> >

Kamis Ini, Jepang Cabut Status Darurat Nasional terkait Covid-19

Kompas dunia | 28 September 2021, 20:03 WIB
Dalam foto bertanggal 20 September 2021 tampak para pejalan kaki memakai masker saat melintas di sebuah persimpangan di Shinjuku, sebuah distrik hiburan di Tokyo, Jepang. Pada Selasa (28/9/2021), Pemerintah Jepang mengumumkan status darurat Covid-19 akan dicabut pada Kamis (30/9/2021) ini untuk menggerakkan kembali perekonomian. (Sumber: AP Photo/Kiichiro Sato, File)

TOKYO, KOMPAS.TV – Pemerintah Jepang mengatakan akan mengakhiri penerapan status darurat terkait Covid-19 pekan ini seiring melambatnya laju penyebaran penyakit tersebut.

Perdana Menteri Yoshihide Suga, hari ini, Selasa (28/9/2021), mengatakan status darurat akan berakhir pada Kamis (30/9/2021) ini. Pelonggaran pembatasan juga akan dilakukan secara bertahap “untuk melanjutkan kehidupan sehari-hari di tengah kehadiran virus tersebut.”

Suga mengatakan, pemerintah akan mendirikan lebih banyak fasilitas penanganan Covid-19 sementara dan meneruskan program vaksinasi sebagai antisipasi terjadinya lonjakan infeksi.

Pemerintah Jepang juga akan menjalankan langkah-langkah lainnya seperti paspor vaksin dan testing.

Dengan dicabutkan status darurat, Jepang akan kembali bebas dari ketentuan kedaruratan untuk pertama kalinya dalam lebih dari enam bulan terakhir.

Baca Juga: Hadiri Debat, Kandidat PM Jepang Beda Pendapat Soal Hak Perempuan dan Pernikahan Sesama Jenis

Status darurat ditetapkan di Jepang pada April lalu dan terus mengalami perpanjangan dan perluasan.

Meski masyarakat merasa lelah dan frustrasi dengan kebijakan tersebut, Jepang telah berhasil menghindari penerapan lockdown yang jauh lebih mengekang.

Sebanyak 1,69 juta kasus Covid-19 tercatat di Jepang dengan 17.500 kematian.

Status darurat mengimbau restoran dan bar untuk memperpendek jam buka dan tidak menyediakan alkohol. Para gurbernur di wilayah Tokyo, Osaka, Hyogo, dan Kyoto berencana mempertahankan imbauan tersebut sambil melihat perkembangan kasus Covid-19.

“Mencabut status darurat tidak berarti kita sudah bebas 100 persen,” ujar Dr. Shigeru Omi, penasihat kesehatan untuk pemerintah Jepang, seperti dilansir Associated Press.

“Pemerintah harus menyampaikan pesan yang jelas kepada masyarakat bahwa pelonggaran hanya dapat dilakukan secara bertahap,” sambungnya.

Omi menegaskan, pemerintah harus kembali memperketat kontrol jika ada tanda-tanda melonjaknya kasus Covid-19 menjelang periode liburan.

Baca Juga: Pilih Nikahi Rakyat Jelata, Putri Mako dari Jepang Resmi Tolak Dana Negara Senilai Rp19 M

Jumlah kasus infeksi Covid-19 di Jepang kembali melonjak pada Juli dan puncaknya pada pertengahan Agustus setelah pelaksanaan Olimpiade Tokyo. Saat itu, jumlah kasus positif mencapai di atas 5.000 kasus per hari di wilayah Tokyo saja dan 25.000 di seluruh Jepang.

Ribuan pasien yang tidak kebagian tempat tidur di rumah sakit terpaksa menjalani pemulihan di rumah.

Panitia Olimpiade dan pemerintah membantah pesta olahraga internasional tersebut berkaitan langsung dengan peningkatan kasus Covid-19.

Namun, para ahli berpendapat, atmosfer Olimpiade membuat masyarakat Jepang lebih aktif dan secara tidak langsung turut menyebabkan terjadinya lonjakan kasus.

Menyusul kritik terhadap langkah pengendalian yang dilakukan pemerintahannya terkait Covid-19 dan keputusannya untuk tetap menggelar Olimpiade, Suga memutuskan mundur dari kepemimpian partai dan posisinya sebagai perdana menteri.

Kasus Covid-19 harian di Jepang kini telah turun menjadi sekitar 2.000 kasus secara nasional. Para ahli memperkirakan, penurunan jumlah kasus tersebut terkait dengan program vaksinasi.

Sebanyak 58 persen penduduk Jepang telah mendapatkan vaksinasi secara penuh. Selain itu, kolapsnya sistem kesehatan membuat masyarakat semakin disiplin dalam menjaga jarak sosial.

Baca Juga: Dua Saudari Jepang Berusia 107 Tahun Ini Dinobatkan sebagai Kembar Tertua di Dunia

 

Penulis : Edy A. Putra Editor : Vyara-Lestari

Sumber : Associated Press


TERBARU