Kompas TV internasional kompas dunia

Konflik Memanas, 16 Staf PBB dan Keluarga Ditahan Ethiopia

Kompas.tv - 10 November 2021, 13:53 WIB
konflik-memanas-16-staf-pbb-dan-keluarga-ditahan-ethiopia
Foto yang dirilis oleh Ethiopian News Agency pada 16 November 2020 ini memperlihatkan tentara militer Ethiopia tengah bersorak di dekat perbatasan Tigray dan Amhara di Ethiopia. (Ilustrasi) (Sumber: Ethiopian News Agency via AP)
Penulis : Desy Afrianti

NEW YORK, KOMPAS.TV - Sebanyak 16 anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan keluarganya ditahan di ibu kota Ethiopia, Addis Ababa. Demikian diungkapkan juru bicara PBB Stephane Dujarric, Selasa (9/11/2021).

Kabar itu diumumkan di tengah laporan bahwa semakin banyak anggota suku Tigray yang ditangkap.

"Kami tentu terus bekerja sama dengan pemerintah Ethiopia agar mereka segera dibebaskan," kata Stephane Dujarric kepada para wartawan di New York.

Namun Dujarric menolak menjawab pertanyaan dari suku mana para staf PBB dan keluarganya yang ditahan itu berasal.

Baca Juga: Pemberontak Tigray Merangsek Dekati Ibu Kota Addis Ababa, Ethiopia Darurat Nasional

"Orang-orang ini adalah anggota staf Perserikatan Bangsa-Bangsa... mereka warga Ethiopia...., dan kami menginginkan mereka dibebaskan, tak peduli nama suku apa pun yang tertera di kartu identitas mereka,” ujarnya seperti dikutip dari Antara.

Komisi HAM Ethiopia, yang dibentuk negara, mengatakan pada Minggu (7/11/2021) bahwa pihaknya telah menerima banyak laporan soal penangkapan terhadap warga suku Tigray di Addis Ababa, termasuk orang tua dan para ibu.

Sementara itu Kepolisian Ethiopia membantah melakukan penahanan atas dasar suku tertentu. Polisi mengaku hanya mengincar para pendukung pasukan pemberontak Tigray yang memerangi pemerintah pusat.

Baca Juga: Serangan Udara Ethiopia ke Ibu Kota Tigray Tewaskan 3 Anak-Anak

Juru bicara kepolisian Addis Ababa Fasika Fanta, maupun juru bicara pemerintah Legesse Tulu mengaku tidak punya informasi soal penahanan para anggota staf PBB.

"Orang-orang yang ditahan adalah para warga Ethiopia yang melanggar hukum," kata Legesse.

Konflik yang telah berlangsung selama setahun di Ethiopia utara, antara pemerintah dan pasukan Tigray yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), terus memanas beberapa pekan belakangan.

Pasukan Tigray dan sekutunya mengancam akan bergerak menuju ibu kota.

Ethiopia pada 2 November menyatakan negara dalam keadaan darurat.

Baca Juga: 125 Orang Tewas Dibantai di Ethiopia, Pemberontak Tigray Membantah sebagai Pelakunya

Status tersebut memungkinkan pemerintah menangkap siapa saja, tanpa perintah pengadilan, yang dicurigai bersekongkol dengan kelompok teroris.

Sebelumnya parlemen telah menyatakan TPLF sebagai kelompok teroris.

Inggris juga telah meningkatkan imbauan agar para warga negaranya segera meninggalkan Ethiopia saat penerbangan komersial masih tersedia.

Imbauan serupa telah dikeluarkan oleh Amerika Serikat pada 5 November. Zambia pada Selasa telah mengevakuasi para anggota staf nonesensial dari Ethiopia.



Sumber : Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x