> >

Jejak dan Pengaruh Hamzah Fansuri, Sastrawan dan Ulama Tasawuf Abad ke-16

Risalah | 17 April 2022, 04:15 WIB
Ilustrasi Hamzah Fansuri, ulama berpengaruh abad 16 dari Indonesia. (Sumber: Hamzah Fansuri via Kompas)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Hamzah Fansuri adalah seorang ulama, penyair, sastrawan dan penyebar tasawuf di Indonesia. Jejak dan pengaruhnya kuat hingga kini dalam sejarah dan terus dikaji untuk melihat perkembangan Islam dan kebudayaan di Indonesia.

Hamzah Fansuri berasal dari Barus, Sumatera Utara. Tidak diketahui secara pasti hari lahir ulama ahli tasawuf ini, tapi diperkirakan beliau hidup di abad ke-16.

Dikutip dari buku Islam dan Peradaban Malayu (Desanta, 2021) karya Dr Nyanyu Soraya, sebagai seorang sufi, Hamzah Fansuri hidup mengembara antara lain ke Arab, Persia, Jawa, Banten, Kudus, Syam, Malaya dan Sumatera.

Bahkan, dalam catatan Dr Nyanyu Soraya, Hamzah Fansuri dianggap orang suci oleh masyarakat pada abad tersebut.

Laiknya orang-orang suci dan dikenal dalam cerita masyarakat (folklore) ia pun dikenal dengan pelbagai kejadian-kejadian yang ajaib. Bahkan, ia pun memiliki banyak makam yang diklaim pernah atau sempat disinggahi oleh beliau.

Baca Juga: Sosok dan Jejak Muhammad Zainuddin Abdul Madjid: Ulama Kharismatik NTB, Pendiri Nahdlatul Wathan

Jejak dan Pengaruh Hamzah Fansuri

Dalam perkembangan kebudayaan Islam di Nusantara, nama Hamzah Fansuri memiliki pengaruh yang cukup besar.

Ia adalah seorang penyair yang hingga kini karya-karyanya masih dikaji di pelbagai kampus dan banyak melahirkan riset terkait kebudayaan, khususnya sastra.

Hamzah al-Fansuri juga menulis dalam bahasa melayu dan dianggap sebagai penyair pertama yang dikenal dalam dunia melayu.

Secara bentuk, syair-syair yang ditulis Hamzah al-Fansuri begitu memengaruhi lanskap kebudayaan di Melayu. Bahkan disebut sebagai salah satu sastrawan terbesar dari tanah Melayu yang pengaruhnya sampai ke Malaysia, Brunei Darussalam dan tentu saja Indonesia.

Dalam perkembangan Islam, ia penganut konsep wahdatul wujud yang dikenal dekat dengan Ibnu Arabi, sufi besar dalam Islam yang kerap disalahtafsirkan sebagai sufi sesat akibat menafsirkan Tuhan yang menyatu dalam diri seseorang.  

Penulis : Dedik Priyanto Editor : Hariyanto-Kurniawan

Sumber : Kompas TV


TERBARU