> >

Indonesia dan Amerika Serikat Umumkan Peluncuran Dialog Strategis, Bagian dari Kemitraan Strategis

Kompas dunia | 4 Agustus 2021, 06:38 WIB
Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken mendengarkan  Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi saat berbicara kepada awak media di Washington, pada 3 Agustus 2021 (Sumber: Straits Times via Reuters)

WASHINGTON, KOMPAS.TV - Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken mengumumkan hari Selasa (03/08/2021) waktu Washington DC, peluncuran "dialog strategis" antara Amerika Serikat dengan Indonesia.

Washington mengatakan kedua negara berkomitmen untuk bekerja sama, termasuk dalam isu-isu untuk mempertahankan kebebasan navigasi di Laut Cina Selatan.

Pertemuan di Washington antara  Antony Blinken dan  Retno Marsudi juga menelurkan komitmen kerja sama melawan Covid-19 dan krisis iklim serta meningkatkan hubungan perdagangan dan ekonomi bilateral, kata Departemen Luar Negeri Amerika Serikat usai pertemuan, seperti dilansir the Straits Times, Rabu, (04/08/2021)

Indonesia adalah negara dengan ekonomi terbesar di 10 anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), sebuah blok yang dilihat Washington sebagai kunci upaya mereka untuk menghadapi pengaruh China yang semakin besar di Asia.

Kedua belah pihak sebelumnya bersepakat untuk membangun “kemitraan strategis” pada tahun 2015 di masa pemerintahan Barack Obama, namun Blinken mengatakan kepada wartawan sambil berdiri di samping Marsudi bahwa baru sekaranglah dialog strategis itu benar-benar dimulai.

“Indonesia adalah mitra demokrasi yang kuat bagi Amerika Serikat; kami bekerja sama di banyak bidang yang berbeda,” katanya, seraya menambahkan bahwa Washington menghargai suara kuat Jakarta di ASEAN.

Marsudi mengatakan kepada Blinken bahwa kemitraan yang kuat dengan Indonesia akan menjadi “aset utama untuk meningkatkan keterlibatan Anda (Amerika Serikat) di kawasan ini (Asia Tenggara).” seraya menambahkan, Amerika Serikat adalah salah satu mitra penting ASEAN dalam menerapkan pandangan Indo-Pasifiknya.

“Harapan saya, dan pemerintah Indonesia, adalah untuk memajukan hubungan bilateral dengan Amerika Serikat, dari kesehatan ke SDGs, dari pendidikan, ekonomi, dan seterusnya,” katanya, menggunakan akronim untuk tujuan pembangunan berkelanjutan.

Baca Juga: Amerika Serikat Tegaskan Dukungan untuk Indonesia dalam Upaya Melawan Covid-19

Jake Sullivan, penasihat keamanan nasional AS, 2021. Amerika Serikat tegaskan dukungan bagi Indonesia dalam menangani pandemi Covid-19 dalam pertemuan dengan menlu Indonesia Retno Marsudi, 3 Agustus 2021 (Sumber: Antara/Shutterstock)

Sebuah pernyataan Departemen Luar Negeri Amerika Serikat pada pertemuan itu mengatakan keduanya membahas langkah-langkah untuk pemulihan pandemi.

Blinken mencatat Washington telah menyumbangkan delapan juta dosis vaksin ke Indonesia, dan kedua negara juga bekerja sama dalam hal oksigen dan terapi.

Marsudi dan Blinken juga “menyatakan pandangan yang sama tentang keamanan maritim” dan berkomitmen untuk “mempertahankan kebebasan navigasi di Laut China Selatan, dan melanjutkan kolaborasi dalam keamanan siber dan mencegah kejahatan siber,” kata pernyataan itu.

Dikatakan, Blinken memuji upaya Indonesia untuk mendukung negosiasi perdamaian Afghanistan dan menekankan pentingnya mengembalikan anggota ASEAN Myanmar ke jalan menuju demokrasi.

Dalam isu iklim, kedua belah pihak “membahas peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan ambisi iklimnya,” katanya, tanpa merinci lebih jauh.

Baca Juga: Bertemu Penasihat Keamanan Nasional dan Industri Farmasi AS, Menlu Retno Bahas Bantuan Pandemi

Pembicaraan itu dilakukan sebelum Blinken berpartisipasi dalam pertemuan virtual dengan ASEAN, beberapa anggota di antaranya memiliki klaim yang bersaing di Laut China Selatan dengan China.

Beijing melihat hampir semua jalur air strategis Laut China Selatan sebagai miliknya dan telah membangun kekuatannya di sana.

Blinken selama satu minggu terakhir terlibat berbagai pembicaraan dengan rekan-rekan regional di Asia Tenggara, bagian dari upaya Amerika Serikat untuk menunjukkan keseriusan negara adidaya tersebut dengan Asia Tenggara untuk melawan perluasan pengaruh China.

Murray Hiebert, pakar Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington, mengatakan pada pemerintahan Barack Obama hanya ada sedikit waktu untuk mengembangkan perjanjian kemitraan strategis yang dicapai di bawah pemerintahan Obama sebelum mantan presiden Donald Trump menjabat.

“Perjanjian seperti ini bukan prioritas bagi pemerintahannya (Trump),” katanya tentang kesepakatan yang membentang ke beberapa domain, termasuk pertahanan, energi, dan hubungan ekonomi yang lebih luas.

“Pembahasan detail di semua bidang ini akan memakan waktu dan membutuhkan fokus yang cukup besar oleh pejabat senior kebijakan luar negeri, pertahanan, dan ekonomi.”

Penulis : Edwin Shri Bimo Editor : Iman-Firdaus

Sumber : Kompas TV/Straits Times


TERBARU