> >

Ridwan Kamil Minta Maaf Usai Sebut LRT Palembang Sepi Penumpang, Sebut Soal Diskusi Akademis

Ekonomi dan bisnis | 24 Oktober 2022, 09:43 WIB
Penumpang sedang naik LRT Palembang, Sumatera Selatan. (Sumber: dephub.go.id)

JAKARTA, KOMPAS.TV - Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil meminta maaf kepada warga Palembang, Sumatera Selatan. Hal itu terkait pernyataanya yang menyebut LRT Palembang sepi penumpang. Perkataan gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu pun diprotes warganet.

"Permohonan Maaf Kepada Warga Palembang. Jika poin diskusi Studi Pembangunan di Jababeka terkait studi2 kasus transportasi dianggap kurang berkenan. Kutipan Media tidak menampilkan urutan keseluruhan diskusinya secara utuh sehingga disalahpahami," kata Ridwan Kamil dikutip dari akun instagram resminya, Senin (24/10/2022).

Ia pun menjelaskan konteks pernyataannya tersebut. Saat itu, ia sedang menjadi pembicara sebuah diskusi. Kemudian ada pihak pengembang properti yang minta Pemprov Jabar membangun MRT di Bekasi-Karawang yang merupakan kawasan industri. 

Baca Juga: Catat, Mulai 5 September 2022, LRT Sumsel Uji Coba 94 Perjalanan

Dalam diskusi itu, Ridwan Kamil berargumentasi jika pembangunan MRT mahal sekali mencapai Rp1 triliun per kilometer. Tidak ada anggaran pemerintah daerah yang sanggup kecuali DKI Jakarta. 

Lalu, populasi wilayah yang dilintasi MRT harus besar, agar modal transportasi itu bisa terus penuh dan cepat balik modal. MRT juga harus terkoneksi dengan feeder (pengumpan) transportasi lainnya dan jaringannya harus luas.

"Jika populasi sedikit nanti ada tantangan seperti LRT Palembang yang kondisi ridershipnya penumpang hariannya belum maksimal (berdasarkan penglihatan saya saat kunjungan terakhir)," ujar Ridwan Kamil. 

Baca Juga: Jadwal Uji Coba Mundur Akhir Tahun 2022, Ini Sejumlah Fakta Pembangunan LRT Jabodebek

Ia menegaskan, diskusi yang dilakukan di kawasan Jababeka itu sifatnya akademis, membahas plus minus pembangunan Indonesia dari zaman dulu sampai dengan sekarang. Bukan format tanya jawab dengan media.

"Mungkin kebiasaan saya sebagai mantan dosen yang selalu berargumen dengan memberi contoh studi kasus. Suka lupa bahwa dalam berstatemen akademik, melekat jabatan saya sebagai pemimpin daerah, sehingga ada kritikan “urus aja atuh jabar, jangan sok komen pembangunan daerah lain”. Kritikan itu saya terima dengan lapang dada," tutur Ridwan Kamil. 

Penulis : Dina Karina Editor : Iman-Firdaus

Sumber :


TERBARU