> >

Negara-Negara Anggota OKI Terbelah soal Konflik Palestina dan Israel

Kompas dunia | 16 Mei 2021, 21:28 WIB
Terlihat ledakan gedung di Gaza, Palestina yang menampung berbagai media internasional, akibat serangan Israel. (Sumber: Arab News)

“Perlawanan tidak akan berhenti. Perlawanan adalah jalan paling dekat menuju Yerusalem,” kata Haniyeh.

Hamas bersikeras Palestina dapat menjadi negara dengan Yerusalem sebagai ibu kotanya. Sementara, Israel pun menginginkan hal serupa.

Sebagian pimpinan negara-negara Arab, seperti anggota parlemen Quwait, Menlu Qatar, serta pemimpin Tentara Quds Iran diketahui berbicara dengan Haniyeh pada Sabtu (14/5/2021).

Sementara itu, Bahrain dan Uni Emirat Arab mengambil posisi berbeda. Dua negara Teluk Arab itu mencapai kesepakatan untuk mengakui Israel menjelang akhir masa pemerintahan Presiden Amerika Serikat Donald Trump.

Bahrain, Uni Emirat Arab serta Arab Saudi telah menyatakan dukungan mereka agar Palestina menjadi negara merdeka. 

Baca Juga: Tanggapi Roket Hamas, Benjamin Netanyahu: Israel Akan Terus Merespons dengan Kekuatan

Namun, Associated Press melaporkan, media-media terkait pemerintahan tiga negara itu tak memberitakan eskalasi serangan ke Palestina seperti media-media pemerintah negara-negara Timur Tengah lain.

Ada rumor soal perbedaan pendapat di antara anggota-anggota OKI. Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu mengkritisi langkah dukungan sebagian negara Arab pada Israel.

“Ada beberapa yang kehilangan kompas moral mereka dan menyuarakan dukungan untuk Israel. Jika ada pernyataan setengah hati dalam keluarga kita sendiri, bagaimana kita bisa mengkritik orang lain yang (tidak) menganggap serius perkataan kita?” ujar Cavusoglu.

Sementara, Menlu Iran Mohammad Javad Zarif menyebut negara-negara pendukung Israel itu naif. Ia menyebut Israel sengaja membelah negara-negara Islam.

“Pembantaian anak-anak Palestina hari ini terjadi setelah ada normalisasi kekerasan. Rezim kriminal dan genosida (Israel) ini sekali lagi membuktikan bahwa sikap ramah hanya memperburuk kekejaman mereka," kata Zarif.

Di sisi lain, Hussein Ibish, akademisi senior Institut Negara-Negara Teluk Arab yang berbasis di Washington mengkritik langkah Hamas mengirim rudal ke pihak Israel.

Baca Juga: Buruh akan Gelar Aksi Solidaritas untuk Palestina di Seluruh Indonesia Selasa 18 Mei 2021

Menurutnya, rudal-rudal Hamas berbahaya, provokatif yang tak perlu, dan membahayakan warga Israel serta Palestina di Gaza.

Meski begitu, ia melihat negara-negara Arab tetap tak bisa bersimpati pada Israel.

Penulis : Ahmad Zuhad Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU