Kompas TV regional jawa timur

BMKG Sebut Tornado Api di Gunung Bromo Jawa Timur Mirip Fenomena Dust Devil

Kompas.tv - 12 September 2023, 10:34 WIB
bmkg-sebut-tornado-api-di-gunung-bromo-jawa-timur-mirip-fenomena-dust-devil
Fenomena tornado api di kawasan Gunung Bromo yang terbakar, Senin (11/9/2023). (Sumber: BPBD Malang via Kompas.com)
Penulis : Nadia Intan Fajarlie | Editor : Deni Muliya

MALANG, KOMPAS.TV - Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Kelas I Juanda, Teguh Tri Susanto menyebut tornado api yang terjadi di kawasan Gunung Bromo, Jawa Timur mirip dengan fenomena dust devil.

Teguh mengungkapkan, fenomena dust devil merupakan pusaran angin kecil tapi kuat. 

Fenemena tersebut mirip dengan dust devil,” kata Teguh, Senin (11/9/2023).

Teguh menerangkan, fenomena dust devil tersebut kerap terjadi ketika udara kering yang sangat panas tidak stabil di permukaan tanah dan naik dengan cepat melalui udara yang lebih dingin di atasnya. 

Kemudian, lanjut dia, udara kering tersebut membentuk aliran berupa pusaran yang membawa debu, serpihan, atau puing-puing di sekitarnya. Termasuk api seperti yang terjadi di sabana Bukit Teletubies Gunung Bromo. 

“Namun objeknya dominan api, hal tersebut terjadi karena adanya pemanasan udara oleh api,” terangnya.

“Fenomena ini umum terjadi di tanah lapang yang minim hambatan. Karena udara panas menimbulkan pusat tekanan rendah dan menyebabkan terbentuknya pusaran udara dari udara di sekelilingnya yang lebih dingin,” ucapnya.

Baca Juga: BPBD Malang Sebut Tornado Api Perluas Area Kebakaran di Gunung Bromo

Dust devil, kata dia, dapat terbentuk saat terjadi pemanasan matahari yang cukup intensif, tutupan awan sangat sedikit, banyak debu dan pasir, serta kelembaban permukaan tanah yang rendah.

“Fenomena ini umum terjadi di tanah lapang yang minim hambatan. Karena udara panas menimbulkan pusat tekanan rendah dan menyebabkan terbentuknya pusaran udara dari udara di sekelilingnya yang lebih dingin,” ucapnya. 

Fenomena ini berbeda dengan puting beliung, karena terjadi dalam waktu singkat dan tak bersifat destruktif. 

“Bukan dari awan cumulonimbus, namun dari pemanasan lokal, kecepatan angin tidak terlalu tinggi. Dampak yang disebabkan tidak menghancurkan, waktunya enggak lama, kurang dari satu menit,” jelas Teguh, dilansir dari Kompas.com.

Di sisi lain, Kepala Bidang Kedaruratan dan Logistik Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Malang, Sadono Irawan menyebut angin yang menggulung api di Gunung Bromo itu memperluas area kebakaran.

"Sampai saat ini, titik api menyebar ke wilayah bukit Jemplang, Desa Ngadas, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang dan Nongkojajar, Kabupaten Pasuruan," jelas dia, Senin (11/9/2023).

Baca Juga: Momen Angin Puting Beliung Sebabkan Kebakaran Bromo Meluas

Sementara itu, terkait kebakaran di kawasan Gunung Bromo, Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa menjelaskan, upaya pemadaman api terkendala kondisi medan. 

"Jadi memang dibutuhkan proses pemadaman dan pembasahan secara vertikal karena agak terjal dan membutuhkan heli," kata Khofifah saat menghadiri misi dagang dan investasi di Kota Serang, Banten. Senin (11/9/2023).

Untuk memudahkan pemadaman api, petugas gabungan menjalankan metode water bombing dengan menurunkan ribuan liter air di atas kawasan Gunung Bromo yang terbakar.

Terpisah, Kapolres Probolinggo AKBP Wisnu Wardana menyebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) dan mendapati titik api masih ada di lereng atas Bukit Telettubies, namun beberapa titik sudah mulai padam.

"Hasil koordinasi kami dengan TNBTS masih ada beberapa titik api di lereng atas Bukit Telettubies atau sabana, sedangkan di bagian bawah beberapa titik sudah padam," kata AKBP Wisnu dikutip dari tayangan Kompas Pagi, Kompas TV, Selasa (12/9/2023).




Sumber : Kompas.com, Kompas TV


BERITA LAINNYA



Close Ads x