> >

Simak Penjelasan Salat Tarawih di Rumah, Bisa 11 atau 23 Rakaat, Pilih Mana?

Panduan | 16 April 2021, 18:25 WIB
Salat Tarawih di masjid Agung Assyuhada Pamekasan sudah menerapkan physics distancing. Hal yang sama juga akan diberlakukan oleh takmir majid pada saat pelaksanaan shalat Idul Fitri. (Sumber: KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN)

SOLO, KOMPAS.TV- Masih dalam suasana pandemi Covid-19, Pemerintah menghimbau kepada umat Muslim di Indonesia untuk tetap melaksanakan ibadah Salat Tarawih di bulan Ramadan 1442 Hijriyah (H) ini dari rumah, meskipun tidak melarang juga untuk melakukannya di masjid dengan sejumlah persyaratan dan protokol kesehatan (prokes) yang ketat.

Adapun dasar hukum Salat Tarawih terdapat dalam suatu hadis dari Abu Hurairah.

"Rasulullah saw menggemarkan agar menghidupkan bulan Ramadhan bukan dengan perintah wajib lalu Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang menghidupkan bulan Ramadhan atas dasar iman yang teguh karena Allah, niscaya Allah akan mengampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (H.R.Muslim).

Baca Juga: Mau Salat Tarawih di Masjid? Begini Panduan dari Muhammadiyah

Lantas, ketika akhirnya memilih tetap Salat Tarawih di rumah, berapa jumlah rakaatnya?

Seperti pernah diberitakan Kompas.com pada Kamis (23/4/2020), Dosen Aqidah dan Filsafat Islam sekaligus Wakil Rektor Bidang Kemahasiswaan dan Kerja Sama IAIN Surakarta, Dr Syamsul Bakri mengatakan, dalam pelaksanaan Salat Tarawih, masyarakat dapat melakukannya dengan 11 atau pun 23 rakaat.

"Semuanya tidak masalah, sama-sama baiknya," ujar Syamsul saat itu. 

11 Rakaat

Adapun dalam pelaksanaan Salat Tarawih dengan 11 rakaat tersebut, didasarkan pada beberapa hadis nabi. Pertama, hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas:

"Aku berdiri di samping Rasulullah; kemudian Rasulullah meletakkan tangan kanannya di kepalaku dan dipegangnya telinga kananku dan ditelitinya, lalu Rasulullah shalat dua rekaat kemudian dua rekaat lagi, lalu dua rakaat lagi, dan kemudian dua rekaat, selanjutnya Rasulullah shalat witir, kemudian Rasulullah tiduran menyamping sampai bilal menyerukan adzan. Maka bangunlah Rasulullah dan shalat dua rekaat singkat-singkat, kemudian pergi melaksanakan shalat subuh," (HR. Muslim)

Baca Juga: Muhammadiyah Mulai Salat Tarawih Malam Ini, Rakaatnya 4-4-3 atau 2-2-2-2-2-1, Kamu Pilih Mana?

Kedua, hadis yang diriwayatkan dari Abu Salamah:

"Diriwayatkan dari Abu Salamah Ibn ‘Abdul Rahman bahwa Abu Salamah bertanya kepada Aisyah r.a bagaimana cara shalat Rasulullah SAW di bulan Ramadhan. Aisyah menjawab "Baik di bulan Ramadhan ataupun di luar bulan Ramadhan, Rasulullah saw selalu melakukan shalat (malam) tidak lebih dari sebelas rakaat.

Rasulullah melaksanakan shalat empat rakaat; dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Kemudian shalat lagi empat rekaat, dan jangan ditanyakan tentang baik dan panjangnya shalat yang beliau lakukan. Lalu beliau shalat (witir) tiga rakaat," (HR Bukhari).

23 Rakaat

Menurut Syamsul, dalam pelaksanaan Salat Tarawih dengan menggunakan 23 rakaat, juga terdapat dasar-dasar yang menjadi landasannya.

Pertama, sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Ia meriwayatkan bahwa Rasulullah shalat tarawih di bulan Ramadan sendirian sebanyak 20 rakaat. (HR Baihaqi dan Thabrani).

Kedua, hadis yang diriwayat oleh Ibnu Hajar, "Rasulullah shalat bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di suatu malam Ramadhan."

Baca Juga: Ramadan Tahun Ini, Muslim Turki Diminta Berbuka Puasa dan Salat Tarawih di Rumah

Ketiga, dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab menyelenggarakan Salat Tarawih dan Witir 23 rakaat. Hal ini dapat dilihat di dalam kitab al-Muwaththa’ Yazid bin Huzaifah yang berkata:

"Kaum muslimin pada masa Umar bin Khattab melakukan Salat Tarawih (dan Witir) di bulan Ramadan sebanyak 23 rakaat."

Para pekerja PT Freeport Indonesia menunaikan shalat isya dan tarawih selama bulan Ramadhan 2019 di Masjid Baabul Munawwar yang terletak 1.700 meter dari permukaan bumi (Sumber: .Dok. Humas Inalum)

Hal ini dilanjutkan pada masa khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Dengan demikian jelas, bahwa umat Islam yang melaksanakan Salat Tarawih dan Witir 11 rakaat atau yang 23 rakaat, sama-sama memiliki landasan, dan bukan karena nafsu.

Menurut Syamsul, perbedaan pendapat adalah rahmat, dan perlu saling menghargai.

"Begitu juga soal dua rekaat salam atau empat rakaat salam, sama-sama memiliki landasan," kata Syamsul.

Baca Juga: Jelang Salat Tarawih, Masjid di Bandar Lampung Disemprot Disinfektan

Dalam shahih Bukhari (hadis nomor 990) dan shahih Muslim (nomor 749), ada sebuah hadis, Nabi bersabda: "Salat al-lail matsna, matsna", artinya "salat malam itu dua rakaat, dua rakaat."

Lebih lanjut Syamsul mengungkapkan, perbedaan ini adalah wajar, dan disinilah pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan pendapat.

Oleh karena itu imbuhnya, jangan sampai kesucian Ramahan terkotori oleh adu argumen dan saling menyerang dengan dalil hanya karena perbedaan dalam pelaksanaan tarawih.

"Setiap muslim berhak mengatakan bahwa pemahamannya benar, tetapi tanpa harus menyalahkan muslim yang berbeda pandangan," pungkas dia.

Penulis : Gading Persada Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU