> >

Menkes Sebut Kasus Subvarian Omicron BA.2 Sedang Tinggi di Eropa, Bagaimana di Indonesia?

Kesehatan | 23 Maret 2022, 03:45 WIB
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin saat jumpa pers Persiapan Kemenkes Menghadapi Gelombang Ketiga Covid-19 di Indonesia, Kamis, 27 Januari 2022. (Sumber: KOMPAS TV)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kasus subvarian Omicron BA.2 saat ini mengalami peningkatan, terutama di negara-negara Eropa.

Di Indonesia, subvarian Omicron BA.2 sudah ditemukan sejak Januari 2022 lalu. Namun belum terjadi peningkatan tinggi.

Menurut data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) yang dirilis per tanggal 15 Januari 2022, terdapat 668 kasus Covid-19 akibat penularan subvarian Omicron BA.2. 

Baca Juga: Waspada! Jangan Anggap Remeh Subvarian Omicron BA.2 dan Deltacron, Simak Selengkapnya

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menilai kasus Omicron BA.2 secara global, terutama di Eropa, meningkat karena penerapan kebijakan pelonggaran pembatasan yang terburu-buru.

Hal ini juga menjadi catatan bagi pemerintah untuk tidak langsung melakukan pelonggaran aktivitas masyarakat secara total.

Di sisi lain, kasus subvarian Omicron BA.2 di Indonesia hingga saat ini juga tidak mengalami peningkatan bahkan kasus positif Covid-19 telah terkendali dan perlahan menurun. 

Menurut Budi, hal ini karena pemerintah terus menggencarkan masyarakat untuk ikut vaksinasi Covid-19.

Baca Juga: Kemenkes: jika Subvarian Omicron BA.2 Meningkat, Aktivitas di Awal Ramadan 2022 Bakal Dibatasi

Selain Indonesia, India juga tidak mengalami kenaikan kasus subvarian Omicron BA.2 meski sudah menyebar di negara tersebut. 

Negara itu disebut masih memiliki kekebalan imun yang tinggi karena vaksinasi yang baru dilaksanakan.

"Sama seperti India, karena vaksinasi kita baru digenjot itu kan baru bulan September. Jadi kekebalannya masih tinggi," ujar Budi, Selasa (22/3/2022).

Baca Juga: Covid-19 Subvarian Omicron BA.2 Terdeteksi di Indonesia, Kemenkes Sebut Lebih Menular!

Budi kembali mengingatkan bahwa penurunan kasus Covid-19 yang terjadi saat ini harus bisa dijaga dengan baik dengan cara disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Menkes tak ingin kasus subvarian Omicron BA.2 meningkat drastis seperti yang terjadi di Eropa saat ini. 

Menurutnya, ada dua antisipasi yang perlu dilakukan semua pihak untuk menghadapi BA.2. 

"Cuma dua. Satu, masker tetap dipakai, itu yang paling sangat membantu. Kedua, percepat vaksinasi terutama lansia," ujar Menkes.

Baca Juga: Ini 5 Gejala Omicron yang Paling Sering Terjadi

Adapun dari data Satgas Covid-19, kasus positif virus Corona per tanggal 22 Maret 2022 kini mencapai 5.974.646 kasus.

Jumlah tersebut didapatkan setelah ada penambahan sebanyak 7.464 kasus baru dalam 24 jam terakhir.

Masih dari data yang sama, penambahan kasus Covid-19 tertinggi ada di Jawa Barat dengan 1.722 kasus baru.

Posisi berikutnya adalah DKI Jakarta dengan 1.012 kasus barum dan Jawa Tengah sebanyak 828 kasus baru.

Baca Juga: Kim Sejeong Positif Covid-19, Fanmeeting Ditunda

Sebelumnya Kemenkes mendorong adanya pengetatan di awal bulan Ramadan yang dimulai pada awal April 2022 mendatang.

Kebijakan ini sebagai antisipasi penyebaran subvarian Omicron BA.2 di tengah masyarakat. 

Sekretaris Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat Kemenkes Siti Nadia Tarmizi menjelaskan, kebijakan pengetatan di awal bulan Ramadan dimaksudkan untuk menjaga agar di saat Idul Fitri 2022, risiko masyarakat yang terpapar subvarian Omicron BA.2 menurun.

Dalam catatan Kemenkes hingga 15 Maret 2022, tercatat ada 668 kasus Covid-19 akibat penularan subvarian Omicron BA.2.

Baca Juga: Pemerintah Ingin Jadikan Vaksinasi Booster Syarat Mudik pada Lebaran 2022

Sedangkan subvarian Omicron BA.1 masih mendominasi di Tanah Air. Secara kumulatif dari Januari sampai Maret 2022, ada 5.625 kasus positif Covid-19 subvarian Omicron BA.1.

Kemudian varian Delta dengan AY.1 misalnya, tercatat paling tinggi, yaitu sebanyak 8.239 kasus.

"Kalau BA.2 terus meningkat, potensi peningkatan laju penularan juga bisa banyak ya, mungkin kita akan melakukan restriction (pembatasan) sedikit di awal-awal bulan Ramadan supaya menjaga jangan sampai pada saat Idul Fitri, kita risikonya terlalu besar," ujar Nadia dalam diskusi virtual, Kamis (17/3/2022), dikutip dari Kompas.com.
 

Penulis : Johannes Mangihot Editor : Edy-A.-Putra

Sumber : Kompas TV


TERBARU