lengkap," ujar Brian dalam keterangan tertulisnya, Jumat (6/5/2022).

Baca Juga: Hepatitis Akut Serang Anak-anak, Apa yang Perlu Diwaspadai?

Doktor Ilmu Kesehatan Masyarakat ini menambahkan, pemerintah juga telah mengeluarkan surat edaran yang ditujukan kepada fasilitas layanan kesehatan, pemerintah daerah, Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) dan pemangku kepentingan lainnya.

Hal itu untuk memberikan dukungan dan kewaspadaan dini terhadap penemuan kasus hepatitis akut.

Fenomena hepatitis akut yang tidak diketahui penyebabnya ini menjadi sorotan dunia setelah Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menetapkannya sebagai Kejadian Luar Biasa (KLB) pada 15 April 2022.

WHO menerima laporan 169 kasus di 12 negara, termasuk Indonesia.

"Di Indonesia dalam dua minggu terakhir, yakni hingga 30 April 2022, dilaporkan tiga pasien anak meninggal saat dirawat di RSUP Cipto Mangunkusumo dengan dugaan hepatitis akut," ujar Brian.

Baca Juga: Kemenkes Selidiki Kasus Hepatitis Akut yang Tewaskan 3 Anak

Gejala hepatitis akut

Brian menjelaskan, hepatitis akut merupakan peradangan pada hati yang terjadi secara mendadak dan cepat memburuk.

Ia menguraikan, gejala umum dari hepatitis yakni, nyeri perut, kuning, diare, muntah-muntah, perubahan warna urine, feses berwarna pucat, demam tinggi atau riwayat demam, serta ditandai dengan peningkatan kadar enzim hati.

Baca Juga: Waspada! Penyakit Hepatitis Akut Menyerang Anak Usia Dini, 3 Anak di Indonesia Meninggal Dunia

"Jika mendapati anak mengalami gejala-gejala seperti itu segera dibawa ke rumah sakit atau faskes. Karena jika terlambat penanganan, akan terjadi kegagalan fungsi hati yang ditandai dengan gangguan kesadaran," ujarnya.

Menurut Brian, sejauh ini memang belum diketahui penyebab hepatitis akut. Sebab, dari hasil pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan adanya virus hepatitis tipe A, B, C, D dan E yang umumnya menjadi penyebab hepatitis.

Dalam kaitan dengan kabar ditemukan SARS-CoV-2 atau Adenovirus pada beberapa kasus, menurut Brian, hal itu belum bisa dibuktikan.

"Sampai sekarang belum bisa dibuktikan bahwa kedua virus tersebut menjadi penyebabnya. Pemeriksaan lanjutan untuk mencari penyebab baik secara biologis maupun kimiawi masih terus dilakukan," ujar Brian.

Baca Juga: 5 Fakta Hepatitis Akut Misterius yang Diduga Jadi Sebab Kematian Tiga Anak di Indonesia

Brian juga mengimbau masyarakat tidak panik, tetap tenang, dan berhati-hati, serta melakukan upaya pencegahan infeksi.

"Caranya dengan mencuci tangan, meminum air bersih yang matang, makan makanan yang bersih dan matang penuh, membuang tinja dan popok sekali pakai (diapers) pada tempatnya, menggunakan alat makan sendiri-sendiri, memakai masker, dan tetap menjaga jarak," ujarnya.

Sebelumya, Juru Bicara Kemenkes Siti Nadia Tarmizi mengatakan, saat ini dilaporkan adanya sekitar tiga hingga empat kasus yang diduga hepatitis akut di luar Jakarta.

Laporan tersebut mengidentifikasi terjadinya sindrom kuning pada anak. Namun, Nadia menegaskan, seluruh laporan kejadian itu masih diverifikasi lebih lanjut.

Baca Juga: Wakil Ketua DPD: Pemerintah Harus Siapkan Langkah Mitigasi Penyebaran Virus Hepatitis Akut

"Ada beberapa laporan sindrom kuning tapi masih verifikasi ya. Ada tambahan kasus yang dilaporkan sejak kewaspadaan dilakukan. Sebanyak 3-4 kasus yang dilaporkan dalam proses verifikasi," ujar Nadia saat dikonfirmasi Kompas.com, Kamis (5/5/2022).

Nadia mengungkapkan, semua kejadian tersebut berada di luar Jakarta.

"Ada di sejumlah daerah di luar Jakarta," imbuhnya.

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU