> >

Di Tengah Pro Kontra, Komisi IX DPR Mengaku akan Disuntik Vaksin Nusantara Hari Ini

Kesehatan | 14 April 2021, 09:50 WIB
Komisi IX DPR datang ke UGM untuk melihat secara langsung GeNose, alat deteksi Covid-19, yang sudah digunakan di stasiun kereta api dan sejumlah rumah sakit di Yogyakarta. (Sumber: istimewa)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Penuh dengan pro dan kontra, sejumlah anggota Komisi IX DPR akan disuntik vaksin Nusantara dalam uji klinis fase II II di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat (RSPAD) Gatot Soebroto, Jakarta, hari ini, Rabu (14/4/2021). 

"Besok (Rabu) itu saya dan anggota Komisi IX sebagian dan komisi lain,  kami disuntik vaksin Nusantara divaksin di RSPAD besok pagi," kata Wakil Ketua Komisi IX DPR Melki Laka Lena saat dihubungi oleh Kompas.com, Selasa (13/4/2021). 

Berdasarkan penjelasan Melki, ada kemungkinan pimpinan DPR akan ikut dalam vaksinasi hari ini. 

Politikus Partai Golkar itu menuturkan, proses vaksinasi akan menggunakan vaksin Nusantara yang sebelumnya juga telah diterima oleh Dewan Pembina Partai Golkar, Aburizal Bakrie.  

Baca Juga: Ini Alasan Mantan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie Akui Sudah Disuntik Vaksin Nusantara

Sementara Wakil Ketua DPR Sufmi Dasco Ahmad meluruskan kabar tentang vaksinasi Nusantara  anggota Komisi IX dan pimpinan DPR.

" Saya  luruskan, bahwa hari ini kita bukan menerima vaksin atau menyuntik vaksin, tapi baru mengambil sampel darah yang kemudian akan diolah dengan sistem dendritic cell. Untuk kemudian nanti baru dimasukkan lagi setelah 7 hari ke dalam tubuh, untuk kemudian apa yang dimasukkan itu mengajarkan sel darah kita lain untuk melawan apabila ada virus yang masuk, termasuk virus COVID-19 dari berbagai varian," kata Dasco, kepada wartawan, Rabu (14/4/2021).
 

Sampai hari ini, masih ada polemik terkait penelitian vaksin Nusantara.

Sebelumnya, Kepala BPOM Penny Lukito mengungkap hasil uji klinik fase I vaskin Nusantara yang diprakarsai mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto. 

Menurut Penny, vaksin Nusantara belum bisa lanjut ke tahap uji klinis selanjutnya karena beberapa syarat belum terpenuhi, di antaranya cara uji klinik yang baik (good clinical practical), proof of concept, good laboratory practice, dan cara pembuatan obat yang baik (good manufacture practice). 

"BPOM tidak akan pernah pilih kasih. BPOM akan mendukung apapun bentuk riset apabila sudah siap masuk uji klinik, itu akan didampingi, tetap, tetapi tentu dengan penegakan berbagai standar-standar yang sudah ada," kata Penny dalam Lokakarya Pengawalan Vaksin Merah Putih, Jakarta, Selasa (13/4/2021).

Baca Juga: Antibodi Vaksin Nusantara Dianggap Tak Meyakinkan, BPOM Belum Mau Keluarkan Izin Uji Klinis Fase II

Penny mengatakan, Vaksin Nusantara tidak memenuhi Good Manufacture Practice (GMP) karena tidak dilakukan validasi dan standardisasi sehingga alat ukurnya tidak terkalibrasi. 

Kemudian, konsep vaksin dari sel dendritik ini juga tidak memenuhi GMP karena dilakukan di tempat terbuka. 

Padahal, kata Penny, vaksin Covid-19 harus steril dengan konsep tertutup karena akan disuntikkan ke tubuh manusia. 

"Artinya harus ada validasi yang membuktikan produk tersebut sebelum dimasukkan lagi ke subjek, itu steril dan tidak terkontaminasi itu yang ada beberapa tahapan yang tidak dipenuhi," kata Penny dalam rapat Komisi IX secara virtual, Kamis (8/4/2021). 

Penny mengatakan, tim peneliti Vaksin Nusantara tak mampu menjelaskan konsep dari vaksin tersebut secara valid, apakah seperti terapi atau pelaksanaan vaksinasi pada umumnya. 

Data-data dari vaksin ini juga masih belum lengkap untuk bisa menjelaskan konsep dari vaksin nusantara. 

Berdasarkan hal tersebut, BPOM belum mengeluarkan izin Persetujuan Pelaksanaan Uji Klinik (PPUK) uji klinis fase II untuk vaksin Nusantara.

Baca Juga: BPOM Ungkap Uji Klinis Vaksin Nusantara Didominasi Peneliti Asing

Namun, Penny menegaskan, BPOM tidak menghentikan vaksin Nusantara.

Ia meminta agar tim peneliti melakukan perbaikan dan menyampaikan perbaikan kepada BPOM sebagaimana hasil review yang diberikan BPOM kepada tim peneliti.

"Silakan diperbaiki proof of concept-nya, kemudian data-data yang dibutuhkan untuk pembuktian kesahihan validitas dari tahap satu clinical trial. Kalau itu semua terpenuhi barulah kita putuskan apakah mungkin untuk melangkah ke fase selanjutnya," ujar Penny.

Pengembangan Vaksin Nusantara dipimpin oleh mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto dengan tim peneliti dari RSUP dr. Kariadi Semarang dan Universitas Diponegoro.

Tim peneliti mengklaim antibodi dari Vaksin Nusantara dapat bertahan seumur hidup dan aman bagi seluruh anggota masyarakat.

Penulis : Hasya Nindita Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV


TERBARU