> >

Beli Solar dan Pertalite Harus Pakai MyPertamina, Kendala Buat yang Enggak Punya Ponsel

Kebijakan | 2 Juni 2022, 13:53 WIB
Petugas beraktivitas dengan latar depan nosel dan selang Pertalite RON 90 dan Pertamax RON 92 di SPBU Abdul Muis, Jakarta, Selasa (21/7/2021). (Sumber: ANTARA FOTO/M Agung Rajasa/ss/aww)

Baca Juga: Jokowi Sebut Terus Tahan Harga Pertalite agar Tidak Naik: Sampai Kapan Kita Menahan?

Penyaluran Solar dan Pertalite yang tepat sasaran menjadi hal penting, agar tidak membebani keuangan negara. Jika pemakaian keduanya melonjak, duit negara yang harus dikeluarkan untuk subsidi BBM juga meningkat.

Lantaran, harga jual Solar dan Pertalite kepada masyarakat tidak sesuai harga keekonomiannya. Sehingga pemerintah harus bayar kompensasi atau uang pengganti selisihnya ke Pertamina.

Walaupun, Menteri Keuangan Sri Mulyani sudah memastikan harga Pertalite tidak akan dinaikkan meski anggaran subsidi energi dan kompensasi membengkak jadi Rp 443,6 triliun.

Baca Juga: Pertalite Jadi Naik Enggak Sih? Ini Kata Erick Thohir

Adapun pembengkakan subsidi energi menjadi Rp 443,6 triliun itu terjadi karena pemerintah mengubah asumsi harga minyak mentah (Indonesia Crude Price/ICP) dari semula 63 dollar AS per barrel menjadi Rp 100 dollar AS per barrel.

Dengan perubahan asumsi tersebut, pihaknya menambah alokasi anggaran untuk subsidi energi dan kompensasi sepanjang tahun 2022 Rp 291 triliun, dari Rp 152,5 triliun menjadi Rp 443,6 triliun.

Kompensasi untuk Pertalite sendiri mencapai Rp 114,7 triliun. Sebelumnya, pemerintah tidak menganggarkan kompensasi untuk BBM jenis Pertalite. Selain Pertalite, semula pemerintah juga tak mengalokasikan anggaran untuk kompensasi listrik. Namun sekarang, kompensasi listrik dianggarkan Rp 21,4 triliun.

Sementara, kompensasi untuk solar ditambah Rp 98,5 triliun menjadi Rp 80 triliun dari semula Rp 18,5 triliun.

Penulis : Dina Karina Editor : Desy-Afrianti

Sumber : Kompas.com


TERBARU