Kompas TV internasional kompas dunia

125 Orang Tewas Dibantai di Ethiopia, Pemberontak Tigray Membantah sebagai Pelakunya

Kompas.tv - 9 September 2021, 09:36 WIB
125-orang-tewas-dibantai-di-ethiopia-pemberontak-tigray-membantah-sebagai-pelakunya
Foto yang dirilis oleh Ethiopian News Agency pada 16 November 2020 ini memperlihatkan tentara militer Ethiopia tengah bersorak di dekat perbatasan Tigray dan Amhara di Ethiopia. (Sumber: Ethiopian News Agency via AP)
Penulis : Haryo Jati | Editor : Purwanto

AMHARA, KOMPAS.TV - Sekitar 125 orang dilaporkan telah tewas dibantai di wilayah Amhara, Ethiopia pada awal bulan ini.

Namun pemberontak Tigray, yang memiliki wilayah berdekatan membantah sebagai pelakunya.

Pembantaian itu dilaporkan terjadi di Desa Chenna, dekat dengan Kota Dabat, dan terjadi pada awal September.

Hal itu diungkapkan oleh Semnet Wubalem, anggota pemerintahan lokal di Dabat.

Baca Juga: Pemerintahan dan Kabinet Taliban Disambut AS dan Uni Eropa dengan Waspada

“Sejauh ini kami telah mengumpulkan 120 jasad. Mereka adalah petani tak bersalah. Tapi kami pikir jumlahnya lebih banyak. Ada beberapa orang yang hilang,” katanya dikutip dari Al-Jazeera.

Sementara itu, Kepala Rumah Sakit di Dabat, Mulugeta Melesa melaporkan ada 125 orang yang tewas.

“Ada 125 orang tewas di Desa Chenna. Saya sediri melihat kuburan massal-nya,” ujar Melesa.

Melesa pun mengatakan penduduk desa saat ini masih mencari jasad di sekitar area itu dan penghitungan masih dilakukan,” tambahnya.

Sedangkan Juru Bicara Kota Gondar, Calachew Dagnew, yang juga dekat dengan tempat kejadian, mengatakan ia telah mendatangi lokasi pekuburan di desa itu, dan mengatakan perempuan, anak-anak dan orang tua ada di antara yang tewas.

Ia pun menegaskan, pembunuhan itu terjadi saat Pemberontak Tigray, sempat hadir sebentar di area itu. Kini wilayah itu telah dikuasai oleh tentara pemerintah.

Baca Juga: Naik Bus Sendiri, Anjing yang Sempat Hilang Akhirnya kembali Bertemu Pemiliknya

Di sisi lain, Pemberontak Tigray membantah bahwa mereka merupakan pelaku kejahatan tersebut.

Mereka menyebutkan hal itu sebagai tuduhan palsu, yang dilakukan oleh Pemerintah Wilayah Amhara, dan menegaskan tak terlibat dalam pembantaian tersebut.

“Kami menentang klaim bahwa pasukan kami terlibat dalam pembunuhan masyarakat,” bunyi pernyataan mereka melalui Juru Bicara Getachew Reda di Twitter.

Mereka juga meminta agar dilakukan investigasi secara independen atas kejahatan di wilayah itu.



Sumber : Al-Jazeera

BERITA LAINNYA



Close Ads x