> >

Rusia Tuduh Barat Politisasi Pertemuan Menteri Kesehatan G20 di Yogyakarta

Bbc indonesia | 30 Juni 2022, 08:05 WIB
Vladimir Putin dan Joe Biden berjabat tangan di Villa la Grange di Jenewa, Swiss di Jenewa, Swiss, 16 Juni 2021. (Sumber: AP Photo/Alexander Zemlianichenko, Pool, File)

Pengamat hubungan internasional sekaligus pendiri Synergy Policies, Dinna Prapto Raharja, mengatakan situasi 'panas' jelang pertemuan G20 di Bali akan terus berlangsung.

Untuk itulah, menurut Dinna, pemerintah Indonesia harus mengantisipasi kondisi tersebut.

Pasalnya negara-negara Barat mulai merasakan dampak negatif dari sanksi yang mereka berlakukan kepada Rusia di dalam negeri. Seperti resesi, inflasi yang tinggi, dan kelangkaan energi.

Baca juga:

Dinna menyarankan pemerintah Indonesia untuk bersikap tegas kepada negara-negara Barat maupun Rusia jika berbicara hal-hal yang tidak sejalan dengan agenda.

Kalau perlu, katanya, Indonesia sebagai Ketua G20 mempunyai hak mengizinkan atau menolak negara peserta berbicara jika di luar konteks.

"Memang akan keluar dari kenyamanan memimpin rapat, tapi semua ketua sidang perlu disiapkan untuk itu," tukas Dinna.

"Perlu diketahui ini sudah empat bulan berlalu sejak invasi pertama, jadi kurang produktif untuk terus saling teriak dan menyudutkan. Saatnya bicara untuk solusi damai."

Sementara itu pengamat hubungan internasional dari Universitas Indonesia, Hariyadi Wirawan, menilai tekanan terus menerus dari negara Barat ke Rusia sebagai upaya melemahkan posisi Rusia dalam pertemuan G20.

Bahkan kalau perlu, katanya, menggagalkan pertemuan G20.

Meskipun segala tuduhan yang dilemparkan negara Barat kepada Rusia belum tentu benar sepenuhnya.

"(Tuduhan Rusia merusak merusak fasilitas kesehatan) itu harus ada verifikasi soal jumlah, fasilitas apa yang rusak, harus ada konfirmasi yang jelas."

"Apakah betul (kerusakan) itu dilakukan Rusia? Bisa saja itu cara Ukraina untuk mendiskreditkan Rusia."

"Bahwa kerusakan terjadi, iya. Namanya juga perang."

Pemerintah Indonesia, menurut Hariyadi, harus tetap fokus pada agenda utama G20 untuk menghasilkan solusi ekonomi global.

Selain juga berupaya mendamaikan Rusia dan Ukraina.

Sebab, kata dia, pertemuan KTT G20 di Bali tidak boleh sia-sia dan "tidak ada juntrungannya".

"Karena konfigurasi ekonomi internasional dan segalanya sudah berubah. Tidak akan sama kayak dulu. Jadi harus dibahas betul-betul oleh negara-negara anggota."

"Pemerintah Indonesia sebagai tuan rumah harus bisa menjaga agar pertemuan itu sukses dalam hal esensi yakni pengaturan ekonomi, finansial dunia, sehingga ada suatu harapan untuk bisa keluar dari berbagai persoalan seperti pandemi yang membuat resesi di mana-mana."

Anda mungkin tertarik menyaksikan:

Penulis : Redaksi-Kompas-TV

Sumber : BBC


TERBARU