> >

Simak Penjelasan Salat Tarawih di Rumah, Bisa 11 atau 23 Rakaat, Pilih Mana?

Panduan | 16 April 2021, 18:25 WIB
Salat Tarawih di masjid Agung Assyuhada Pamekasan sudah menerapkan physics distancing. Hal yang sama juga akan diberlakukan oleh takmir majid pada saat pelaksanaan shalat Idul Fitri. (Sumber: KOMPAS.COM/TAUFIQURRAHMAN)

23 Rakaat

Menurut Syamsul, dalam pelaksanaan Salat Tarawih dengan menggunakan 23 rakaat, juga terdapat dasar-dasar yang menjadi landasannya.

Pertama, sebuah hadis yang diriwayatkan dari Ibnu Abbas. Ia meriwayatkan bahwa Rasulullah shalat tarawih di bulan Ramadan sendirian sebanyak 20 rakaat. (HR Baihaqi dan Thabrani).

Kedua, hadis yang diriwayat oleh Ibnu Hajar, "Rasulullah shalat bersama kaum muslimin sebanyak 20 rakaat di suatu malam Ramadhan."

Baca Juga: Ramadan Tahun Ini, Muslim Turki Diminta Berbuka Puasa dan Salat Tarawih di Rumah

Ketiga, dalam sejarah Islam, Khalifah Umar bin Khattab menyelenggarakan Salat Tarawih dan Witir 23 rakaat. Hal ini dapat dilihat di dalam kitab al-Muwaththa’ Yazid bin Huzaifah yang berkata:

"Kaum muslimin pada masa Umar bin Khattab melakukan Salat Tarawih (dan Witir) di bulan Ramadan sebanyak 23 rakaat."

Para pekerja PT Freeport Indonesia menunaikan shalat isya dan tarawih selama bulan Ramadhan 2019 di Masjid Baabul Munawwar yang terletak 1.700 meter dari permukaan bumi (Sumber: .Dok. Humas Inalum)

Hal ini dilanjutkan pada masa khalifah Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib dan menyebar ke berbagai penjuru dunia.

Dengan demikian jelas, bahwa umat Islam yang melaksanakan Salat Tarawih dan Witir 11 rakaat atau yang 23 rakaat, sama-sama memiliki landasan, dan bukan karena nafsu.

Menurut Syamsul, perbedaan pendapat adalah rahmat, dan perlu saling menghargai.

"Begitu juga soal dua rekaat salam atau empat rakaat salam, sama-sama memiliki landasan," kata Syamsul.

Baca Juga: Jelang Salat Tarawih, Masjid di Bandar Lampung Disemprot Disinfektan

Dalam shahih Bukhari (hadis nomor 990) dan shahih Muslim (nomor 749), ada sebuah hadis, Nabi bersabda: "Salat al-lail matsna, matsna", artinya "salat malam itu dua rakaat, dua rakaat."

Lebih lanjut Syamsul mengungkapkan, perbedaan ini adalah wajar, dan disinilah pentingnya toleransi dan menghargai perbedaan pendapat.

Oleh karena itu imbuhnya, jangan sampai kesucian Ramahan terkotori oleh adu argumen dan saling menyerang dengan dalil hanya karena perbedaan dalam pelaksanaan tarawih.

Penulis : Gading Persada Editor : Eddward-S-Kennedy

Sumber : Kompas TV


TERBARU