> >

MotoGP Mandalika Usai, Bagaimana Warga Lokal Tetap Dapat Nafkah dan Tak Tergilas Investor Besar?

Bbc indonesia | 21 Maret 2022, 19:59 WIB
Sejumlah warga menonton MotoGP Mandalika dari Bukit Seger, tepat di seberang Bukit 360 yang berada di dalam sirkuit. (Sumber: Kompas TV/Fitri Pikong)

Ajang balap motor berskala internasional, MotoGP Mandalika, Nusa Tenggara Barat (NTB) menjadi angin segar bagi industri pariwisata di Pulau Lombok. Namun, untuk mengembangkan pariwisata ke depannya, ahli ekowisata mengingatkan pemerintah untuk melibatkan masyarakat lokal.

Dinas Pariwisata NTB mengatakan akan menyiapkan regulasi agar UMKM (Usaha Menengah, Kecil, dan Mikro) di NTB bisa tetap eksis dan bersinergi dengan perusahaan besar.

Perhelatan pertama MotoGP Mandalika, atau yang secara resmi diberi nama Pertamina Grand Prix of Indonesia, diharapkan para pelaku wisata lokal bisa memberikan dampak jangka panjang untuk mereka, bahkan ketika balapan sedang tidak berlangsung di Indonesia.

MotoGP Mandalika akan menjadi agenda rutin tahunan karena Dorna Sports, promotor MotoGP, memberikan kontrak penyelenggaraan selama 10 tahun.

Oleh sebab itu, Pendiri Indonesian Ecotourism Network Ary Suhandi menyarankan, dalam pengembangan wisatanya, pelibatan masyarakat setempat dianggap penting agar tercipta pariwisata yang berkelanjutan.

"Kuncinya, keberlanjutan itu adalah membangun pola pikir masyarakat, cara pandang, dan juga perilaku. Cara pandangnya, tidak serakah, karena turisme itu menggiurkan, uang datang terus-menerus, jadi harus berani berkata cukup. 'Saya cukup di sini', sisanya dialihkan ke mana. Jadi, pola-pola berbagi, sinergitas, itu penting," kata Ary kepada BBC News Indonesia, Minggu (20/3).

Baca juga:

Pariwisata pulih

Yaumul, seorang pengemudi di salah satu tempat penyewaan mobil di Mataram, menaruh harapan besar terhadap dampak jangka panjang dari perhelatan MotoGP Mandalika yang baru saja selesai pada Minggu (20/3).

Pasalnya, setelah hampir dua tahun terpukul pandemi, baru kali ini dia bisa merasakan wisata di Pulau Lombok kembali bangkit.

"Sudah mulai adanya peningkatan. Saya merasa euforia MotoGP itu membuat kondisi kembali seperti normal, kayak sebelum Covid," kata Yaumul kepada BBC News Indonesia, Minggu (20/3). Saat wawancara melalui telepon, Yaumul sedang dalam perjalanan menjemput tamunya. Kata dia, penyewaan mobil di tempat dia bekerja sudah meningkat sejak Februari.

Yaumul bercerita, dampak MotoGP tidak hanya dirasakan pelaku wisata di Lombok Tengah, tempat Sirkuit Mandalika berada. Pelaku wisata di daerah lain juga merasakannya.

"Sampai kita yang di Senggigi, Gili Trawangan, kena kecipratannya, walaupun tidak sebesar di Lombok Tengah. Sampai pedagang asongan pun Alhamdulillah meningkat, kata mereka," ujar Yaumul.

Dia berharap, selain MotoGP akan ada perhelatan lainnya yang bisa mendongkrak pariwisata.

Kepala Dinas Pariwisata NTB Yusron Hadi mengatakan beberapa acara sudah masuk ke dalam kalender event NTB, salah satunya Motor Cross Grand Prix yang akan digelar pada Juni mendatang.

"Akan ada juga event-event motor dan bahkan mobil juga yang akan berlomba di sana dan mungkin saja di sela-sela itu bisa dimanfaatkan masyarakat untuk berwisata dan menyelenggarakan event di area sirkuit sehingga sirkuit akan terus hidup," kata Yusron.

Investor akan masuk, bagaimana nasib masyarakat lokal?

Pengembangan Mandalika akan terus berlangsung hingga 2040. Indonesian Tourism Development Corporation (ITDC) pernah mengatakan kepada BBC News Indonesia ada 11 investor yang berencana membangun hotel di KEK Mandalika. Selain itu, investor Dubai Bin Zayed International LLC telah menandatangani MoU untuk membangun lapangan golf 27 holes.

Agar masyarakat lokal tidak tergilas investor besar, Ary Suhandi menyarankan pemerintah terus melibatkan masyarakat dalam mengembangkan pariwisata, baik di sekitar Mandalika maupun di Pulau Lombok secara keseluruhan.

Tujuannya, agar tercipta kondisi yang harmonis, apalagi dalam sejarahnya, ketimpangan ekonomi di Lombok Tengah pernah menyulut konflik sosial.

"Paling penting pemerintah, baik itu mulai dari kabupaten, provinsi, dan pusat, punya road map untuk strategi pelibatan masyarakat. Jadi, ruang-ruang mana yang harus diberikan," kata Ary.

Setelah diberikan porsi, kata Ary, masyarakat juga harus diberikan pembinaan dan pendampingan agar produk atau jasa yang mereka tawarkan memiliki standar tertentu.

"Itu butuh pendampingan, tidak bisa hanya program one shot training yang kemudian nanti tahun depan ada lagi, itu rasanya sudah harus ditinggalkan."

Menurut Ary, selain keindahan alam dan desa-desa adat di Lombok, banyak juga desa yang memiliki industri rumahan yang bisa menjadi potensi wisata tersendiri. Tinggal mengoptimalkan potensi yang ada dan mengemasnya dengan kreatif agar bisa menarik minat pengunjung, tanpa membuat sesuatu yang baru.

Penulis : Edy-A.-Putra

Sumber : BBC


TERBARU