> >

Amnesty International Tetap Berpegang pada Temuan soal Ukraina, namun Minta Maaf Sudah Bikin Marah

Kompas dunia | 8 Agustus 2022, 00:05 WIB
Petugas mengevakuasi mayat dari lokasi serangan Rusia di halte bus di Kharkiv, Ukraina, Rabu (20/7/2022). Amnesty International tetap berpegang pada temuan pelanggaran hukum perang oleh Ukraina, namun minta maaf sudah bikin marah. (Sumber: Andrii Marienko/Associated Press)

KIEV, KOMPAS.TV - Amnesty International meminta maaf atas "kesedihan dan kemarahan" terkait laporan yang menuduh militer Ukraina membahayakan warga sipil saat pertempuran dengan pasukan Rusia.

Kelompok hak asasi manusia itu menerbitkan laporan pada hari Kamis (4/8/2022), dengan mengatakan pasukan Ukraina yang sengaja digelar di daerah pemukiman meningkatkan risiko bagi warga sipil selama serangan pasukan Rusia.

Laporan itu membuat marah Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky dan memicu pengunduran diri kepala kantor Amnesty International di Kiev.

"Amnesty International sangat menyesalkan tekanan dan kemarahan yang disebabkan oleh siaran pers kami tentang taktik pertempuran militer Ukraina," katanya dalam email seperti dikutip oleh Straits Times, Minggu (7/8/2022).

"Prioritas Amnesty International dalam hal ini dan dalam konflik apa pun adalah memastikan bahwa warga sipil dilindungi. Tentu, ini adalah satu-satunya tujuan kami ketika merilis penelitian terbaru ini. Sementara kami sepenuhnya teguh pada temuan kami, kami menyesali rasa sakit yang ditimbulkan."

Zelensky menuduh kelompok itu mencoba mengalihkan tanggung jawab dari agresi Rusia.

Baca Juga: Ketua Amnesty International Ukraina Mundur Menyusul Laporan Pelanggaran Hukum Perang Tentara Ukraina

Mobil hangus terbakar karena serangan Rusia di Kharkiv. Amnesty International tetap berpegang pada temuan pelanggaran hukum perang oleh Ukraina, namun minta maaf sudah bikin marah. (Sumber: AP Photo/Pavel Dorogoy)

Kepala Amnesty Ukraina Oksana Pokalchuk yang memutuskan mundur, mengatakan laporan itu adalah hadiah propaganda untuk Moskow.

Sementara pejabat Ukraina mengatakan mereka mencoba mengevakuasi warga sipil dari daerah garis depan.

Rusia, yang menyangkal menargetkan warga sipil, belum mengomentari laporan tersebut.

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Straits Times


TERBARU