> >

Perkenalkan, Indra Rusdiansyah, Sosok Pemuda Indonesia di Balik Terciptanya Vaksin AstraZeneca

Kompas dunia | 19 Juli 2021, 14:58 WIB
Indra Rudiansyah, warga negara Indonesia yang terlibat dalam penelitian dan pembuatan vaksin Covid-19 di Universitas Oxford, Inggris. (Sumber: Kompas.com)

LONDON, KOMPAS.TV - Pemuda Indonesia kembali andil dalam sejarah dunia. Kali ini, Indra Rudiansyah (29) mahasiswa di Universitas Oxford yang turut berkontribusi di balik terciptanya vaksin Covid-19 AstraZeneca. 

Indra tergabung dalam tim Jenner Institute pimpinan Profesor Sarah Gilbert yang sejak 20 Januari 2020, tim tersebut dan Oxford Vaccine Group bekerja sama menguji coba vaksin virus corona di Pusat Vaksin Oxford.

"Saya tentunya sangat bangga bisa tergabung dalam tim untuk uji klinis vaksin Covid-19 ini, meskipun ini bukan penelitian utama untuk tesis saya," ujar Indra Rudiansyah kepada ANTARA di London, (23/72020).

Baca Juga: Kabar Baik, Indonesia Kembali Terima 1 Juta Dosis Vaksin AstraZeneca

Awal mula Indra bergabung dengan tim tersebut ketika wabah Covid-19 mengalami eskalasi menjadi pandemi. Semua aktivitas di kampus pun ditutup kecuali untuk bidang yang terkait Covid-19.

Namun, tetap saja, lab kekurangan orang, padahal penelitian tentang Covid-19 membutuhkan banyak sumber daya manusia.

Saat itulah project leader-nya membuka pintu bagi siapapun yang ingin bergabung, dan Indra Rudiansyah masuk ke tim untuk membantu uji klinis.

Di tim tersebut mahasiswa yang mendapat beasiswa dari LPDP ini bertugas menguji antibody response dari para relawan yang sudah divaksinasi.

Sebelum terbang ke London, Indra sudah punya pengalaman terlibat dalam pengembangan vaksin rotavirus dan novel polio di Biofarma setelah lulus dari Institut Teknologi Bogor (ITB).

Mahasiswa doktoral Clinical Medicine di Universitas Oxford itu mengungkapkan, sebenarnya penelitian utama untuk tesisnya adalah vaksin malaria. Namun, keikutsertaannya di tim Jenner Institute merupakan real case dari penelitian vaksin untuk menyelamatkan banyak orang.

Dalam keterlibatannya sekarang membuat vaksin Covid-19, pemuda asal Bandung lulusan S1 Mikrobiologi ITB itu mengaku dituntut selalu bekerja dengan baik, cepat, serta siap dengan perubahan rencana karena kondisi yang serba dinamis.

Kata dia, proses pengembangan vaksin AstraZeneca pun sangat cepat. Dalam enam bulan, sudah menghasilkan data uji preklinis dan inisial data untuk safety, serta imunogenitas di manusia.

"Biasanya untuk vaksin baru paling tidak memerlukan waktu lima tahun hingga tahapan ini," terang Indra dikutip dari Kompas.com, Senin (19/7/2021)

Dalam prosesnya, lanjut dia, studi dilakukan terhadap 560 orang dewasa yang sehat, termasuk 240 orang berusia di atas 70 tahun. Hasilnya, vaksin virus corona AstraZeneca lebih dapat ditoleransi pada orang yang lebih tua daripada orang dewasa muda.

Penulis : Hedi Basri Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV/kompas.com


TERBARU