> >

Siap Jadi Martir, PM Ethiopia Dilaporkan Terjun ke Medan Tempur

Kompas dunia | 24 November 2021, 23:55 WIB
Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed saat dilantik di Gedung DPR Ethiopia di Addis Ababa, 4 Oktober 2021. Abiy Ahmed dilaporkan terjun ke medan tempur lawan pemberontak Tigray pada Selasa (23/11/2021). (Sumber: Associated Press)

ADDIS ABABA, KOMPAS.TV - Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed dilaporkan terjun ke medan tempur antara pasukan pemerintah lawan pemberontak Tigray. Hal tersebut disampaikan pemerintah Ethiopia pada Rabu (24/11/2021).

Abiy Ahmed sendiri merupakan mantan prajurit sekaligus penerima Nobel Perdamaian 2019.

Menurut juru bicara pemerintah, Abiy tiba di garis depan pertempuran pada Selasa (23/11). Namun, pemerintah tidak merilis fotonya di medan perang dan tidak mau mengungkapkan detail lokasinya.

Sebelumnya, Abiy menyebut, mungkin diperlukan martir untuk menghadapi perang dengan pemberontak Tigray yang meletus sejak November 2020 lalu.

Perang ini telah mengorbankan puluhan ribu jiwa dan membuat jutaan orang terjebak dalam kondisi kelaparan serta kekurangan obat-obatan.

Baca Juga: Konflik Ethiopia: 186 Anak Mati Kelaparan dalam 4 Bulan di Tigray

Perang saudara antara pemerintah pusat dengan Tigray pun membuat Ethiopia dikhawatirkan terpecah-belah.

Terjunnya perdana menteri ke medan perang sendiri dipandang sebagai tradisi Ethiopia. 

Sejak masih berbentuk kekaisaran, pemimpin Ethiopia lumrah terjun ke medan perang. Di antaranya adalah Kaisar Haile Selassie dan Kaisar Yohannes IV. Kaisar Yohannes IV terbunuh dalam pertempuran pada 1889.

“Ini menimbulkan kesan kepada saya sebagai aksi pemimpin Ethiopia yang sangat tradisional.Ini mungkin diperlukan untuk menyelamatkan respons militer Ethiopia yang terlihat sangat goyah,” kata Christopher Clapham, pensiunan profesor dari Universitas Cambridge.

Meskipun jarang, para pemimpin negara Afrika dikenal terkadang ikut maju ke medan tempur. Salah satunya adalah Presiden Chad Idriss Deby Itno.

Deby Itno terbunuh saat memerangi pasukan pemberontak pada April 2021.

Saat ini, situasi perang Ethiopia tidak menguntungkan bagi pemerintah pusat. Pasukan pemberontak dilaporkan terus maju mendekati ibukota Addis Ababa.

Baca Juga: Konflik Memanas, 16 Staf PBB dan Keluarga Ditahan Ethiopia

Awol Allo, akademisi yang menominasikan Abiy untuk Nobel Perdamaian, mengkhawatirkan sang perdana menteri. Apalagi, Abiy telah menyatakan siap menjadi martir.

“Dia mungkin serius mempertimbangkan untuk menjadi seorang martir,” kata Allo.

Meskipun demikian, Allo tak menampik kemungkinan bahwa Abiy sekadar meninggalkan ibukota ke lokasi yang lebih aman, mengatur perang dari sana.

Pengumumannya terjun ke medan tempur bisa jadi untuk meningkatkan semangat pasukan.

Sebelum terjun, Abiy sendiri mengajak rakyat Ethiopia bergabung untuk melawan pemberontak. Beberapa bulan belakangan, dilaporkan terdapat latihan-latihan militer kilat dan wajib militer.

Di lain pihak, seiring melemahnya tentara pemerintah, milisi berbasis etnis juga mulai unjuk gigi.

Perang saudara Ethiopia bermula saat Abiy Ahmed menyingkirkan perwakilan Tigray yang telah memerintah Ethiopia sejak lama.

Perang ini membuat jutaan orang tidak bisa mengakses bantuan kemanusiaan. Komunitas internasional dan organisasi kemanusiaan meminta pemerintah dan pemberontak bernegosiasi demi jutaan orang yang terjebak. 

Baca Juga: “Kebrutalan Ekstrem”, Laporan PBB Sorot Berbagai Kejahatan Perang di Ethiopia

 

Penulis : Ikhsan Abdul Hakim Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU