Kompas TV nasional kesehatan

BPOM Ungkap Uji Klinis Vaksin Nusantara Didominasi Peneliti Asing

Kompas.tv - 9 April 2021, 15:08 WIB
bpom-ungkap-uji-klinis-vaksin-nusantara-didominasi-peneliti-asing
Kepala BPOM Penny Lukito mengungkapkan Vaksin Nusantara dikembangkan tim peneliti asing dan mendapat pendanaan dari perusahaan Amerika Serikat. (Sumber: Kompas TV Live)
Penulis : Ahmad Zuhad | Editor : Eddward S Kennedy

JAKARTA, KOMPAS.TV - Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Penny Lukito mengungkapkan peneliti asing mendominasi uji klinis Vaksin Nusantara. Padahal, Vaksin Nusantara sempat mendapat pujian dari mantan Menteri Kesehatan Terawan Agus Putranto sebagai karya anak bangsa.

Penny juga menyebut, penelitian Vaksin Nusantara mendapat sponsor dari AVITA Biomedical Inc asal California, Amerika Serikat.

Hal ini ia ketahui berdasarkan rapat dengar pendapat BPOM dengan tim peneliti Vaksin Nusantara. Penny mengungkapkan hal itu dalam rapat dengan Komisi IX DPR RI yang tersiar secara daring pada Kamis (8/4/2021).

Baca Juga: Polemik Vaksin Nusantara, Terawan: Aman, Bisa Digunakan Untuk Orang dengan Auto Imun atau Komorbid

“Dalam hasil uji klinis I vaksin (Nusantara) ini pembahasannya tim peneliti asing yang menjelaskan, yang membela dan berdiskusi, yang memproses, pada saat kita hearing. Dan terbukti proses pelaksanaan uji klinis, proses produksinya semua dilakukan tim peneliti asing tersebut,” beber Penny.

Berdasarkan pengamatannya, tim peneliti dari RSUP dr. Kariadi Semarang dan Universitas Diponegoro tak banyak berperan dalam uji klinis I Vaksin Nusantara.

“Memang ada training para dokter di RSUP Kariadi tersebut, Tapi kemudian mereka hanya menonton, tidak melakukan langsung, karena dalam pertanyaan juga mereka tidak menguasai,” tutur Penny.

Ia juga menyoroti kejanggalan dalam pengembangan sel dendritik untuk Vaksin Nusantara. 

Baca Juga: Fatwa MUI: Tes Swab dan Vaksinasi Covid-19 Tidak Batalkan Puasa Ramadhan

Tim peneliti menyebut vaksinasi dendiritik akan berjalan di tempat terbuka. Padahal, kata Penny, aktivis menggunakan sel dendritik mestinya berjalan di tempat yang steril dan tertutup.

Penny membeberkan, tim vaksinator terlebih dahulu akan mengambil sampel darah setiap penerima vaksin Nusantara. Sampel darah itu akan ditemukan dengan perlengkapan vaksin dari sel dendritik.

Sel dendritik yang telah mengenal antigen dalam darah akan menjalani inkubasi selama 3-7 hari. Barulah hasilnya akan disuntikkan ke tubuh penerima vaksin. Tim peneliti berharap sel dendritik itu akan memicu imun tubuh membentuk sistem pertahanan terhadap virus Covid-19.

“Artinya harus ada rentetan validasi yang membuktikan bahwa produk tersebut benar-benar steril, tidak terkontaminasi sebelum dimasukkan ke subjek (penerima vaksin). Dan itu tidak dipenuhi,” jelasnya.

Baca Juga: Apa Itu Nasionalisme Vaksin yang Ditolak Presiden Jokowi?

BPOM tidak memberi izin lanjutan uji klinis tahap II untuk proses pengembangan Vaksin Nusantara. Pengembangan vaksin itu pun berhenti sementara.

Nama Vaksin Nusantara mulai ramai mengemuka setelah mantan Menkes Terawan Putranto mempromosikannya. Tim peneliti juga mengklaim antibodi dari vaksin ini dapat bertahan seumur hidup dan aman untuk seluruh anggota masyarakat.

“Saya selaku menkes (saat itu) ikut berperan serta dalam kegiatan anak bangsa yang ingin mengembangkan vaksin Covid-19 berbasis dendritic cell, yang tentunya karena sifatnya autologous, individual, tentunya adalah sangat, sangat aman,” ujar Terawan dalam Rapat Dengar Pendapat Komisi IX, Rabu (10/3/2021) silam.



Sumber : Kompas TV

BERITA LAINNYA



Close Ads x